Dream Journal

373 25 4
                                    

10/01/2019

Mimpi berada di atas awan dan segalanya putih. Aku seperti sedang mencari teman-temanku, tapi aku tidak memiliki satu pun teman.


12/01/2019

Mimpi sedang berada di sebuah pantai. Melihat anak-anak kecil bermain membuat istana pasir. Tiba-tiba hujan datang. Aku berteduh di sebuah rumah kecil dengan seluruh dinding berwarna abu-abu. Ada seorang nenek yang bediri di sebelahku, menatapku, dan memberi senyuman ramah. Aku membalas senyumannya. Lalu nenek itu berjalan menembus hujan.


13/01/2019

Mimpi berada di dalam ruangan yang membuatku sulit bernapas. Aku bertemu seorang penulis yang selama ini ingin sekali aku temui, tetapi aku lupa siapa namanya. Kami berbicara tentang banyak hal. Sebagian besar tentang kisah cintanya bersama seorang perempuan yang ingin ia nikahi, tapi ia sedang menabung untuk bisa melamar perempuan itu. Lalu datang seorang penulis lain yang ikut duduk bersama kami di meja dan kursi kayu tempat kami berbincang. Penulis itu menceritakan kisah hidupnya yang baru saja pulang merantau selama tujuh tahun di luar kota. Setibanya ia di rumah, ia baru tahu kalau orang tuanya sudah meninggal dua tahun yang lalu. Aku menangis mendengar ceritanya, dan aku tidak bisa bernapas.


16/01/2019

Mimpi berada di rumah bersama kedua orang tuaku. Ada Haris duduk di sebelahku. Kami sedang menonton televisi bersama di ruang tengah. Bercanda dan tertawa. Lalu ayah menuju dapur dan memasak untuk kami. Aku menyusul ayah ke dapur dan membantu memotong bawang. Ayah bilang kepadaku untuk tidak sering-sering bertengkar dengan Haris. Aku menggerutu dan mengadu pada ayah kalau sebetulnya Haris yang lebih sering mengajak aku bertengkar, hanya saja, tidak di depan mereka. Ayah hanya tertawa mendengar ceritaku. Lalu aku terbangun.


17/01/2019

Aku kembali bermimpi bersama orang tuaku. Aku dan Haris masih kecil. Kami diajak ayah dan ibu piknik di sebuah taman. Aku pikir taman itu adalah taman yang sama tempat aku dan Adam bertemu. Aku bilang ke ayah soal pria yang pernah kutemui di taman itu bernama Adam. Tapi ayah menyentil dahiku dan bilang kalau aku masih terlalu kecil untuk berurusan dengan cinta. Ayah takut kalau aku bertemu dengan orang yang salah. Ayah meyakinkan aku kalau ini pertama kali kami piknik di taman itu. Tapi aku begitu yakin kalau aku sedang berada di taman yang sama. Aku bertanya kepada ayah, kapan aku boleh memiliki perasaan cinta selain kepada ayah dan ibu? Ayah bilang kepadaku: nanti.


19/01/2019

Aku bermimpi sedang berada di sebuah rumah bersama empat orang temanku yang lainnya. Kami memutuskan untuk bermain-main dengan mimpi. Salah satu dari kami memiliki pil yang bisa membuat kami sadar ketika kami tertidur. Sehabis kami meminum pil itu, kami akan bercanda satu sama lain dengan saling mengatakan: "Tebak, sekarang kamu ada di dalam mimpi, atau di dunia nyata?"


22/01/2019

Mimpi aku sedang dalam perjalanan bersama Haris, menuju pemakaman kedua orang tua kami. Hujan jatuh begitu lebat dan aku tidak bisa berhenti menangis. Haris yang ada di balik kemudi mobil mengingatkanku untuk jangan bersedih terlalu lama. Di kursi belakang ada Wisnu yang memegang pundakku sambil mencoba membuatku lebih tegar lagi. Wisnu bilang kepadaku kalau masih ada orang-orang lain yang peduli denganku.

Sesampainya kami di pekuburan, langit kembali cerah bahkan matahari terasa terik sekali. Aku sudah tidak menangis, tapi aku merasakan sedih yang teramat dalam. Tiba-tiba Haris didatangi oleh seorang temannya yang mengatakan akan mengambil alih perusahaan yang dimiliki oleh ayahku. Haris tidak terima, lalu ia memukul wajah temannya itu. Mereka bertengkar hebat. Lalu situasi berubah. Kami sudah tidak lagi berada di pekuburan, melainkan di dalam ruang kerja di kantor ayahku. Haris dan temannya masih bertengkar, sementara sudah tidak ada lagi Wisnu di sana. Aku berusaha memanggil petugas keamanan untuk melerai mereka. Namun yang datang justru Om Rio. Ia pun membantuku melerai Haris dan temannya itu.

AdamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang