8

16 4 0
                                    

Pertengkaran dalam persahabatan itu biasa. Yang gak biasa itu, udah bertengkar, gak ada yang mau ngalah, gak ada yang mau nyelesain masalah duluan. Itu yang harus dipertanyakan dalam persahabatan.
-DARA-

Setelah kejadian di kantin, Dinda masih belum berbicara dengan Amel. Dia masih memikirkan kata kata apa yang akan disampaikannya pada Amel. Bagaimana dengan Diana? Tentu saja ia mengetahui bahwa kedua sahabat nya sedang bertengkar. Dan sudah dipastikan, ia yang menjadi penengah diantara mereka, karna tak mungkin ia berpihak pada salah satu diantara mereka. Diana mengetahui semuanya dari Amel, ya Amel. Dia meceritakan semuanya saat di kantin tadi siang.

Dinda mengabaikan seua chat yang masuk ke handphone nya. Tak peduli itu penting atau tidak. Yang dipedulikannya hanya bagaimana ia akan menyelesaikn masalah nya dengan Amel. Hanya satu jalan keluar nya yaitu berbicara secara langsung dan meminta maaf pada Amel.

Ke esokan harinya, Dinda berangkat seperti biasa. Namun ada yang aneh menurut nya. Seingat nya, ia memakai seragam yang benar sesuai hari nya. Penampilan nya juga rapi, lalu apa yang salah dengannya sampai banyak pasang mata yang menatap nya.

“ada yang salah sama penampilan gue, atau gue yang ke geeran?” Dinda beryanya pada dirinya sendiri sambil terus melangkah kan kakinya menuju kelas.

Saat berada di tengah-tengah koridor, ia mendengar seseorang berucap, “oh jadi ini pelayan kafe yang sok jadi orang kaya,”

Dinda mencoba untuk menghiraukan pernyataan tersebut. Ia menundukan kepalanya karna tak berani menatap balik semuanya. Sesampainya ia di kelas, ia langsung menempati tempat duduk nya. Berusaha tak memperdulikan tatapan semua orang.

“Din!” dinda mendongak ternyata Diana yang menanggilnya.

“kenapa?”

“ikut gue kebelakang sekolah, sekarang!”  tanpa menunggu jawaban Dinda, Amel menarik Dinda.

Sesampainya di belakang sekolah, disana sudah ada Amel yang menunggu. Dinda kebingungan dengan maksud dan tujuan sahabatnya.

“selesaiin masalah kalian!” tanpa basa basi, Diana langsung mengambil langkah untuk segera menyelesaikan masalah mereka.

Diam. Ya mereka berdua terdiam, taka da yang berbicara sama sekali. Dinda melihat ke depan dan Amel yang memalingkan wajah nya ke sisi yang lain.

Menghela napas, Dinda akhirnya berbicara “Mel, gue minta maaf. Gue tau, gue salah. Plis maafin gue ya.” Dinda akhirnya mengalah. Menurunkan ego.

Tak ada jawaban dari Amel. Ada apa dengan Amel? Tak biasanya Amel seperti ini. Jikalau pun ada masalah, dia tak akan mendiam kan sahabat nya.

“ Mel, gue minta maaf. Plis jangan diemin gue. Mel,” Dinda pasrah, sepertinya, Amel masih marah kepadanya.

Rasanya berbicara dengan Amel percuma saja, toh yang diajak bicara tak menanggapi sama sekali. Untuk apa berbicara panjang lebar, itu hanya buang buang tenanga.

Dinda berujar lagi, “yaudah kalo, lu gak mau maafin gue. tapi gue harap lu maafin gue. balik kelas.”pamit Dinda lalu bangkit dan berjalan pada Diana. “ Na, gue balik kelas ya. Kalo Amel udah mau ngomong sama gue, kasih tau ya.”

Diana tak dapat berbicara. Tak tahu harus melakukan apa. Niat nya ingin meluruskan masalah dari kedua temannya tapi malah semakin runyem di karenakan diam nya Amel. Diana menghampiri Amel. “Mel, lu kenapa?” Diana duduk di samping Amel.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 23, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang