Terjebak dalam genggam masalalu dan tak dapat keluar sudah menjadi bakat.
-dari yang terjebak-
Hari ini Dinda disibukkan dengan segala tugasnya, ya karna hari ini adalah hari Senin. Dia memang tidak mengikuti upacara tapi ia harus bertugas di UKS, dia bukan anggota PMR tapi ia mempunyai tugas dalam bidang kesehatan, ada alasan tersendiri kenapa ia lebih memilih berdiam diri di tempat horror ini dan membantu petugas kesehatan lainnya untuk menyibukkan diri. Anggota PMR pun menerima Dinda, bagaimana tidak menerima, menolak pun rasanya percuma karna gadis ini keras kepala. Dinda melangkah kan kaki ke tempat biasa ia jaga disana ada meja dan kursi untuk memudahkan pencatatan nama pasien, tak perlu susah payah kesana kemari.
Seandainya saja, ia lupa akan apa yang dideritanya maka ia takkan ada di tempat ini, sungguh permainan takdir sangat indah bahkan terlalu indah untuk dijalani. Masih belum lengkap kah penderitaanya hingga saat ini? sampai-sampai ia harus menelan kenyataan pahit dan menanggung beban sendiri? Hidup tanpa kasih sayang kedua orang tua, ibu nya yang pergi meninggalkan dirinya dan masih banyak lagi, yang Dinda lakukan hanya tersenyum dan tersenyum meski banyak luka yang mengoyakkan hati nya.
Ia berusaha untuk kembali fokus dan menetralkan emosinya, dilihatnya ke sisi lain dari tempat nya disana terdapat beberapa murid yang sedang beristirahat karena tidak kuat untuk melanjutkan upacara, ada juga yang pingsan mungkin karena kelelahan atau karena hal lain.
"Din yang tadi namanya Bella kelas 12 IPA 1, maagh nya kambuh," ucap anggota PMR itu setelah menangani pasien yang di bawa nya.
Tanpa menjawab, Dinda langsung menuliskan nya di buku pasien, ia sudah hafal dengan kebiasaan anggota PMR jika ada pasien maka harus mencatat nya.
Upacara kali ini bisa dibilang yang paling lama, karena sejak tadi pengumuman yang disampaikan tidak ada akhir nya, entah siapa yang menyampaikan pengumuman, Dinda hanya menyimak apa yang disampaikan oleh pembina upacara lewat pengeras suara tanpa tahu siapa yang menyampaikannya. Isi pengumumannya hanya pengumuman biasa seperti pada upacara sebelum-sebelumnya. UKS juga sudah mulai penuh oleh siswa siswa yang tak kuat melanjutkan upacara. Wajar saja, bukan hanya pengumumam yang tak ada hentinya tapi terik matahari juga sangat menyengat.
Beberapa menit kemudian upacara selesai, Dinda keluar bersama yang lainnya, sengaja ia melambatkan langkah kaki nya karna tak ingin berdesak-desakan dengan yang lainnya.
"Din!" panggil Amel.
"apa Mel," sahut Dinda
"kantin yuk laper nih." Tanpa menunggu jawaban Dinda, Amel menarik tangan Dinda tak peduli dengan ocehan Dinda yang sudah seperti burung beo.
"rame ih Mel, kenapa gak sama Diana aja?" Dinda mulai kesal dengan ukah temannya ini.
"sutt diem ntar dikira, gue ngapa-ngapain lu."
Gimana ia bisa diam? Jika melihat keramaian saja membuatnya ingin segera pergi mencari tampat tenang dan sekarang? ia harus berdiri di tengah keramaian kantin, berdiri diantara banyak orang yang berlalu lalang. Apa yang harus ia lakukan? Siapapun bantulah Dinda menhilang dari keramaian ini.
"lu belum jawab pertanyaan gue, gak usah coba ngalihin pembicaraan!" Dinda mulai kesal dengan kelakuan temannya ini, sorot matanya memancarkan kemarahan, ia beusaha untuk mengontrol emosinya.
Amel melepaskan pegangan nya, "Din, gue gak coba ngalihin pembicaraan, gue cuma mau lu lebih terbuka. Udah itu aja."
"lu mau rubah diri gue? Iya? Mel inget, ini hidup gue, gue sendiri yang tentuin jalan hidup gue! lu itu cuma sahabat gue! keluarga gue sekalipun gak ada yang bisa rubah sifat gue kalo bukan karna kemauan dari gue sendiri. Oke gue hargain usaha lu, tapi maaf gue gak bisa."
Dinda pergi meninggalkan Amel, berlari tanpa tujuan, butiran bening sudah bercucuran tiada henti. Ada rasa penyesalan setelah mengatakan hal itu pada Amel.
Ia berhenti di koridor paling ujung, tempat yang jarang dikunjungi siapapun karna letak nya yang jauh dan hanya ada beberapa ruangan tak terpakai, ia menumpahkan tangis
Dan penyesalan nya disini tanpa ada yang mengetahui nya.☘☘☘
Saat berjalan ke kantin, Radit berpapasan dengan, Dinda yang tengah berlari sembari menangis, diam-diam iya mengikuti nya sampai Dinda berhenti di lorong gelap, ia melihat Dinda menangis terisak dengan memeluk lutut nya. Tangisannya semakin kencang, membuat Radit tak tahan untuk menenangkannya.
Ia berjalan menghampiri Dinda. Sepertinya gadis itu tak menyadari keberadaannya, ia terus berjalan, langkah nya semakin dekat, tangisan itu semakin terdengar dan sekarang ia berada di samping Dinda, ia duduk di samping, Dinda, mendengarkan tangisan itu.
"Kanapa?" Tanya Radit. Setelah dirasa tangisan Dinda mereda.
Dinda mendongak mendapati, Radit berada di samping nya. Dinda tak menjawab pertanyaan Radit, melaikan hanya memandang tembok yang berada di depannya.
"Gue nanya itu untuk dapet jawaban."
Menghela napas. Akhirnya Dinda barujar, "gue berantem sama Amel."
"Lanjut."
"Amel narik gue ke kantin, gue nolak tapi dia tetep maksa gue." Dinda menyeka air matanya kemudian melanjutkan bicaranya. "Gue lepas kendali, gue gak tau apa yang gue lakuin."
"Kenapa nangis?kenapa gak coba selsaiin masalah lu sama dia? Kenapa harus kabur?" Radit memberikan pertanyaan beruntun pada Dinda.
Ya, Radit tau memberikan pertanyaan di saat seperti ini tak ada gunanya tapi, ia yakin Dinda mendengarkannya ia ingin Dinda tahu bahwa lari dari masalah bukan lah yang baik dan itu justru akan menambah masalah baru.
"Gue harus apa?"
"Kaya yang gue bilang, selesaiin masalah kalian berdua jangan sampai itu bikin persahabatan kalian hancur."
Sebisa mungkin Radit memberikan Dinda ketenangan agar gadis ini bisa menyelesaikan masalahnya dengan kepala dingin.
"Mau disini terus?gak mau coba ngomong sama Amel?" Radit memberikan usulan kembali pada Dinda.
"Nanti aja gue coba sendiri, makasi ya." Dinda mengusap air matanya dan membenarkan tatanan nya.
Mereka berdua bangkit dan berjalan bersamaan.
Hiyaaa akhirnya up jugaa, lama juga ya gak up😅
Salam jauh dari ipi❤
See u next chap
Follow my ig
Fina_vy
KAMU SEDANG MEMBACA
DARA
Teen FictionCover by @Hilariousy Ini bukan tentang Badboy bertemu badgirl atau ice girl bertemu dengan ice boy yang membuat mereka seperti patung es. DARA itu mereka, mereka yang terperangkap dalam belenggu masalalu. Ini tentang mereka yang sedang mencari jati...