Kelulusan

18 3 0
                                    


Hari ini, adalah hari istimewa dihidupku mungkin. Karena hari ini, aku lulus dari sekolah menengah atasku. Ya. Aku murid SMA yang hari ini hari terakhir berada di sekolah menengah atas dan tentu aku akan melanjutkan pendidikanku.

Kelulusan. Tak dapat kupercaya kalau hari ini benar benar ada dan aku bersyukur sampai kelulusanku tiba, aku masih diberi nafas hidup oleh sang Pencipta. Thanks God.

Perasaanku sudah tak bisa kuutarakan lagi. Aku senang sekaligus sedih. Karena hukumnya memang begini, dimana ada pertemuan pasti ada perpisahan. Teman temanku yang begitu konyol dengan cara mereka akan aku tinggal pergi. Mungkin mereka juga berpikir begitu tapi entahlah. Aku menyayangi mereka.

Sedikit cerita. Ketika aku berada pada masa masa SMA, aku sempat menyukai seseorang. Kukagumi dirinya. Walau dari jauh. Aku tidak bisa mengatakan padanya bahwa aku menyukainya. Baru kali itu aku merasakan sesuatu yang berbeda ketika aku bertemu dengan lawan jenisku.

Aku bercerita tentang dia kepada sahabatku. Sahabatku membantuku mengatakan isi hatiku padanya perlahan lahan. Saat itu, dia mulai mendekatiku.

Aku ceritakan juga tentang hal ini pada ibuku. Tapi, ibuku khawatir. Aku adalah anak satu satunya. Tidak punya kakak ataupun adik. Ibuku belum memberitahuku lebih luas tentang apa itu cinta. Karena keluargaku sedikit melarangnya akan hal itu. Aku hanya diam ketika ibuku merespon cerita asmaraku dengan kekhawatirannya. Wajar saja kan. Zaman sekarang harus benar benar waspada akan hal itu.

Aku berpikir. Ada benarnya juga ibu melarangku untuk bercinta. Dia hanya menasihatiku untuk fokus pada tujuanku dulu. Mungkin rasa suka dan rasa kagum pada lawan jenis boleh boleh saja dimiliki setiap orang. Tapi, beliau ingin aku menjaga diriku agar menjadi wanita yang hanya memiliki satu cinta pada suaminya kelak nanti. Tidak boleh ada yang merasakan cinta lebih dulu bersamaku sebelum suamiku.

Yap. Baik. Aku sudah siap untuk pergi ke sekolahku. Menemui teman temanku untuk terakhir kalinya bersama disini. Meminta restu kepada guru-guru ku untuk kesuksesan masa depanku.

Di hari kelulusan ini atau bisa kusebut 'Perpisahan' Aku selalu berpikir, kalau aku menjadi siswa terbaik pun aku akan sangat senang. Tapi, kalaupun disini aku jadi yang terbaik, belum tentu jadi yang terbaik pula diluar sana. Aku hanya orang yang belum mempunyai banyak ilmu untuk bekal hidupku. Masih kosong. Dan harus aku gali lebih dalam.

Sekarang, aku sudah berada dilingkungan sekolah. Langkah kakiku mulai memasuki aula sekolah ditemani ayahku. Aku mulai duduk bersama siswa siswa lain. Dan ayahku tidak pulang. Dia bilang dia ingin melihat apakah anaknya menjadi siswa terbaik yang akan berdiri dipanggung istimewa ini? Dia berdiri dibelakang jejeran kursi para siswa yang dinyatakan lulus.

Acarapun sudah dimulai. Setelah menyanyikan lagu kebangsaan bersama, kepala sekolah pun berpidato sebentar dan acara acara penghibur lainnya.  Tibalah saatnya pembawa acara menyampaikan siapa siswa terbaik tahun ini. Tentu saja ada yang putra dan ada yang putri.

Jantungku entah kenapa berdegup kencang. Aku berharap aku bisa menjadi yang terbaik. Tapi aku tahu, Allah sudah mengatur semuanya. Aku hanya tinggal mengetahuinya sebentar lagi.

Saat pembawa acara sudah membacakan nama siswa terbaik putra, kini saatnya nama siswa terbaik putri yang akan dibacakan. Dan itu jatuh kepada...

Aku,

Aireshafa Azzahra.

Bisa kulihat kebelakang ayahku terlihat sangat bangga padaku. Aku tersenyum sembari menahan tangis.
Terimakasih Tuhan. Memang benar, tidak akan pernah habis hambamu ini memujamu.

Kuterima buket bunga, sebuah bingkisan hadiah, sebuah medali dan trophy, juga uang senilai Rp.3.000.000.000,-
Aku juga dipakaikan selempang yang bertuliskan 'Siswa Terbaik'

Aku mulai menangis. Aku juga diberi kesempatan untuk berbicara dipanggung yang sangat istimewa ini.

Nada bicaraku lirih. Tak henti henti ku ucapkan terimakasih dan ungkapan syukur lainnya.

Dalam hatiku saat itu seperti berkata

"Abi...

Apa aku membuatmu bangga?"

Setelah dirasa cukup, aku dipersilahkan untuk menuruni panggung. Tak ku hiraukan orang lain yang melihatku berlari kearah ayahku. Kupeluk dia erat sambil menangis dipelukannya.

"Abii.." Ucapku dengan air mata yang terus mengalir

Yang kurasakan hanyalah belaian tangannya yang mengusap kepalaku.

"Alhamdulillah nak, selamat ya abi bangga sama kamu" Ucapnya dengan tangan kanan yang masih mengusap usap kepalaku

Aku tersenyum dalam pelukannya tentu masih dalam keadaan menangis.

I am MoslemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang