"Kenapa sih kebanyakan temen bilang 'masa SMA itu paling berkesan'?" kulemparkan pertanyaan itu untuk Nindi setelah kulemparkan tubuhku ke atas kasur.
"Karena kebanyakan orang menemukan cinta sejatinya di masa SMA," jawabnya sambil melepas jilbab yang ia kenakan. Entah dia asal jawab atau benar-benar itu jawabannya.
"Cinta sejati? Hmm,"―aku bangun, dan duduk di atas kasur―"aku pernah mengira bahwa temanku, panggil aja Sinta dan kakak kelasku, mas Ferdi akan berjodoh. Mereka terlihat serasi saat pacaran waktu itu. Tapi setelah mas Ferdi lulus, aku dengar kabar kalau mereka putus. Lalu tak jarang juga kudengar dia ganti-ganti pacar. Dan akhirnya si cewek menikah dengan cowok lain. Padahal aku nggak nyangka kalau dia bakal nikah di usia semuda ini. Ada juga si Nadya, yang satu SMP sama kita itu, dia pacaran lama kan sama Faiz. Waktu SMA juga masih lanjut hubungan mereka. Kukira mereka akan menikah nanti. Ternyata mereka putus karena ada orang ketiga. Dan banyak lagi deh. Yang kukira mereka udah cocok, bahkan wajahnya mirip. Kan katanya kalau jodoh wajahnya mirip? Tapi ternyata mereka nggak lanjut. Putus di tengah jalan. Ah ini sulit dipercaya!" aku bercerita panjang kali lebar.
"Ya kan emang nggak semua Nay," Nindi menggaruk kepalanya meski sebetulnya tidak gatal. "Selain itu, waktu SMA kan kita udah mengerti, dianggap dewasa, bisa ngapa-ngapain sendiri, bisa nakal. Hahahaha, ya gitulah intinya Nay," tambahnya.
"Hahaha, jaman nakal-nakalnya gitu?"
"Bener kan Nay? Waktu SMP kita masih suka takut, dan SMA itu momen yang pas. Soalnya tanggungjawab kita belum besar, tapi kita udah mulai ngerti dunia luar kan? Sedangkan waktu kuliah, kita harus sudah bertanggungjawab dengan baik,"―Nindi berbalik badan dan menghadapku―"mungkin gitu sih alasan umumnya."
"Kamu salah tanya gini ke aku. Karena SMAku biasa aja. Bahkan dari SD sampai kuliah sekarang ini kayaknya nggak ada yang berkesan," sambung Nindi sebelum aku berhasil menanggapi pendapatnya sebelumnya.
"Aku baca di KBBI nih, berkesan itu berbekas, meninggalkan bekas. Mungkin ada cerita waktu kamu sekolah yang sampai sekarang masih kamu ingat, berarti itu berkesan nggak sih?"
"Hahahaha, aku hanya ingat dikit-dikit. Udah mengelupas," Nindi pun tertawa lepas. "Makasih lo Nay, udah menyadarkanku bahwa selama ini hidupku flat ternyata," sambungnya melemah pada kata flat.
"Hmm, aku juga bingung sih kalau ditanya tentang hal yang berkesan. Aku sebenarnya agak terusik jika seseorang mengatakan masa SMA itu berkesan. Aku nggak berpikir bahwa SMAku berkesan,"―aku menghela napas dengan berat―"malah ada yang kusesali."
"Kenapa?"
"Biasalah, tentang hal yang kamu bilang di jawaban pertamamu."
"Hah?"
"Udah ah, aku balik ke kosku ya? Daa.." aku turun dari kasur yang rasanya masih nyaman untuk kutinggali, keluar kamar Nindi, mengenakan flat shoes, berjalan ke arah motorku terparkir, dan menyalakan double starternya. Kupertegas gas motor matikku untuk melajukannya menuju kosku.
Aku masih berpikir. Aku iri pada mereka yang bisa mengatakan hal-hal yang berkesan dalam hidup mereka. Aku iri pada mereka yang mampu berpendapat bahwa masa SMA adalah masa yang paling indah dan berkesan. Aku ... aku tak punya bayangan itu. Sama sekali. Aku masih tak menemukan alasan yang kuat untuk mengatakan bahwa 'masa SMAku berkesan'. Lalu bolehkah aku mengulangnya? Tapi aku tak ingin sama. Aku ingin memperbaikinya. Jadi apakah aku harus terlahir kembali? Ah, terlalu lama, ya? Hahh, kujalani saja semua yang ada di depan mata sekarang. Bukankah harusnya memang begitu?
Lalu ... perihal berkesan yang memiliki arti berbekas, cerita yang sampai sekarang masih teringat, sesungguhnya itu lebih cocok kutujukan untuk diriku sendiri. Terlebih mengenai kenangan-kenangan tentang satu hal itu. Kepalaku masih mengingatnya. Kata-kata itu masih lekat kuingat. Persis, para pemerannya. Andai hatiku mampu menggambarkan perasaanku, mungkin hanya akan tampak seperti lilitan benang yang menyatu dengan pola yang tak beraturan. Harus secara paksa untuk melepaskannya, dan tentu saja keadaan akhirnya takkan sama seperti semula. Melainkan sudah rusak. Iya, agak rumit memang.
Masa SMA, masa SMA .....
***
Hallo.. Gimana gimana?
Kalau kamu gimana nih masa SMAnya??
Berkesankah? Kalau iya, apa sih yg bikin masa SMA itu berkesan kayak yg kebanyakan orang katakan?
😄😄
KAMU SEDANG MEMBACA
Grey Memory
Teen FictionTidak hanya kisah masa putih abu-abu, melainkan kisah yang juga abu-abu. Lebih tepatnya 'kelabu'. Aku takkan lupa masa lalu tentang dirinya dan pemeran lain dalam skenario kala itu. Masa lalu yang memudar, tapi menyisakan penyesalan bila diingat. Se...