kenapa?

87 11 9
                                    

Langit hitam mewarnai gelapnya dunia, pertanda bahwa hari masih malam. Hari ini pukul 22.00, entah kenapa seorang gadis cantik nan baik hatinya itu masih termenung, memikirkan sesuatu.

Kalau saja.. nama Hasan tidak pernah ada di kehidupannya, walaupun ada Nadya bermohon, tolong!! jangan Muhammad Hasan Siddiq yang hadir di dunianya

"Kamu itu bagai langit malam, masih remang-remang. Coba saja kalau kamu cahaya, akan aku ikuti kemana pun kamu datang"
Malam ini, untuk malam ini saja ya Allah biarkan aku menjabarkannya.

"Kalau saja, jika aku tidak memperhatikannya berkali-kali..
Mungkin, ini akan menjadi rasa biasa bukan melebihi"

Aku termenung, lalu saat aku mengintip bulan yang terlihat sangat indah dari balkon kamar ku ini. Perlahan, air mataku menetes, ya Allah jika saja...

🐬🐬🐬

Tiba-tiba ada seseorang yang menepuk pundak ku, sontak aku kaget.

"Heyy, melamun terus sih Nadya"

"Astagfirullah.. Salam itu adab pertama seseorang jika bertemu saudaranya, baru kamu nyampein sesuatu.. Lagian aneh deh sama kamu Wid, pelajaran yang paling kamu suka kan Aqidah Akhlak terus juga..kamu udah hafal 11 hadist di luar kepala soal itu, terus kenapa sekarang nggak dipraktikan sihh? dasar temen aku"

"Astagfirullah ya Allah, aku lupa Nadya. Tadi itu aku habis lari-lari nyariin kamu, pas ketemu ternyata lagi di taman yaudah aku buru-buru nyamperin" kata Wida

"Kamu itu Wid, hobimu itu lari, berangkat sekolah lari, pulang pun sama, kerumahku juga lari, ketemu Put-- astagfirullah.."
Wida melakukan gerakan cepat dengan menutup mulutku saat aku hampir saja menyebutkan nama seseorang yang dia suka, diam-diam memang.

"- astagfirullah, ngingetin aku ya nggak papa, tapi ngingetin kayak tadi, ya mbok pelan-pelan to nutupnya..bibirku nyampe merah gini loh, kamu ini mau nutup atau nabok to Wid" ujarku, sambil mengusap-usap bibirku yang terlihat merah dan perih.

"Yo maaf to, aku reflek kamu mau nyebut nama dia disini, ini tempatnya ramai banget, maaf yaa, kalau aku traktir plus aku bacain surah Al baqarah ayat 67, pake nada 'ajam, mau maafin?"
Aku tertawa mendengar yang Wida katakan, kalau aku tertawa itu karena kalian. Karena aku seorang lah yang Allah pertemukan dengan sahabatku, Wida. Kalian tidak akan pernah menemukan yang seperti dia dimana pun, kalau ada, bawa kehadapanku. Dan aku jamin, semuanya di mataku tidak ada yang lebih baik dibanding Wida.
Afwan membandingkan. Karena aku sayang Wida:)

"Nih es cream terlezat di taman ini, bukan terlezat di kota Yogyakarta yaa"
Wida menyerahkan es cream rasa mangga dengan topping cokelat di atas nya, setelahnya sambil menikmati es cream, Wida melantunkan ayat indah itu. Kakiku berayun keatas dan kebawah mendengar suara tilawah Wida. Demi Allah, tidak ada yang lebih indah dibanding ini.

"Shodakallahul 'adzhim.. Selesai..gimana suara tilawah ku?"
Aku menunjukkan jari jempol didepan wajahnya dengan wajah senang.

"Indah banget, aku sukaaa, nanti lagi aku bakal nyuruh kamu buat bacain surah Ad-dhuha, oke kan?"

"Oke lah, tapi kalau kamu buat kesalahan kayak aku tadi, aku bakal minta kamu bacain surah Ayat kursi, oke nggak?" pinta Wida

"Yo, okee"

"Lho, Nadya. Itu Hasan kan? Loh..itu yang di sampingnya siapa?"
Mendengar namanya, hanya namanya. Jantung ku palpitasi, kuasa Allah, hanya nama.
Benar, itu Hasan. Perkenalkan. Dia teman sekolahku, kami sering bertemu jika di komplek rumah, namun kami jarang bertemu jika di disekolah. Akhwat dan ikhwat berbeda kelas.

"Loh iyaa, itu Hasan sama akhwat? Siapa?"
Akhwat dan ikhwan itu sedang berdiri, menunggu makanan yang mereka pesan. Mereka tampak akrab, mengobrol dan tertawa itu yang mereka lakukan sekarang.

Deg-

Deg-

Wida mengusap punggungku, lalu perlahan dia membawaku kepelukannya lalu mengatakan sesuatu, padahal aku hanya mematung melihat dua sejoli itu, tidak meraung-raung tak jelas. Wida berlebihan, sungguh. Aku tidak apa-apa ya Allah..

"Sabar, jangan sakit kalau cuma karena melihat orang yang kamu harapkan bersamamu, nyatanya dia sedang bersama orang lain sekarang. Cintamu itu tulus Nadya, Allah pasti bantu, jika bukan Hasan orang yang terbaik buat mu. Masih ada yang lain, percaya sama Allah"

Aku tidak apa-apa Wida, Wallahi. Tubuhku baik-baik saja, tapi, hatiku retak Wida. Aku lemah, manusia memang lemah, itu memang kodratnya. Lalu sekarang apa yang harus aku harapkan? Bersanding dengan Hasan itu hanya sebuah angan.
Nanti, setelah ini aku pasti akan memberi tau hatiku, kalau takdir Allah itu lebih indah.

"Ayo, kita pergi dari sini, kita kan masih punya rencana ke Malioboro nanti malam.. Ayo pulang Nadya, nanti di jalan aku bacain surah Ar-Rahman, mau?"
Aku hanya tersenyum, lalu berjalan pulang bersama Wida, harapan itu muncul saat ada yang membisikan telingaku, masih ada harapan, saat aku menoleh ke belakang. Hatiku sukses berkeping-keping, melihat Hasan menyuapi Rara, iya, dia Rara teman satu kelasku, dan bahkan dia adalah teman sebangku ku.

Laa Tahzan Nadya:)

🐬🐬🐬

Tak Dapat Ku GenggamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang