Bayangan Aga baru saja tertinggal di depan rumah besar milik Reo. Keira tak henti melambaikan tangannya juga senyumnya. Mengingat bagaimana perjalanan mereka tadi, cukup membuatnya tertawa. Di sepanjang jalan, ada saja kejadian lucu yang Aga ceritakan pada Keira. Hingga kini sampai di rumah pun Keira masih tertawa pelan.
"Ngapain lo ketawa sendiri? Udah gak waras lo?"
Reo muncul secara tiba-tiba di belakangnya. Wajah cerianya mulai luntur seketika. Ia tersenyum kecut.
"Terserah gue lah. Apa urusannya sama lo?" Ia melangkahkan kakinya menuju belakang rumah, tempat dimana ia dan keluarganya tinggal.
Keira menghitung jarinya. Entah apa yang ia hitung, mungkin tanggal harian. Hatinya begitu gembira, kakinya berjalan menuju dapur. Mencoba mencari keberadaan ibundanya.
Namun..
"Kei," suara ini membuatnya membalikkan badannya.
Ia menatap sebentar orang itu. Rasa gembira yang tadinya menghiasi hatinya mulai bertambah lagi. Tanpa menunggu waktu lama, Keira menjatuhkan pelukan pada orang itu, Dero.
"Kak Dero! Kok gak bilang mau balik?" Tanyanya masih dalam pelukannya pada Dero.
Dero tersenyum kaku, "Ya.. males aja ngabarin." Jawabnya singkat.
Keira memasang wajah datar, ia kesal akan jawaban Dero.
"Yaudah sih." Tangannya melepaskan tubuh berotot Dero. Ia melangkah mundur berniat menjauh dan berjalan kembali ke tempat tujuannya.
Namun seketika itu juga Dero menarik kembali tangannya. Menjatuhkan Keira ke dalam pelukannya lagi.
"Kei, gue bercanda kali! Di seriusin amat!"
"Ah Kak Dero! Hahaha!"
Mereka tertawa di ruang tengah, tawa keras mereka seakan tak mengganggu ketenangan rumah ini. Sebab, Ayah juga Ibu Dero dan Reo tengah berada di luar kota. Tinggalah Keira, Dero, Reo juga orang tua Keira.
Dengan perasaan yang campur aduk, antara senang kakaknya kembali dan sedih karena nantinya kasih sayang padanya akan terbagi lagi, Reo menghampiri kakaknya.
Ia tersenyum kecut, "Balik juga lo." Ucapnya agak sinis.
Dero dan Keira akhirnya melepaskan pelukan mereka, kemudian menjauh beberapa senti.
"Lo pikir gue gak bakal balik?" Sahut Dero dengan nada tak kalah tajam.
Reo terkekeh, "Kali aja lo lupa sama rumah."
Dero hanya menganggap ini sebatas candaan, walau sebenarnya ia tahu bahwa adiknya itu tidak bisa terima jika
Ia kembali ke rumah ini. Karena ia kenal betul bagaimana Reo saat ia berada di rumah ini. Mamanya pasti akan selalu menomor satu kan dia dibandingkan Reo.
**
Bintang bersinar diatas langit biru malam ini membuat Keira merasa senang. Sekaligus menyalurkan ingatannya pada pembicaraannya dengan Aga tadi siang.
"Kei? Lo tau gak kenapa gue mau nganter lo pulang?" Itulah pertanyaan pertama Aga setelah semua lelucon mereka berakhir.
Keira menggeleng cepat, "enggak. Emang kenapa, Ga?" Jawab Keira dengan balik bertanya pada Aga.
Satu tangan Aga mencari-cari tangan Keira. Ia mencoba menautkan tangannya dengan tangan Keira. Masih dengan motor yang ia kendarai.
"Gue, suka sama lo." Pernyataan ini membuat Keira membuka mulut lebar-lebar. Ia tak percaya jika sosok pria yang masih menjadi pacar Fiona di depannya ini menyukainya.
Bibirnya tertutup rapat seakan tak bisa bicara. Lalu dengan cepat Aga menghentikan laju motor di sebuah toko kue. Keira sendiri tak tahu kenapa Aga mengajaknya ke tempat itu.
"Turun dulu, Kei." Ajaknya.
Aga masih menggenggam tangan Keira dengan senyum sumringah.
"Ga? Kita mau ngapain disini?" Layaknya seorang anak kecil yang tak mengerti apa-apa, Keira bertanya. Langkah mereka terhenti tepat di depan pintu masuk toko.
Ini seakan menjadi hiburan untuk Aga, ekspresi lucu dari gadis yang ia genggam ini membuatnya tak bisa berhenti tertawa. Bahkan membuatnya sampai menjadi sorotan mata dari banyaknya pengunjung toko hari ini.
"Aga! Diliat orang tau! Malu, ih!" Tangan Keira refleks terlepas dari genggamannya sambil memukul bahunya pelan.
"Ini toko kue nyokap gue, Kei."
Aga membuka pintu masuk, ia mengarahkan Keira untuk memilih kue. Namun Keira tetaplah Keira. Tidak menyukai hal yang tidak ia inginkan. Meski tergoda akan aroma kue yang menyengat hidungnya, ia tetap tahu diri. Uangnya tidak tersisa sedikitpun, ia juga tidak ingin jika harus memanfaatkan kesempatan. Kesempatan yang artinya memanfaatkan Aga selaku anak pemilik toko kue ini.
Keira menggeleng keras, mencoba menolak secara halus.
"Udahlah pilih aja." Dengan bersikeras, Aga masih sedikit memaksa.
Keira juga bersikeras untuk menolak. "Ga, gue gak suka dipaksa."
"Oke deh. Hm, btw.. lo orang pertama yang gue ajak kesini."
Mata Keira terbelalak kaget, ia kaget luar biasa kaget. Bukannya Fiona pacarnya? Apa Fiona tidak pernah dibawanya kesini?
"Serius? Lah, kan Fiona pacar lo ya.. masa lo gak pernah ngajak dia kesini?"
Aga tersenyum kaku, memang sih status mereka masih berpacaran, tapi Aga sendiri tidak pernah mengajak Fiona pergi. Bahkan ke rumahnya pun tidak pernah. Pernah sih, maksudnya tidak sampai masuk ke rumah dan bertemu dengan orang tuanya Fiona.
"Gue, pacaran sama dia kayak gak pacaran. Saling kabar-kabaran juga jarang, Kei." Akunya yang makin membuat Keira terkejut bukan main.
Bagaimana bisa? Rasanya keharmonisan hubungan mereka tersebar luas di sekolah mereka.
"Gue mau ngasi kejutan buat lo." Sambungnya.
Keira menaikkan alisnya sebelah,
"Kejutan? Apaan?"
"Rahasia lah. Tunggu aja. 15 hari lagi." Pernyataan ini membuat Keira penasaran bukan main. Ia mulai menggerakkan jarinya, sekarang tanggal 20 Maret, berarti 15 hari lagi tanggal 4 April. Ia mencoba mengingat tanggal apakah itu, rasanya tanggal itu sangat familiar baginya.
Ia berpikir, dan akhirnya ia mengingat. "Itu kan ultah gue?!"
Aga berlonjak senang, "Yap! Tunggu pada tanggal itu." Pintanya.
Keira hanya mengangguk. Meski sebenarnya hatinya penasaran habis. Kejutan apa yang dimaksud Aga? Pertanyaan itu masih menghiasi pikirannya sampai sekarang.
"Hoiii!!" Reo kembali muncul dengan membawa sebatang coklat.
Coklat yang digenggam Reo menarik perhatiannya, ia segera merebut coklat itu.
"Ahh coklat!" Teriaknya gembira.
"Bagi kali. Punya gue juga." Reo merajuk layaknya anak kecil.
"Gak ah! Lo kan banyak dapet coklat dari kak Dero, so yang ini buat gue!"
Mereka membuka satu buah coklat itu, membagi sama rata. Memakan sambil bercanda ria di bawah sinar bintang yang menghiasi taman rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are The Reason
RomanceReo adalah lelaki yang terlahir di keluarga yang bisa dibilang kaya. Berbeda dengan Keira yang terlahir dengan nasib menjadi anak dari pekerja di rumah Reo. Namun sayangnya hidup Keira lebih menyenangkan dibanding Reo yang harus memiliki nasib tidak...