5

175 22 2
                                    

Sudah terhitung sejak seminggu yang lalu dimana status sooyoung bukanlah nyonya jung lagi melainkan nyonya lee. Sejauh ini Taeyong tak ada masalah dan Jaehyun pun terlihat lebih ceria kini, pagi ini sooyoung tengah berkutat dengan peralatan masak didapur ditemani Taeyong yang duduk di meja makan. Tak ada pembicaraan diantara mereka suasana dapur nampak hening hingga Jaejoong datang dengan penampilan yang sudah rapih dan siap untuk berangkat ke kantor

"Pagi semua" sapanya yang dibalas disertai senyuman manis sang istri dan tatapan mata Taeyong yang tajam

"Pagi juga" balas sooyoung dan Taeyong bersamaan

"Dimana Jaehyun?" Tanya Jaejoong lagi yang hanya dibalas oleh gendikan bahu sang putra

"Kurasa masih dikamar"
"Oh ya, aku baru ingat. Hari ini ada jadwal Jaehyun untuk konsultasi, aku ingin minta izinmu untuk mengantarnya" pinta sooyoung

"Pergilah, dan hati hati. Oh ya tae, kau juga ikut ya temani ibu dan adikmu berhubung hari ini hari sabtu kau libur" perintah sang kepala keluarga telak tak ingin dibantah. Mendengar itu Taeyong hanya bisa mengangguk pasrah



____



Setelah selesai konsul, sooyoung pamit ketoilet pada kedua putranya dan menyuruh mereka menunggu di lobby rumah sakit

"Apa kau selalu konsultasi begini kedokter?" Tanya Taeyong tiba tiba

Jaehyun mengangguk

"Cih. Menyusahkan saja"

Mendengar sang kakak meremehkan sekaligus menghinanya, Jaehyun hanya bisa menunduk. Tidak, ia tak menangis dan tak ingin menangis. Jaehyun sudah lelah menangis hanya karna ejekan orang lain tapi yang jadi masalah disini yang mengatakan hal menyakitkan itu kakaknya. Kakaknya sendiri

"Kau tahu? Aku bingung kenapa tuhan mempertemukan kita. Kita ini berbeda, aku normal dan kau tidak. Dulu, ibuku pernah bilang tidak ada orang yang akan membuatmu menyimpan perasaan dendam kecuali kau yang menciptakannya sendiri. Tapi nyatanya kini aku punya dendam, dendam pada orang yang telah membuat ibuku pergi. Aku iri padamu, kenapa harus orang normal sepertiku yang merasakan semua ini kenapa bukan orang aneh semacam dirimu" jelas Taeyong panjang lebar

Jaehyun hanya bisa semakin menundukkan kepala, beruntung sooyoung belum kembali dari toilet. Entahlah, ia hanya tak ingin ibunya mendengar yang barusan karna pasti hatinya sakit. Ia tak menyalahkan Taeyong soal ini karna pada kenyataannya bocah laki laki yang merupakan kakaknya ini memang masih belum bisa melepas kepergian mendiang ibunya. Ia mengerti, karna sejujurnya ia pun merasakan hal yang sama seperti apa yang dirasakan Taeyong yang membedakannya hanyalah perasaan Jaehyun ini ia tujukan untuk mendiang sang ayah

Dengan segenap keberanian, ia mendongak dan menoleh pada kakaknya. Bisa ia lihat kini Taeyong sedang menatap kosong kedepan dengan manik matanya yang setajam elang. Jaehyun tahu seberapa rapuhnya Taeyong saat ini tapi sang kakak mencoba kuat dengan menjadi egois. Dari sini Jaehyun tahu, bahwa tanpa dikatakan pun Taeyong butuh sandaran. Walau ia tak sempurna, itu tak mengahalangi niat di hati kecilnya untuk melindungi bocah disampingnya ini. Mencoba tak menghiraukan perilaku Taeyong yang sudah jelas menggambarkan seberapa anak itu tak menyukai dirinya, yang ia tahu kini hanya 'ia butuh Taeyong dan Taeyong butuh dia' hanya itu



















Udah dulu ya..


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 03, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mianhae | JaeyongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang