Utas

7 1 0
                                    

"Jadi gimana dy? Si Sean itu jadi lo terima?" Kata Karin yang langsung menghujani Melody dengan pertanyaan

"lo tau lah rin setiap gue udah mau terima itu cowok eh dia tiba tiba langsung bilang ga jadi nembak" Ucap Melody memberi penjelasan

"Yaelah ampe bosen gue dy, ini udah kesekian kalinya lo kayak gini dan alasan nya selalu sama" Kata Karin

"Hmm" Melody hanya bergumam

"Kek nya lo harus selidiki deh dy, apa penyebab setiap cowok yang nembak lo berakhir dengan ga jadi nembak" saran Karin

"Iya juga sih, curiga gue lama lama rin. Ntar deh gue tanya satu satu itu cowok"

"eh btw, Si Gika mana dah?? Biasa nya pagi pagi udah anteng aja dikelas" sambung Melody

"Gatau dah, sakit kali"

Pelajaran pertama pun dimulai, dengan Melody yang masih memikirkan saran Karin tadi. Dalam hati Melody sudah bertekad untuk menanyai para lelaki itu satu persatu setelah pulang sekolah nanti.

Kringgg...Kring....

Bel tanda istirahat pun berbunyi, sudah waktunya para siswa untuk pergi ke kantin dan mengisi perut mereka yang keroncongan.

Kantin sudah penuh dan sesak, maklum lah setengah dari mereka pasti kebanyakan belum sarapan dirumahnya.

Karin dan Melody hanya bisa menghela nafas melihat kantin yang seperti ini, mereka pun dilanda kebingungan akan duduk dimana.

"Princess!" panggil seseorang yang membuat Melody dan karin menoleh.

Eh kakak... Ucap batin Melody

Mereka pun mendatangi meja Nathrey dan duduk dengan nyaman disitu.

"Kamu mau makan apa cantik? Kakak aja yang pesenin, rame banget itu antrian. Cewek bogel kayak kamu ga bakal dilayanin" ucap Nath pada Melody

"Ih body shaming mulu, nanti tinggi nya kakak aku balap liat aja"

"Halah omong doang, dari dulu juga segitu gitu aja" kata Nath

"Udah cepet, mau makan apa?" Sambung Nath sambil sedikit merapikan rambut adiknya yang berantakan

"Hmm, Mie ayam baso aja deh kak"

"Ok princess. Wait for me okay?" Kata Nath sambil mengecup pipi adiknya

Orang orang yang berada di kantin pun hanya diam dan memutar bola mata mereka malas dan iri tentu saja karena sudah bukan rahasia umum lagi jika Nath memang sangat menyayangi adiknya itu dan tak segan segan untuk memeluk, mencium adiknya itu didepan umum.

Waktu istirahat habis, mereka kembali ke kelas masing-masing dan melanjutkan kegiatan belajar mengajar sesuai jadwal yang ada. Namun lain dengan Melody, sedari tadi dia merasa badan nya kurang enak dan terus gelisah.

"Dy? Lo kenapa? Pucet banget tau itu muka" bisik Karin disela-sela Pak Bandi memberi penjelasan materi

"Yang bener rin? Emang rada gaenak sih badan gue. Balas Melody

"UKS aja deh dy, daripada nanti pingsan bisa mampus gue ama abang lo itu. Ya ya?

"Ga deh rin, nanti juga mendingan. Gue juga ga ngerasa parah parah amat, cuman ga enak aja dikit. Lagian bentar lagi juga bel balik kok"

Dan benar saja 20 menit berselang, bel tanda pulang sekolah pun berbunyi. Waktunya untuk pulang bagi siswa siswa SMA Kertajaya Kusuma.

Begitupun dengan Nath dan Karan yang sudah menunggu didepan pintu kelas adik mereka untuk menjemput keduanya.

Berbeda dengan Nath, Karan cenderung lebih cuek kepada Karin namun tetap saja dia juga peduli pada adiknya itu. Sedangkan Nath sidingin itu akan menjadi begitu hangat hanya untuk seorang Melody. Iya kesayangannya itu.

"Nath, dah lama ga clubbing. Malem kuy?" Kata karan

"Boleh, tapi tunggu Melody tidur dulu" Ucap Nath yang mana setiap kata yang keluar dari mulutnya selalu membawa nama adiknya itu

"Oke, calling aja ntar kalo mau otw"

"Kakak, ayok pulang" Ucap Melody dengan suara yang lemas dan kurang bersemangat

"Kenapa princess? Kok lemes gitu suaranya sayang?" Sembari menarik Melody mendekat padanya

"Kok anget badannya? Sakit ya? 

"Kita pulang sekarang!" Tegas Nath, dalam hati dia marah sekali. Badan Melody panas dan dia gagal. Gagal menjaga gadis itu.

Sesampainya dirumah, Nath langsung menggendong Melody kekamarnya begitu mereka sampai dirumah. Selama perjalanan pulang Melody tertidur dan tubuhnya bertambah panas. Nath semakin kacau dibuatnya.

Nath sibuk membuka sepatu melody, dan menidurkan melody ditempat tidur.
Tak lupa ia juga mengganti baju seragam Melody dengan baju rumahan gadis itu. Tentu saja hal ini yang biasa untuk Nath, karena baginya Melody itu masih kecil dan tak ada yang berubah.

Orang tua keduanya selalu pulang pergi dan jarang dirumah. Ayahnya Kiyandro Aurien bekerja sebagai diplomat perwakilan negara, istrinya Kalynn Nathania Aurien pun harus menemaninya bertugas. Sedangkan Nath dan Melody memutuskan untuk tidak ikut sang ayah dan ibu karena malas berpindah-pindah. Hal itu tentu saja mengharuskan mereka berjauhan dengan kedua orang tuanya dan hanya memiliki satu sama lain dirumah, juga pembantu dan supir yang tinggal dirumah sebelah.

Selesai berganti baju, Nath memutuskan untuk mengambil obat dan menyiapkan makanan untuk Melody.

Melody masih tertidur, Nath juga sudah mengecek suhu badan Melody.

"Panas banget, maafin kakak ya"

Dengan segera Nath membuka bajunya juga baju melody, ingat hanya baju!. Tidak berniat macam-macam karena dia harus membagi suhu tubuhnya ke tubuh Melody. Nath Mulai berbaring disebelah Melody dan memeluknya erat dibalik selimut. Metode skin-to-skin ini sudah sering dia lakukan ketika Melody panas dan selalu berhasil. Ibunya, telah mengajari metode ini sejak mereka kecil.

"Ga ada yang boleh kayak gini ke kamu selain kakak ya" Ucap Nath pada Melody yang sedikit terbangun

"Tapi nanti kalo suami aku boleh kan? menjawab pernyataan Nath, ternyata dia mulai terbangun

"Ga ada suami-suamian princessnya kakak masih kecil"

"Aku udah 17 kakak, udah legal, udah dapet KTP juga kemaren" sanggah Melody

Nath hanya mengeratkan pelukkannya pada Melody. Ya, ketakutan itu datang. Ketakukan jika suatu hari Melody nya akan bersanding dengan orang lain dan bukan dia.

"Kakak sayang kamu, jangan sakit ya. Buat kakak aja sakitnya. Kamu jangan cantik" Kata Nath sembari mencium kening Melody

"Aku juga sayang kakak, tetep sabar urusin aku ya kak. You are the best deh, no one can ever replace you muachhh"  Goda Melody yang tentunya ada maunya

"Kamu selamanya punya kakak" Batin Nath berucap sambil terus mengusap-usap kepala adiknya itu

Mai Brader.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang