BAB I (Aku Pemilik Takdir Itu)

5.8K 281 195
                                    

CLARISSA WIRATMADJA (Part 1)

Tuhan menciptakan dunia ini untuk dihuni oleh seluruh mahluk-mahluk ciptaannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tuhan menciptakan dunia ini untuk dihuni oleh seluruh mahluk-mahluk ciptaannya. Manusia, jin, dan beberapa mahluk lain diberikan kesempatan untuk hidup secara berdampingan. Meskipun, pada dasarnya mereka memiliki dimensi yang berbeda.

Bagaikan air dan minyak di dalam sebuah wadah gelas. Gelas menggambarkan dunia ini. Sedangkan air dan minyak yang mengisi, merupakan perumpaan dari mahluk- mahluk penghuninya. Mereka memang berada dalam satu tempat yang sama, namun tidak bisa menyatu.

Lalu, siapakah mahluk yang paling banyak menghuni dunia ini?

Jawabannya adalah, bangsa jin. Mereka bisa menjangkau ruang yang manusia tidak bisa menjangkaunya. Mereka juga diberi kelebihan oleh Tuhan untuk bisa melihat manusia, yang mana manusia sendiri tidak memiliki kemampuan sebaliknya. Kecuali, beberapa manusia yang ditakdirkan oleh Tuhan.

Dan aku adalah salah satu pemilik takdir tersebut.

*_*ALGEA*_*

"Clarisaaa...."

Sontak aku terkejut mendengar suara teriakan yang membuat telingaku seketika berdengung, sangking kerasnya. Aku bisa langsung mengetahui siapa pemilik suara nan cempreng itu.

Aku langsung berbalik ke arahnya. "Astagaa! Apa sih Rana? Gue kaget banget, sumpah!"

Dia tersenyum jahil. "Biarin. Lagian, siapa suruh lo melamun?" ucapnya santai.

Dia adalah Rana Inzyna Logiana. Sahabatku yang memiliki paras cantik dan baik hati. Rana memiliki mata bulat yang selalu berbinar-binar, hidung mancung, bibirnya kecil yang selalu berwana pink cerah, rambutnya berwarna cokelat sebahu, dan yang semakin menambah kesan cantik sekaligus manis di wajahnya ialah terdapat tahi lalat kecil yang berada tepat di samping bibirnya.

Selain cantik, cerdas, dia juga termasuk siswi yang berprestasi. Selain aktif di ekskul yang dia sendiri adalah ketuanya, dia juga disayangi oleh para guru karena rajin, sopan, dan ramah. Rana adalah satu-satunya Ketua di ekskul mading yang tidak terlengserkan semenjak kelas sepuluh.

Aku tidak tahu bagaimana Rana bisa menjabat sebagai ketua di statusnya yang saat itu masih kelas sepuluh. Tetapi yang aku tahu Rana benar-benar menyukai dan bekerja keras untuk ekskul yang terkenal dengan anggotanya yang hitz serta mempunyai kreativitas tinggi itu. Bahkan, tim mereka beberapa kali membawa pulang piala juara pertama yang diselenggaran oleh beberapa sekolah, universitas, bahkan pemerintahan setempat. Jadi tak heran, kalau sahabatku ini dinobatkan menjadi salah satu siswi ter-populer di sekolah.

"Lo ngelamunin apaan sih, Cla? Belakangan ini lo tuh jadi sering banget ngelamun. Untung aja pelajaran udah selesai, kalau kagak gue yakin Pak Tamrin yang masuk tadi akan menjitak kepala lo lalu berakhir di ruang BK."

Membayangkan hal itu terjadi, aku mendadak jadi ngeri sendiri.

"Gue gak ngelamunin apa-apa kok," sambil merapihkan buku-buku di atas meja. "Eh, by the way, si Dora ke mana yah?"

ALGEATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang