Terkadang kehabagiaan sesungguhya tidak dinilai dari seberapa sering kita tertawa tapi, dari bagaimana kita mensyukuri apa yang telah diberikan.
-dari aku yang mencari kebahagiaan-
Hari minggu adalah hari hibernasi untuk sebagian orang, kenapa sebagaian? karna diantara puluhan juta manusia yang ada di bumi ada banyak yang tetap bekerja di hari Minggu. Entah karna lemburan atau karna gila kerja mereka tetap melakukan pekerjaan di hari minggu.
Hari ini Dinda masih bergulung dengan selimut dan kasurnya. Ia sedang menikmati hari libur nya dengan bermalas - malasan di atas kasur kesayangannya seolah kasur nya ini mempunyai magnet kuat yang terus menarik dirinya agar tetap menempel.
Ia meraba - raba sekitar nya mencari benda pipih yang sudah menjadi candu bagi setiap manusia, benda itu tak ada di sekirarnnya dengan sangat terpaska ia membuka matanya dan mulai mencari keberadaan benda tersebut. Dinda mulai mencari nya di bawah bantal kemudian pindah membuka selimut namun tak ada juga, seingat nya samalam ia menyimpan benda itu di samping nya tapi mengapa sekarang tak ada. Tempat tidur nya kini sudah tak berbentuk lagi, bantal yang sudah melayang hingga ke depan pintu, selimut yang sudah berada di bawah, guling yang entah berada dimana. Ini sudah bukan kamar namanya, ada yang bisa memberikan nama untuk tempat ini?
Mulai lelah dengan ke kacauan yang dibuatnya sendiri, ia pergi ke balkon untuk menikmati udara pagi ini dan melihat kegiatan sekitar nya. Hanya pemandangan biasa yang dengan rumah berjejer rapi dan jalanan sepi serta gedung yang menjulang tinggi.
Menghela napas panjang, pikirannya selalu terombang ambing kemana - mana, Minggu yang harusnya menyenangkan malah menjadi kesedihan, sudah lah untuk apa bersedih lebih baik, ia menjalani hari nya dengan ketenangan untuk hari ini. Ia kembali masuk ke kamar nya dan mulai membereskan semuanya ya itung itung mencari handphone yang hilang entah kemana. Ia memulai nya dangan marapihkan rak buku yang sudah seminggu tak ia rapihkan kemudian berlanjut memungut bantal dan guling yang tadi terlempar meletakkan nya di tempat tidur. Dirasa semua nya telah selesai ia pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Tak lama ia selesai mandi, ia berjalan ke tempat tidur pikirannya masih sama kemana handphone itu. Ia duduk di tepi kasur matanya terus melirik kesana kemari mencari benda tersebut, ketika kakinya bergeser ia menginjak sesuatu.
Dinda mengambil benda itu, "nah kan ketemu."
Ting
Baru saja ia akan menyalakan handphone nya benda itu sudah menyala duluan karna chat masuk.radityalexya
Din
Sibuk gak?Dindasha
Gak, knp?radityalexya
Siap - siap gue jmpt skrng.Dindasha
Ngapain?Tidak ada jawaban lagi dari Radit, ia melempar benda itu ke sembarang tempat. Dahi nya berkerut ia baru sadar sejak kapan, Radit memiliki nomor nya? memberinya juga tidak.
Ia beranjak dari tempat tidur nya dan berjalan keluar kamar untuk mengambil makanan di dapur. Sesampainya di dapur, ia tidak menemukan makanan jadilah ia meminum air jernih yang tersedia di kulkas.
"Non, ada temen nyarin." Bi inah langsung pergi melanjutkan pekerjaan nya setelah memberitahu mejikannya.
Dinda, berjalan ke ruang tengah untuk melihat siapa yang mencari nya. Betapa terkejut nya ketika ia mendapati, Radit tengah mengamati sekitar nya.
"Ekhem."
Radit menoleh mendapati, Dinda sedang berdiri menatapnya dengan setelan rumah, hanya memakai celana hitam selutut, kaus putih polos berlengan pendek dan rambut di cepol asal, menambah kesan tersendiri baginya.
"Ngapain?" tanya Dinda.
Pertanyaan Dinda menariknya ke dunia nyata, "Hah, eh, itu, ini." Radit gelagapan karna fokus nya hanya pada penampilan sederhana Dinda.
Dinda kembali bertanya, "Mau ngapain?"
"Lu lupa?" Tanya Radit dengan alis terangkat sebelan, "kan, gue bilang, gue mau jemput lu sekarang. Udah cepet ganti baju." Radit mengibaskan tangannya seolah mengusir.
Dinda menurut tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.
Dinda sudah naik ke atas untung berganti pakaian, tinggalah Radit dengan keheningan yang menemaninya. Ada yang janggal dari rumah gadis nya ini. Gadis nya? atas dasar apa ia mengklaim Dinda sebagai gadis nya? Ia menggelngkan kepalanya, kembali, ia mengamati sekitar nya hanya dinding ber cat putih dengan lukisan yang menghiasi dinding.
20 menit berlalu, Dinda turun ke ruang tamu, "Dit," panggil nya.
"Udah siap? ayok." Radit menggandeng tangan Dinda.
"Eh pamit dulu," ucap Dinda.
"Udah tadi sama gue."
Mereka berjalan berdampingan dan mulai menaiki motor. Radit membawa, Dinda sebuah tempat disana terdapat banyak anak kecil yang sedang bermain tanpa beban, tertawa riang dengan temannya, kejar-kejaran dan hal bahagia lainnya.
"Kak Radit!" Ucap seorang anak perempuan yang menyadari keberadaan Radit dan berlalri menghampirinya.
"Hai, Via," Radit mencubit gemas pipi anak itu.
"Kakak kesini sama siapa?" tanya Via sambil melirik Dinda.
"Sama temen kakak," ucap nya,"Din kenalin ini Via." Radit memperkanalkan Via pada Dinda.
Dinda berjongkok mensejajarkan tinggi nya dengan Via, "Hai, kenalin nama aku Dinda. Kamu bisa panggil aku, Kak Din." Dinda memperkenalkan diri nya dan mencubit gemas pipi tembem, Via dan dihadiahi pelukan hangat dari, Via.
"Kak, main yuk," ajak Via pada Radit dan Dinda.
"Ayok sini naek, kakak gendong." Via naik ke punggung Radit.
Dinda mengikuti nya dari belakang, dengan seyum yang terus terlukis indah, bermain dengan anak anak kecil membuatnya tertarik kembali ke masa kecil nya. Ia melupakan semua masalah nya untuk hari ini, ia hanya ingin tertawa hanya untuk hari ini, membiarkan seyum tulus menempel pada bibir nya, melupakan semua luka yang menempel pada hati nya. Kebahagiaan itu sederhana, kebahagiaan itu bukan hanya ketika malihat dia tersenyum tapi kebahagiaan itu adalah bagaimana kita melihat orang di sekitar kita tersenyum dan tertawa bersama kita.
Radit diam-diam memotret, Dinda yang sedang barmain dengan anak-anak, tawanya lepas dan tanpa beban membuatnya terpana. Ini yang dia inginkan melihat senyum tulus di bibir nya, melihat pancaran kebahagiaan tanpa sendu menghalang. Ia berharap seyum itu selalu bertahan sampai nanti, jikalau pun hilang ia yang akan mengmbalikan seyuman itu.
Ia berjalan menghampiri Dinda, "gimana lu seneng?" tanya Radit.
"Iya seneng, thaks ya," Dinda terseyum manis pada Radit.
Mereka berdua duduk di kursi panjang yang tersedia di taman panti asuhan ini, melihat keadaan sekitar, hening menyelimuti kedua nya hanya desiran angin sebagai alunan melodi nya, keduanya hanyut dalam pikiran masing-masing.
Ipi Kambek
Kritik dan saran sangat dibutuhkan
Salam jauh dari ipi
See u
Follow my ig
Ig : fina_vy
KAMU SEDANG MEMBACA
DARA
Teen FictionCover by @Hilariousy Ini bukan tentang Badboy bertemu badgirl atau ice girl bertemu dengan ice boy yang membuat mereka seperti patung es. DARA itu mereka, mereka yang terperangkap dalam belenggu masalalu. Ini tentang mereka yang sedang mencari jati...