02. Riani Alysnctia Deandra

33 8 0
                                    

02. Riani Alysnctia Deandra

Karena sesungguhnya cinta sejati itu datang tanpa harus kita rencanakan.”—Riani

**

Lima orang murid lelaki berjaket hitam baru saja keluar dari belakang sekolah. Suara langkah kaki mereka seakan-akan menjadikan suasana di sekitar lorong belakang sekolah hening.

Riani memperhatikan salah satu dari mereka yang sedang menghampirinya.

“Ini gelang punya lo?” tanya cowok berjaket hitam dengan membawa gelang yang tadi di temuinya.

Riani yang semula takut dan mengira mereka akan macam-macam dengannya kini mengerutkan keningnya.

“Iya itu gelang gue. Tapi kenapa bisa di lo?” tanya Riani heran sambil mengambil gelang berbandul Paris berwarna merah muda itu.

Sosok cowok dengan dasi sekolah yang diikat di lengan kirinya itu seperti malaikat. Apalagi tubuhnya sedikit terkena sinar matahari. Riani tahu, sekarang pasti sudah banyak pasang mata yang memperhatikan mereka karena lelaki itu adalah pangeran sekolah ini.

“Gue nemu di dekat gawang. Lo Riani Alysnctia anak pmr, kan?” tanyanya dengan suara beratnya sedangkan teman-temannya berada di belakangnya sambil bersandar pada salah satu pondasi tiang sekolah.

Riani mengangguk, “kok lo tahu nama gue?”

“Ada di gelang lo.”

“Oh iya. Makasih ya—”

“Niko.” Cowok itu menyebut namanya karena mengerti kebingungan Riani. “Niko Aidan Danendra.”

“Makasih ya, Niko.”

Niko bergumam. “Lebih baik lo pulang sekarang. Sebentar lagi gerbang nya di tutup.”

Riani refleks mengedarkan pandangannya melihat sekelilingnya. Dan benar, keadaan Disni benar-benar sudah sepi. Mungkin hanya tinggal mereka ber-enam disini.

“Gue duluan.” Niko memberi tanda kepada teman-temannya agar segera mengikutinya. Laki-laki itu tidak mengatakan apa pun lagi dan segera pergi dari sana.

Riani masih bengong di tempatnya memperhatikan mereka yang mulai menjauh menuju keluar gerbang sekolah.

"Ya ampun, gue sampai ga nyadar kalo disini sudah sepi banget."

***

Riani berjalan memasuki area sekolah keesokan paginya. Ia tidak berangkat bersama Rey —kakak laki-lakinya pagi ini. Karena ia beralasan ingin menggunakan taksi saja. Satu tangannya menyelipkan sejumput rambut panjangnya ke belakang daun telinga lalu memperbaiki letak bando merah muda polkadot yang dikenakannya. Ketika melewati pos satpam serta tempat parkir sekolah yang luas, Riani mendengar godaan untuk Mika, Luna, dan Sasha. Ketiga sahabatnya juga baru datang dan memarkirkan mobilnya di dekat Gevan dan  Bisma yang sedang duduk di sepeda motor mereka.

"Ehhhhh, Neng Mika. Tumben datang jam segini. Gimana pagi hari ini? Secerah wajah Abang kah?" tanya Gevan jenaka. Cowok bertubuh atletis itu langsung mendapat pelototan garang dari Mika yang menoleh dan membuka pintu mobilnya.

"Cerah-cerah! Adanya langsung hujan baru liat wajah Lo!" Mika membanting pintu mobil.

Bisma tertawa di sebelah Gevan. "Makan tuh, Van! Lo sih sok ganteng! Muka pas-pasan aja pake ngarepin si Mika!"

Gevan pun ikut tertawa. Ia masih duduk di motor kesayangannya. "Emangnya sebutek itu wajah gue, Mik?"

"Lo pikir aja sendiri!"

RIANIKOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang