01.Niko Aidan Danendra

54 8 0
                                    

Happy Reading!
RIANIKO :
01. Niko Aidan Danendra

Karena apapun keadaan lo, cuma keluarga lo yang tau apa yang lo rasain.
-Nikoaidan

Kesal. Hanya kata itu yang dapat menggambarkan keadaan Niko saat ini. Ini semua bermula dari ayahnya yang akan kembali ke Jakarta setelah 3 bulan ia di Swiss untuk urusan pekerjaan.

Hal itu sangat tidak disukai oleh Niko. Ya, walaupun Niko tidak terlalu suka kepada ayahnya tetapi ia masih sayang dan menghargainya sebagaimana ia menghargai Bundanya. Perlu kalian ketahui, ayahnya itu selalu melarangnya untuk melakukan semaunya. Seperti saat lulus SMP dulu, ia tidak boleh masuk ke SMA yang memang saat itu sudah ia mantapkan untuk masuk ke sana karena sebagian besar sahabatnya masuk disana dan diterima. Tapi, karena kemauan ayahnya yang ingin ia masuk di SMA yang kala itu sedang booming, akhirnya ia masuk SMA yang dipilihkan oleh ayahnya. Ia hanya bisa pasrah.

"Ayah pulang!" teriak Ayahnya ketika ia baru terlihat masuk ke rumahnya.

Niko berdiri dari duduknya kemudian menghampiri nya dan mencium punggung tangan ayahnya.

Terlihat dibelakang ayahnya ada bunda dan Adiknya, Anesya, sedang tersenyum jahil kepadanya. Mereka seolah berkata 'rasain kamu, Ko, ngga bisa berbuat semaunya lagi haha'.

Ayahnya, Nendra, berjalan menuju sofa ruang tamu. "Gimana sekolah kamu, Ko?"

Niko berdehem, "ehm.. Baik kok, Yah."

Nendra tersenyum mendengar jawaban laki-laki satu-satunya, Niko. "Ya udah, bagus. Tingkatkan prestasi kamu, jangan kebanyakan main game terus. Ayah mau kamu lulus dengan hasil terbaik. Oke, ayah mau ke atas ke kamar. Ayo Bun, pijitin ayah ya? Capek nih, abis perjalanan hehe"

Ayah dan Bunda nya berdiri dan berjalan menuju kamar mereka. Kini hanya tinggal Niko dan Anes, adiknya.

Anes bergeser mendekat ke arah Niko, "hayoo... Ciee yang nggak bisa keluyuran malam lagi nih"

Niko mendengus, "apaansi lo! Minggir, gue mau ke kamar. Ngantuk. Lo tidur jangan malam-malam takut besok pagi telat."

Anes berdehem mengiyakan perkataan Niko, abangnya.

Setelah mendengar jawaban dari adiknya itu, ia berdiri dan melangkah ke kamarnya sebelum ia mengelus lembut rambut adiknya.

***

Niko sampai disekolahnya menggunakan motor kesayangannya yang diberi nama oleh teman satu gengnya, Gevan, si montok.

Niko berjalan di koridor untuk sampai di kelasnya, MIPA 2. Selama ia berjalan di koridor, banyak pasang mata yang sedang memperhatikan nya secara terang-terangan bahkan tak jarang ada saja yang memuji ketampanan nya.

"Ih Niko ganteng banget"

"Halalin aku, Bwang!"

"Ah calon suami gue, tuh"

"Udah cakep, tajir, ah sempurna!"

Sudah sering sekali ia mendengar pujian yang hanya membuatnya muak. Bahkan tak jarang ia mendapatkan coklat dan bunga di laci mejanya setiap hari. Tapi semua itu hanya ia kasihkan kepada sahabat-sahabat nya. Dan diterima dengan senang hati oleh sahabat-sahabat nya.

Ia sudah berada di kelasnya. Dan segera ia menghampiri tempat duduknya yang ada di belakang kelas, lebih tepatnya pojok belakang kelas.

Karena ia tidak terlalu suka duduk di bagian paling depan yang ia pikir akan membuatnya bosan.

"Abwang Koko!!!"

Niko sudah tahu itu suara siapa. Yap, itu suara sahabatnya yang menurutnya paling tidak waras diantara mereka. Gevano Alfakhri. Cowok bertubuh atletis dan memiliki tinggi tubuh yang semampai itu mendekat ke arah Niko dengan sangat semangat. Ia duduk dikursi yang masih kosong di samping Niko. Padahal itu bukan tempatnya, tempatnya adalah di depan Niko dan bersebelahan dengan Bisma. Sedangkan Niko sendiri, ia duduk bersebelahan dengan Ergo.

RIANIKOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang