Aku tidak pernah menyangka bahwa semua akan berakhir seperti ini.
Awalnya ku kira ini nyata, tapi ternyata ini mimpi, dimana di dalam mimpi itu aku diajak terombang ambing, dan naik turun atas apa yang aku alami.
Saat dimana aku fikir, aku ingin terbangun dari mimpi ini, pada akhirnya aku tersadar bahwa ini bukan mimpi, tapi kenyataan.
Bagaimana bisa aku mengira ini mimpi? Bahwa hal yang aku alami ini nyata sekali.
Aku berusaha untuk tidak terlalu memikirkan nya, tapi ini terasa sulit.
Sampai pada akhirnya aku tidak menemukan titik terang dan mendapatkan diriku terpuruk dalam kesedihan dan kebingungan yang mendalam.
Sesaat sebuah pertanyaan ringan terbesit di pikiranku "Apakah aku bisa bangkit kembali? Dan memulai nya dari awal"
Mata ku sudah sangat memerah dan bengkak, diriku berantakan dan jiwa ku kacau. Kembali ku berani kan diri untuk mengambil foto kami yang dibingkai rapih
"Sungguh sangat sempurna, kebahagian ku lengkap dan kamu menghancurkan nya Gavin!!!" ucapku sambil membanting bingkai itu
Ya, betul. Lelaki itu adalah Gavin. Lelaki yang sangat aku percaya dan ku bangga kan.
Gavin sudah mengisi hari-hari ku selama 4 tahun. Betapa aku sangat mengagumi semua hal tentangnya. Pribadi yang baik, memiliki pesona yang kharismatik, berbakat dan sopan santun membuat aku sangat mengaguminya.
Aku tersenyum, mengingat semua kenangan kami.
Aku tertawa, mengingat kejadian-kejadian lucu yang kami lakukan.
Lalu aku menangis, mengingat bagaimana semua hal buruk yang selama ini tidak aku ketahui terlihat semuanya tanpa terkecuali.
"Bagaimana bisa Gav? Kenapa aku Gav?" ucapku dengan menutup wajah ku.
Aku bangkit, berdiri dan pergi ke kamar ku. Aku mencari semua hal yang berbau Gavin.
Kemudian aku ambil semua nya, ku lempar dari lantai atas ke lantai bawah.
"Lihat Gav!! Aku hancurkan semua nya! Aku buang itu semua GAVIN!!" teriakku sambil menuruni anak tangga.
Aku berjalan dengan lunglai, ku pecahkan semua hal yang kulihat. Dan ruang Tv saat ini sangat kacau dan berantakan.
Gavin pernah berkata bahwa aku adalah Senja nya, karena Gavin sangat menyukai Senja.
Tapi, Senja hanya ada jika hari cerah. Senja ada hanya sebentar. Senja tidak bertahan lama seperti Angin.
Angin memang berlalu Gav, tapi angin selalu berhembus tak kenal waktu.
Aku benci kau Gav! Aku benci Senja! Aku tidak percaya Cinta! Semua nya hanyalah fatamorgana.
Ya Tuhan, Papa dan Mama sudah meninggalkan ku dan bersama mu. Kenapa skenario mu tentang Gavin sangat menyakitkan ku?
Bukan ku ingin mengeluh, hanya saja ini berat, sangat berat.
Aku menangis, masih menangis dan menangis hebat.
Aku terdiam, entah apa yang menimpa ku saat ini, emosi sangat diluar batas. Aku mengahncurkan ruangan ini, aku melukai diri ku hingga akhirnya aku sendiri terduduk di lantai.
Dengan ini semua, "Apakah masih ada jalan baik untuk kehidupan ku?" ucapku sambil termenung
Lalu setelah itu semua menjadi gelap, sangat gelap.
Hingga aku rasa ini adalah terakhir kalinya aku melihat bayangan ku dan dunia serta tak akan lagi memiliki pertanyan bodoh semacam itu.
-Bersambung-
Wahhhhh! Gak nyangka akhirnya aku berani publish cerita ku sendiri. Ini pertama kalinya aku berani nge-publish karya aku. Karena aku ini orang nya gak percaya diri banget. Udah niat banget ngepublish bulan Maret akhir, tapi karena tugas kuliah jadinya di undur.
Tapi, makasih banget buat kalian yang udah bersedia baca cerita pertama ku. Gimana menurut kalian? Aneh gak sih? Udah bisa nebak belum apa yang terjadi selanjutmya?
By the way, untuk pemeran perempuan nya memang belum aku kasih tau. Tapi, setelah ini bakal tahu kok siapa dan bakal ada pemeran baru nih.
Maaf ya kalo masih sedikit di awal, karena jujur aku deg-degan banget, banyak revisi yang aku lakuin di eps awal ini. Semoga suka dengan episode pertama ini, hehehe...
Okeee... Selamat membaca The Way to Meet you!
Jangan lupa vote, review dan kasih saran tentang The Way to Meet You yaaa..
Terima kasih banyak, aku merasa sangat terhormat ..
KAMU SEDANG MEMBACA
The Way to Meet You
RomanceSemua sama, selalu manis dan berakhir dengan pahit. Aku benci semua hal, aku takut akan masa depan ku. Tapi tidak. Nyata nya semua nihil saat aku bertemu dengannya. Dulu memang sebelum bertemu dengannya, hari-hari ku sangat sempurna bahkan kalimat...