Kara Adela, ini hari pertamanya dikelas 12 SMA Garuda Jakarta. Kara sudah menduduki tingkat akhir sekolah saat ini. Kara datang lebih awal karna jauh jauh hari kesiswaan memperingatkan kepada seluruh siswa agar datang lebih awal saat tahun ajaran baru.
Selesai sholat dan mandi, Kara segera memakai baju seragamnya turun ke bawah untuk sarapan
"Pagi mah, kak." Ucapnya kepada ke dua anggota keluarganya
"Pagi Kara." Ucap Mama dan Kakak dari Kara.
"Kara, kamu cantik hari ini."
"Apaan sih kak Revan."
Gurauan terjadi dimeja makan itu, ketiga anggota keluarga bahagia ini mengawali pagi mereka dengan tawa. Walaupun kehilangan kepala keluarga mereka 5 tahun lalu, tak membuat kesedihan mereka berlarut-larut.
"Ayo Ra cepat nanti kamu telat."
"Iya kak."
Kara dan Revan pun bergegas ke sekolah Kara. Sementara mereka sampai disekolah, Kara berpamitan ke Revan yang langsung menuju kampusnya. Revan merupakan mahasiswa kedokteran semester akhir di salah satu kampus terbaik di Jakarta.
XII IPA 1
Kelas itulah yang akan ditempati Kara setahun kedepan. Setelah memilih kursi yang menurut dia cukup nyaman, dia segera melanjutkan novel trilogi yang ia baca selama liburan kemarin.
Kelas tiba-tiba sunyi, namun ia tetap terpaku pada novelnya.
"Permisi, boleh saya duduk disini." Tanya seorang laki-laki yang menunjuk kursi yang berada tepat disamping Kara.
Apa yang harus Kara lakukan? Apa dia mengizinkan laki-laki tersebut duduk disampingnya? Ia mengizinkannya, lagipula nanti wali kelas akan segera mengatur kembali denah tempat duduk.
"Ya, silahkan." Ucapnya sambil memperbaiki kacamatanya. Laki-laki yang belum Kara ketahui namanya itu melemparkan senyum indah dan dibalas senyum tipis oleh Kara. Lalu setelah itu Kara kembali memfokuskan perhatiannya kepada novel kesayangannya itu.
"Pagi, kenalkan namaku Alatris Bhirawa panggil saja Tris, Kamu sendiri siapa?" Tanya laki-laki tersebut.
"Pagi, namaku Kara." Jawab Kara sambil menatap name tag Tris.
"Kara, terima kasih sudah mengizinkan saya duduk disini."
"Ya, sama-sama." Kara menjawabnya sambil berpikir, masih ada laki-laki seperti Tris yang berbicara sopan dizaman seperti ini.
Setelah Kara dan Tris mengobrol tentang novel dan buku buku kesukaan mereka, bel tanda apel tahun pelajaran baru berbunyi. Seluruh siswa SMA Garuda Jakarta berkumpul di lapangan.
Selama apel berjalan, Tris yang berdiri tepat disamping Kara diam diam berusaha menutupi Kara dari teriknya panas matahari dan tentu saja tanpa Kara sadari, klise memang caranya. Namun itu mampu membuat Kara tetap sejuk dan tidak merasa pusing.
Apel selesai, seluruh siswa kembali ke kelas untuk dibimbing wali kelas mereka yang baru.
XII IPA 1
"Selamat pagi anak-anak, saya Artia Rezalia wali kelas dari kelas yang kalian tempati saat ini."
"Selamat pagi bu."
Perkiraan Kara salah, hanya sistem kepengurusan kelas lah yang diatur oleh wali kelas, tidak dengan denah tempat duduk. Bagaimana ini? Apa ini akan menjadi hari-hari Kara yang sulit? Sebenarnya Kara tidak mempermasalahkan Tris, mengingat bahwa Kara dan Tris sama-sama menyukai novel itu pasti membuat Kara nyaman. Namun tatapan sinis dan bisikan iri dari teman-teman kelas Kara yang lain lah yang mampu menggangu kenyamanan Kara.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Different Chairmate
Teen FictionKara beruntung mendapatkan Tris, lelaki istimewa yang menjadi teman sebangku sekaligus... Tris beruntung bisa menjadikan Kara wanitanya. darkwhitehere.