Hari ini Kara sampai disekolah agak siang, Tris sudah duduk manis dibangku sambil tersenyum menyambut kedatangan Kara.
"Selamat pagi, kamu bertambah cantik hari ini." Ucapan sederhana Tris membuat yang dipuji mengeluarkan semburat merah diwajahnya. Lalu Tris berdiri dan mempersilahkan Kara duduk dibangkunya.
"Ekhem, Tris boleh gak gua duduk sama lu. Soalnya gua males sama Sobhar, gak jelas orangnya." Pinta salah satu siswi yang merasa tidak nyaman dengan teman duduknya saat ini
"Saya rasa kamu cocok dengan dia, maaf saya nyaman dengan Kara." Ucap tris diikuti senyum tipisnya.
Siswi itu pun merasa kesal mendengar jawab Tris dan melenggang pergi
"Harusnya kamu terima aja Tris, dia kan cantik."
"Kenapa harus? Saya nyaman sama kamu dan kamu.. lebih cantik dari dia."
Sial sial, lagi lagi Tris membuat Kara tersipu malu.
"Wajah kamu memerah Kara, kamu sakit?" Tanya Tris sambil menaruh telapak tangannya dikening Kara.
"Aishhh tidak bodoh, ini akibat ucapanmu Tris" ucap Kara dalam hati
"Tidakk, aku tidak apa."
KBM pun dimulai, Kara dan Tris sangat senang manakala soal fisika favorit mereka yang akan mereka kerjakan kali ini.
TRINGGGGGG!!!
Bel istirahat berbunyi, Tris mengajak Kara menuju belakang kantin yang menurutnya tempat yang tenang untuk membaca buku.
Benar saja, ada bangku kayu dan pepohonan rindang disana. Kara senang, 45 menit waktu istirahat akan dia habiskan disini.
"Sebentar Ra, saya mau ke toilet."
"Iya Tris."
Tak lama setelah Tris menuju toilet ada sekelompok siswi yang menyiram Kara dengan air dan membuat buku yang ia baca serta buku Tris basah.
"Ada apa ya main siram aja?" Tanya Kara sambil membetulkan pakaiannya yang basah.
"Eh genit banget sama Tris ya lu, dia inceran gua dari kelas 10."
"Masa bodoh, peduli setan dengan itu. Kita cuma teman."
Tangan salah satu anggota kelompok itu terayun menuju pipi Kara, namun Tris menahannya.
"Kamu sudah gila Lisa, kalau kamu terus melakukan ini saya akan menghubungi dokter kejiwaan kenalan ibu saya agar segera mengurus kamu."
Tertohok lah gadis bernama Lisa tersebut tatkala mendengar pujaan hatinya melontarkan kalimat menyakitkan itu.
Lisa dan teman temannya pergi meninggalkan Kara yang kebasahan dan Tris yang dirundung rasa bersalah pada Kara.
"Saya minta maaf, saya....
"Udahlah Tris, gapapa gua mau pinjam jaket Jijah dulu baju gua basah."
"Tidak, kamu tunggu disini. Biar saya yang ambil jaket saya." Ucapnya sambil memegang tangan Kara
Bisa gila Kara kalau Tris terus memperlakukannya seperti ini.
"Ya makasih."
Selepas Tris mengambil jaketnya ia menunggu Kara didepan kamar mandi saat Kara mengganti bajunya.
"Ra, tidak dingin kan?
"Gak, Tris."
"Nanti saya akan bilang ke guru mata pelajaran terkait bahwa kamu sudah dibully. Mungkin beliau akan memaklumi kalau kamu tidak pakai seragam."
"Makasih."
Setelah kejadian itu sampai pulang berbunyi, Kara terus bungkam. Tris pun tidak berani membuka percakapan seperti biasa sampai pada akhirnya..
"Ra, nanti saya ganti buku kamu.
"Gak usah Tris, gak terlalu bagus juga."
"Kamu ini." Ucapnya sambil...
Apa apaan ini Tris mengacak rambutku. Ucap Kara dalam hati
"Ehh ehh ehhh mulai bandel ya Kara, gua aduin nih ke kak Revan." Ucap jijah jahil karna melihat bagaimana perlakuan Tris pada Kara
"Jijah, apaan sih."
"Hehe, gua duluan yaaa Karaaa, pangean Triss."
Jijah pun melenggang pergi dengan motornya
Kara menghela nafas, Revan tidak bisa menjemput Kara karna ada tugas mendadak.
"Kenapa Ra?" Tanya Tris yang sejak tadi menemani Kara menunggu kakaknya
"Kak Revan gak bisa jemput, Tris."
"Iya sudah sama saya saja Ra."
"Ehh, gak ah ngerepotin. Naik ojek online sa....
Tris langsung menarik tangan Kara perlahan menuju motornya.
"Tidak aman, sama saya saja."
"Hmm"
Mereka pun meninggalkan sekolah menuju rumah Kara. Saat lampu merah mereka pun sedikit berbincang.
"Ra, apa kamu tidak nyaman dengan kehadiran saya?"
"Hmm, nggak kenapa Tris?"
"Banyak orang bilang saya membosankan, termasuk yang di toilet tadi."
"Kamu yang terbaik, Tris." Bagi Kara Tris yang terbaik, dia berbeda dari lelaki kebanyakan.
"Kamu juga yang paling cantik, Ra." Ucap Tris yang masih terdengar di telinga Kara. Namun Kara pura pura tidak mendengar, lagipula lampu hijau juga sudah menyala
Sesampainya dirumah Kara, Tris hanya mengucapkan sore dan langsung menuju restoran ibunya untuk paruh waktu.
19.44pm
Drrttt drtttt drtttt
Ada telpon masuk diponsel Kara, rupanya Tris yang menelponnya.
"Assalamualaikum." Ucap Tris
"Waalaikumsalam"
"Ra, lagi apa? Udah kerjain PR?"
"Iya Tris, ini lagi kerjain PR. Kenapa?"
"Tidak apa saya hanya bertanya. Semangat ya jangan tidur malam malam"
Lagi dan lagi Tris membuat Kara merasa istimewa.
"Ya Tris."
"Malam Kara."
"Malam"
Telpon ditutup oleh Kara, ia kembali melanjutkan PR nya sesegera mungkin dan langsung tidur menemui alam mimpi.
Yoyoyooooo
KAMU SEDANG MEMBACA
My Different Chairmate
Teen FictionKara beruntung mendapatkan Tris, lelaki istimewa yang menjadi teman sebangku sekaligus... Tris beruntung bisa menjadikan Kara wanitanya. darkwhitehere.