5-[Menilaimu]

144 28 12
                                    

"Iketin dasi gue. Itu kewajiban lo sebagai istri. "

"Tck, gue tau. "

Farina mendekat kearah suaminya. Ia fokus menatap dasi lalu perlahan menggalungkannya pada leher Vian. Hembusan nafas Vian menggelikan wajah Farina.

"Bisa nggak? "

"Gue pernah sekolah pake dasi ya. Jangan remehin Farina Hafizah."

Farina berhenti. Ia sesekali memejamkan matanya karena merasa risih dengan hembusan nafas suaminya yang berhembus ke wajahnya.

"Lo kenapa sih?! "Tanya Farina risih.

"Kenapa apanya? "

"Nafas lo kuat banget apa sengaja kaya gitu?! "

"Nggak tau. Tiba-tiba aja cepat kalo liat wajah lo."

Mendengar itu Farina mengalihkan pandangan arah matanya dari dasi Vian.

"Cepetan! Nanti gue telat! "

"Sabar! "

Wanita itu segera membuat simpul sederhana untuk mengikat dasi suaminya. Ia menarik ikatan tersebut dengan cepat.

"Dah selesai. "

Vian menjulurkan tangannya untuk memberikan kode jika Farina harus menyalaminya dengan mencium tangannya. Farina hanya menurut.

"Gue pergi. "

"Hati-hati.Selamat bekerja."sahut Farina sambil tersenyum tipis.

Pria itu sudah diambang pintu depan. Farina menunggu Vian untuk keluar. Namun tak disangka, pria itu kembali menghampirinya.

"Gue pengen nyium lo.Tapi kayaknya..kalo gue nyium lo gue bakal dapat KDRT dari lo.Jadi.."

Vian mengusap kepala Farina.

"Kepala mungkin cukup buat dielus.Gue pergi dulu. Jaga rumah. Assalamualaikum."

Farina membeku. Wajahnya merona, hatinya berdegup cepat. Mobil Vian keluar dari halaman rumah dan semakin menjauh.

"Jadi ini rasanya ya kalo nikah? Hooh.. Wajah gue panas."Monolognya.

Farina sepertinya akan sedikit sibuk hari ini karena membersihkan rumah besar yang sederhana. Wanita itu tak merasa lelah dan ia sangat menikmati waktu bersih-bersihnya.

Farina mengambil ponselnya lalu menelepon seseorang. Sudah kelima kalinya Farina mencoba menelepon nomor yang sama, tetapi tidak diangkat.

"Kenapa nggak diangkat? "

"Hah, untuk apa ditelepon? Dia nggak peduli juga lo mau kemana.. Farina bodoh.. "Gerutunya. Farina segera bersiap-siap dan mengemasi beberapa barangnya ditas kecil. Sementara itu ponselnya tertinggal di sofa ruang keluarga. Ponselnya berdering terus menerus. Sedangkan pemiliknya berada di lantai atas.

"Dia yang nelpon, dia yang nggak angkat. Dasar aneh. Kenapa gue harus nerima istri yang dulunya gadis cengeng binti galak? "

"Ya allah, inikah takdirku? Dia kah yang Engkau tulis di lauhul mahfudz untukku? "

Disebrang sana seseorang tersenyum didalam gedung besar milik keluarganya. Ia mengingat sang istri sambil menatap pigura kecil berisi fotonya bersama sang istri yang memakai pakaian pernikahan dan ia Farina bersandar pada bahu suaminya. Mereka tersenyum bahagia meskipun pernikahan tersebut belum menjamin mereka bahagia.

Farina mendorong pintu masuk dari sebuah tempat yang seperti gedung kantor kecil.

"Na! "

"Ara! "

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 07, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Langsung Nikah [Taerin] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang