PROLOG

146 18 1
                                    

(Dita waktu kecil)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Dita waktu kecil)

*******

"Diam, Dita!"

Kalimat yang baru diucapkan orang di depannya seketika membuat Dita terdiam. Siapa lagi jika bukan ayahnya yang suka membentaknya jika Dita sampai menangis.

Air mata di pipi Dita diusapnya perlahan. Dita masih berumur 10 tahun wajar saja ia sering menangis, tetapi ayahnya selalu memarahinya jika Dita menangis. Karena menurut ayahnya jika Dita menangis Dita akan terlihat seperti gadis yang lemah. Tetapi ayahnya itu sebenarnya sangat menyayangi Dita karena hanya Dita satu satunya yang ia punya.

Dimana mamanya? Riska (mamanya) adalah orang yang sangat sibuk. Riska sering keluar kota dan entah mengapa Riska hanya pulang jika sempat saja. Berbeda dengan ayahnya yang jarang keluar kota. Meskipun begitu mamanya juga sangat menyayangi anak sematawayangnya itu.

"Maaf Dita ayah harus membentak. Kamu tau kan kalau ayah ngga suka kalo kamu sampe nangis," jelas ayahnya dengan tegas

Tadi setelah pulang sekolah tidak ada angin tidak ada hujan Dita tiba tiba menangis. Menang sudah biasa, karena Dita adalah orang yg sedikit sensitif. Karena itu Dita sering disebut anak cengeng disekolahnya.

Setelah anaknya berhenti menangis baru Dion (ayah Dita) bertanya, "kenapa?" Tanyanya singkat.

"Aku ngga mau sekolah lagi yah" keluh Dita pada ayahnya dengan kepalanya yang tertunduk. "Temen temen Dita ngga suka sama Dita katanya aku anak cengeng," Diba mengadu.

Dion yang sempat terdiam akhirnya mulai berbicara, "Oke, ayah Akan menyetujuinya tapi Dita sekarang jangan pernah nangis lagi karena itu akan membuat orang orang nggak suka ke Dita oke?." Kata Dion dengan lembut

Dita langsung memeluk ayahnya, senyumnya mengembang berbeda dengan beberapa saat yang lalu. Ayahnya juga merasa bahagia melihat anaknya juga bahagia.

*******

Mulai hari ini dan seterusnya, hari hari Dita hanya dipenuhi dengan guru home schoolingnya. Anehnya, Dita tidak merasa bosan, Dita malah senang dengan keadaan yang seperti ini, jauh dari teman temannya yang selalu menertawakannya.

Ayahnya yang yang suka memarahinya jika ia menangis sekarang tidak lagi, karena sekarang dengan keadaan yang seperti ini Dita bahagia

*******
.
.
.
.
.
.
.
See you next part readers........
.
.
.
.
Jangan lupa lanjut baca part 1

RaditaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang