BAB 2

12 5 0
                                    

"Selamat pagi, Do." Ucap Mama saat aku menuruni tangga.

"Selama pagi juga, Ma" Jawabku.

"Cepat mandi sana, sarapan udah mau jadi, nanti keburu telat juga lho."

Aku bergegas mengambil handuk dan pergi ke kamar mandi. Maura baru saja selesai memakai seragamnya dan menuju meja makan.

Seusai mandi, aku memakai seragamku dan menuju ke meja makan. Mama dan Maura sepertinya menungguku di meja makan. Di depan mereka, hidangan telah tersaji dengan rapi. Mama memang yang terbaik.

Aku mengambil kursi dan bergabung dengan mereka.

"Mama memasak opor ayam, kesukaan Maura." Ujar Mama.

"Hmmm.. Pasti ena, ayo makan!." Ucap Maura dengan penuh semangat.

"Kak Aldo, Maura, makan yang banyak biar nggak kelaperan di sekolah nanti." Mama membantu Maura mengambilkan nasi.

Aku mengambil piring dan nasiku sendiri serta mangkuk untuk bagianku.

"Maura gimana koreonya ? Sudah hafal ?" Tanya Mama di tengah kami menyantap sarapan.

"Udah lumayan, Ma. Ngehafalinnya agak bingung soalnya nggak ada kelompok Maura. Bingung ngepasinnya." Jawab Maura.

"Waduh.. Semangat ya Maura... Oh ya, nanti sore Mama ada seminar. Kayaknya bakal pulang maleman deh. Nggak apa-apa, kan ?." Mama berbicara saat kami tengah menyantap sarapan.

"Eh, iya tidak apa kok, Ma." Jawabku sambil mengunyah.

"Kakak.. Habisin dulu makanannya. Nggak apa kok, Ma. Sibuk ya di kantor ?" Tegur Maura kepadaku serta merespon pertanyaan Mama.

"Ya begitulah. Baru-baru ini kantor kedatangan klien dari luar negeri. Akan ada meeting nanti malam dan Mama harus hadir. Nanti Mama tinggalin makanan kok. Kalian berdua nggak usah nunggu Mama kalau mau makan."

"Ok, siap, Ma." Maura kembali merespon dengan semangat.

Setelah selesai melahap sarapan kami, aku mengambil tas begitu juga Maura, lalu kami menuju pintu keluar.

"Aldo berangkat dulu ya, Ma." Aku pamit kepada Mama.

"Maura juga ya, Ma." Sahut Maura.

"Ya, hati-hati di jalan, Aldo, Maura. Jangan kebut-kebutan lho, Do."

"Iya, Ma." Jawabku kembali.

Kami berdua berangkat, Mama melambaikan tangannya dari pagar rumah. Maura di belakang membalas lambaian tangan Mama.

Langit tampak cerah hari ini. Matahari sudah menampakkan sosoknya di kejauhan. Burung-burung berterbangan, menghiasi langit yang biru ini. Jalanan tampak ramai, tidak seperti biasanya.

"Macet lagi ya, Kak ?" Tanya Maura sembari melirik jam tangan kuning di tangannya.

"Ya, tumbenan macet gini." Jawabku.

Bunyi klakson bersautan, membuat suasana jalan semakin sesak.

"Nggak bisa ngambil jalan lain ya, Kak ? Ntar Kakak telat, lho!"

"Nggak bisa, Maura. Ini jalan satu arah, kalau ngambil putar balik ntar malah kejauhan."

"Kakak nggak telat emangnya ?"

TREETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang