4

7 5 0
                                    

Pagi ini Kara masuk sekolah dengan mata sembab dan hati yang kurang mendukung semangatnya bersekolah. Dia pun mendiami Tris setelah acara telponan itu sampai saat ini. Tris sendiri mengerti kalau Kara hanya ingin sendiri.

"Pagi sayang, kamu sakit?" Tanya Tris melihat kondisi wajah Kara yang lemas dan sembab.

"Gak, Tris aku gapapa." Jawab Kara sambil duduk lalu menidurkan kepalanya di meja.

Tris tidak suka ini, wanitanya terlihat sakit dan murung. Tidak seperti biasanya, segar dan semangat bersekolah.

"Ra, ada yang mau kamu ceritain ke aku?"

"Gak."

"Ra.."

Bungkam, itulah gambaran keadaan sejak jam pelajaran dimulai hingga pulang sekolah. Kara tetap saja mendiami Tris. Entah sudah berapa kali Tris berusaha agar Kara tidak mengacuhkannya, tetap saja cara itu gagal. Seperti tadi saat Revan tidak bisa menjemput Kara. Kara tidak ingin pulang dengan Tris, dia lebih memilih bersama Jijah.

"Ra, gua tau lu galau berat karna si brengsek cap ikan lele pasar itu dateng lagi ke kehidupan lu. Tapi Tris kasihan, dia gak tau apa apa, Ra." Ucap Jijah sambil mengusap bahu Kara.

Sekarang, Kara dan Jijah berada dirumah Kara. Kara menceritakan semua kejadian semalam ke Jijah.

"Tapi Jah, gua takut, gua benci sama semua ini. Kenapa dia dateng lagi sih?"

"Udah, lu lupain aja tuh si brengsek, manfaatin waktu lu sama Tris yang saat ini sayang sama lu. Tuh anak kaga maen maen ye. Berani loh ngadepin kakak lu."

"Iya Jah gua salah diemin dia, dia gak tau apa-apa."

"Nah yaudah sekarang tenangin diri lu, telpon dia minta maaf. Kalau bisa lu ceritain deh masa lalu lu itu."

"Gua akan minta maaf ke dia tapi nggak dengan ceritain yang dulu."

"Hadeh, Ra."

Kara memang tidak ingin ada yang tau kejadian masa lalu nya itu selain Anhar dan Jijah. Cukup mereka saja, memalukan.

"Assalamualaikum, Ra?"

"Waalaikumsalam, Iya Tris, aku minta maaf ya aku tadi diemin kamu di.....

"WOY PAKAJI GANTENG POL, INI ACOHH JIJAH YANG CUANTIK NAN IMUT."

Begitulah Jijah, selalu mengubah suasana menjadi lebih ceria dari sebelumnya.

"Nahh cantik bat dah ah temen gua, gitu dong lu mau gua dandanin walau gak sekece badai yang gua harapkan."

"Ihh ini aja gua males banget Jah, gatel muka gua."

"Gak berubah lu Ra.. Ra."

Setelah acara minta maaf tadi, Tris mengajak Kara jalan sore ini. Ya memanfaatkan quality time pertama mereka sebagai sepasang kekasih. Tak lama kemudian terdengar bunyi motor yang kemungkinan adalah motor milik Tris.

"Ra, Tris tuh.." ucap Jijah setelah melihat kearah teras rumah Kara. Benar saja itu suara motor Tris. Kara dan Jijah bergegas menuju teras dan menghampiri Tris.

"Ehh pakaji, nih bukaji nya dah suantikkk tenan." Ujar Jijah sambil melemparkan senyum genit ke Tris

"Iya terima kasih Jijah, ayo Ra."

"Ayo."

"Duh duhh nitip seblak yaaa buat acohh."

"Iya Jah, kita pergi dulu."

Hari ini Tris akan mengajak Kara jalan jalan ke salah satu mall di Jakarta. Tris bermaksud ingin membelikan Kara sesuatu hari ini.

"Ra, kamu beli apapun yang kamu mau ya. Nanti saya yang bayar, saya kebetulan habis gajian."

"Eh nggak ah, pake uang aku aja sayang uang kamu."

"Ra, aku mohon."

"Hmm hmm."

Kara tersenyum, Tris selalu pandai memperlakukan Kara secara manis. Kara tidak pernah diperlalukan seperti ini oleh siapapun selain kakak dan mendiang ayahnya.

Sesampainya di satu toko, Kara melihat kalung yang dipajang indah menawan dan menarik perhatiannya.

"Suka Ra?"

"Iya suka, lucu Tris."

"Ayo kesana, saya belikan untuk kamu."

"Hmm nggak ah kayaknya mahal, nanti aja aku ngumpulin uang du.....

"Ayo sayang." Ajak Tris sambil menggandeng tangan Kara. Tentu saja hal ini membuat Kara merasa senang dan wajahnya sudah memerah sejak tadi.

Kalung liontin yang menyita perhatian Kara itu sekarang sudah bertengger di leher indah Kara. Tris yang memakaikannya setelah membeli kalung tersebut. Sebenarnya Kara kesal kala mengetahui berapa harga kalung tersebut namun Tris tetap membelinya.

"Udah ah Tris nanti aku ganti uangnya."

Tris tersenyum "Ra, kamu pacar saya tidak perlu seperti itu."

Kara mendengus kesal sambil menyembunyikan senyuman bahagia yang diciptakan oleh kekasihnya itu, Tris.

Setelah berjalan mengelilingi Mall dengan membeli kalung, membeli buku, makan dan bermain, Kara dan Tris mengakhiri sesi quality time mereka dengan membeli es krim.

"Ra, kamu mau es krim rasa apa?"

"Samain sama kamu, Tris."

"Iya sayang."

Tris senang sekali membuat Kara merasa orang paling bahagia di dunia. Kesedihannya mengingat bagaimana dulu Anhar dihidupnya, hilang begitu saja. Kini Kara mengerti, Tris benar-benar ingin membahagiakannya.

20.00 WIB

Setelah Tris mengantar Kara pulang dan Kara memasuki rumahnya, ia tak menemukan Jijah padahal dia sudah membawakan pesanan Jijah Kembali ia menemukan Anhar sedang mengobrol dengan kakaknya. Kara tidak memperdulikan itu lagi, ia mencoba mengabaikan Anhar karna saat ini ia memiliki Tris. Tapi keadaan tidak mendukung Kara, saat Revan meminta Kara untuk membuatkan minuman untuknya dan Anhar disitu Anhar mencoba berbicara dengan Kara.

"Udah gede kamu ya, dek." Ucap Anhar sambil mengelus kepala Kara namun segera ditepis kasar oleh Kara.

Kara bungkam.

Anhar terus menerus berusaha untuk mengajak Kara berbicara namun respon kara hanya singkat, padat dan jelas.

"Dek kenapa sih?" Revan bertanya karna respon Kara cukup aneh.

"Gapapa kak, aku ke kamar dulu ya."

Kara menuju kamar sambil menahan tangisannya mengingat bagaimana Anhar memperlakukannya dulu.

Kini Kara mengerti, ia harus melupakan segalanya. Ia harus memulai hati bahagianya bersama Tris.


Huwuhh huwuhh, dah si gitu aja.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 14, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Different Chairmate Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang