TR | PART 4

71 13 3
                                    

Hari ini akan diadakan upacara pemakaman untuk mendiang Rose Matthew.

Seluruh keluarga besar Matthew hadir di acara pemakan tersebut. Mereka ikut berbela sungkawa atas kepergian Rose yang begitu tragis.

Ellen sudah tampak tenang, dia tidak lagi meraung-raung menangisi kepergian putrinya.

“Mom minum ini, ini akan menambah energimu” Bryan menyodorkan minuman herbal yang sudah dipanaskan.

“Thank's son” Ellen meraih minuman yang diberikan Bryan.

“Hey Bryan”

Bryan dan Ellen menoleh secara bersamaan ke arah sumber suara.

Bryan tersenyum begitu melihat seorang pria yang sebaya dengannya tampak tersenyum dan memamerkan deretan gigi putihnya yang sedikit menjulur ke arah depan.

“Bobby” Bryan berjalan menghampiri kemudian memeluk Bobby.

bobby Matthew. Saudara sepupu Bryan dan juga Rose. Dia tidak tinggal di satu tempat, dia menghabiskan masa mudanya dengan menggeluti usaha di bidang Travel dan property. Dia dan ayahnya, Jack Matthew mempunyai 5 kapal pesiar yang tersebar di Eropa, ditambah dengan berbagai villa mewah yang jumlahnya ratusan yang sudah tersebar hampir di seluruh penjuru tempat di dunia, semua itu sangat menyita waktu mereka, sehingga mau tidak mau mereka harus terus bergerak kesana-kemari untuk memantau semua bisnisnya.  Hal itu pula yang menjadikan Bobby dan Ayahnya sangat sulit untuk ditemui.

“Turut berduka cita Bro. Kuatkan diri lo, hidup harus terus dijalani” Bobby menepuk punggung Bryan.

“Hmmm” jawab Bryan sambil melepas pelukannya dari Bobby.

“Sudah menemui yang lain? ” tanya Bryan sambil menatap Bobby.

“Belum” jawab Bobby seadanya.

“Temui dulu mereka. Mereka pasti sangat merindukanmu” ucap Bryan sambil menepuk pundak Bobby disertai seulas senyuman di bibirnya.

“Oke” jawab Bobby kemudian berlalu.

***

“Bagaimana? Permintaanku sudah siap? ” Bryan bertanya kepada Julian, orang kepercayaannya begitu sampai di kantor.

“Ini Tuan” Julian menyerahkan amplop besar berwarna kecoklatan kepada Bryan.

“Baik, Terimakasih” ucap Bryan kemudian berjalan menuju ke ruangannya.

Bryan duduk di depan meja kerjanya, kemudian membuka amplop besar yang diberikan oleh Julian.

Bryan sangat fokus membaca semua tulisan yang ada di lembaran kertas dalam genggamannya.

“Ini akan sangat menyenangkan” gumam Bryan sambil menyandarkan kepalanya ke kursi setelah selesai membaca lertas yang dia pegang.

Bryan memutar kursinya menghadap ke arah jendela besar yang persis berada di belakangnya.

Dia menatap bangunan-bangunan yang menjulang tinggi diantara jingga-nya warna langit karena pantulan sinar matahari yang mulai terbenam.

Disaat seperti ini, yang terpikirkan olehnya hanyalah kemalangan sang adik yang harus pergi meninggalkan semua orang di usianya yang masih muda.

Sesak.

Bryan tak kuasa menahan semua beban dan rasa penyesalan karena dia tidak mampu menjaga Rose dengan baik. Tak terasa air mata mulai turun membasahi pipinya. Bryan segera menghapus air matanya.

“Tunggu sebentar lagi, semuanya akan segera berakhir. Akan kuhancurkan semuanya,hingga semua rasa sakitmu terbalaskan Rose” gumam Bryan sambil memejamkan matanya.


To Be Continued...

The RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang