Chapter 5 🍩

19 3 2
                                    

Friend Zone

.

.

.

Ketika detik menjadi menit, menit menjadi jam, jam menjadi hari, hari menjadi bulan.

Sudah lebih dari 5 bulan Arkan merasakan keheningan, kesunyian, kehampaan melandanya.

Pagi ini Arkan bangun dengan sendirinya, matanya melirik pada jam dinding di kamarnya.

Ia kembali merebahkan badannya di kasur king size nya, mata indahnya mengamati langit langit kamarnya.

Detik selanjutnya ia memikirkan seseorang, seseorang yang baru baru ini mengisi hatinya, namun apakah itu cintanya? Atau hanya cinta sesaat? Ia tak mengetahui itu pasti.

Tapi cintanya masih terjebak pada sosok di masa kecilnya, yang sekarang entah dimana dia berada, masih ingatkah padanya atau telat melupakannya.

Arkan meraih phonselnya lalu membuka galeri di phonselnya, untuk melihat wanitanya, apakah boleh Arkan menganggap sosok tersebut adalah wanitanya? Arkan rasa itu tidak perlu karna Arkan tetap kekeh untuk mempertahankan cinta dalam diamnya.

Tak sadar berapa lama ia memandangi foto wanitanya, sekarang waktu menunjukkan pukul 06.00, iya bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan diri dan bersiap untuk bersekolah.

Skip~

Di koridor sekolah terlihat 3 remaja tengah berjalan dengan canda tawanya, tak utung mereka saling mengejek satu sama lain.

Setelah sampai di kelas mereka menuju bangku masing masing.

Fira setelah memasuki kelas bersama sahabatnya, ia memandangi Arkan sendu, dia hanya bisa merapalkan doa untuk kebahagiaan sahabatnya itu.

Bagas yang menyadari arah tatapan Fira , ia juga menatap sendu keadaan sahabatnya yang akhir akhir ini kehilangan kehangatan keluarga, lagi lagi di pelupuk matanya terdapat cairan bening yang siap meluncur, kemudian ia mengalihkan pandangannya.

Arkan yang memang telah menyadari tatapan dari para sahabatnya itu hanya bisa diam, dia tak tau harus melakukan apa.

.

.

.

Di kantin terdapat ratusan murid yang berdesak desakan untuk memesan makanan.

        "Ar lo gak papa?" Tanya Fira.

        "Gue? Emang kenapa?" Ucap Arkan dan menampilkan wajah datarnya.

Bagas yang melihat kebohongan di mata sahabatnya itu geram dan memberi tatapan membunuh pada Arkan namun tak di hiraukan.

          "Lo kenapa sih? Kita disini sahabat lo yang akan selalu buat lo, kenapa lo nyembunyiin semuanya dari kita? Kalo lo ada masalah lo bisa cerita ke gue ataupun sama Fira" ucap Bagas dengan menekankan setiap katanya.

           "Gue bisa atasi sendiri" ucap Arkan dengan mengalihkan pandangannya.

            "WHAT THE HELL! Arkan kenapa lo selalu nutup nutupin dari kita berdua, apa lo gak percaya sama sahabat lo ini?" Teriak Fira geram akan jawaban yang terlontar dari Arkan dan membuat seisi kantin hening dan memperhatikan mereka bertiga.

             "Apa lo semua! Makan ya makan aja gosah kepo sama urusan orang!" Tegas Bagas.

Seisi kantin kembali brisik dengan celoteh celiteh dari penghuni kantin.

               "Gue gak tau" ucap Arkan menanggapi ucapan Fira.

               "Heh bayi dugong apa kata lo?. Gak tau? What the hell Arkan" ucap Fira meluapkan kekesalannya.

                "Gue bayi manusia" cibir Arkan.

                "Ar gue emang bukan orang baik tapi gie berusaha jaga persahabatan ini sama kalian, gue akan berusaha bantu masalah dari sahabat sahabat gue" ucap Bagas dengan tenang.

Arkan yang mendengan itu mengalihkan pandangannya pada Bagas dengan tatapan tak bisa diartikan.

                 "Bener tu kata Bagas, kita sahabat lo akan selalu ada buat lo" ucap Fira menanggapi ucapan Bagas.

                  "Iya thanks buat kalian" ucap Arkan dengan senyum tipis tercetak di bibirnya, namun senyuman itu dapat dilihat sahabatnya.

Fira dan Bagas yang mendengarnya berangsur lega,  dan kemuadian melanjutkan sesi makannya.

                    "Heh anak konda, lo besok ada acara gak?" Tanya Fira pada Bagas.
                     "Lo ngomong sama siapa?. Gue?" Bagas bertanya balik pada Fira.
                      "Ya lo lah siapa lagi?. Yakali Arkan" jawab Fira dengan santainya menyeruput minumannya.
                      "Gue tekanin sekali lagi gue anak bonyok gue bukan anak konda! Sialan emang lo" tegas Bagas dengan tatapan membunuh.
                       "Alah lagu lo" ucap Fira dengan memandang remeh lawan bicaranya.

Arkan yang melihat perdebatan sahabatnya menapilkan senyum tipis sebari menggelengkan kepalanya.

   Mereka memang tak pernah berubah dari dulu_batin Arkan.

.

.

.

.

Annyeonghaseyo... gw balik lagi...

Ya.. kali aja ada yang niat baca..

VOTE jangan lupa..

Salam sayang _WIRESHI_

😙

Friend Zone [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang