1. Good Baby

1.5K 104 7
                                    

Sumire, gadis berambut sepinggang yang mempunyai senyum selembut terpaan cahaya fajar. Dia menatap langit sore yang mendung, bersedih. “Tidak bisa melihat senja lagi.” Dia menghela napas. Dia melirik lelaki di sampingnya, Boruto.

Boruto yang jarang sekali tersenyum. Raut yang begitu menyebalkan, membuat Sumire ingin sekali menampar wajahnya. Tetapi, dia terlalu tidak tega melakukan hal semacam itu. Dia teramat menyukai, lebih dari menyukai, sosok Boruto. Boruto yang sudah menjadi bagian besar di hidupnya.

Sumire dengan iseng menusuk bagian pinggang Boruto. Boruto tertawa sambil mengaduh. Disusul mata melotot yang mengancam Sumire. Hanya Sumire yang paling tahu kelemahannya. Dia lemah pada bagian perut, sekali tusuk, dia merasa geli dan risih.

Gayanya yang berlagak seperti lelaki dingin tanpa hati pun runtuh di hadapan Sumire. Inilah yang Sumire suka dari Boruto. Boruto menunjukkan sisi lainnya hanya saat dengan Sumire. Boruto kekasihnya, Boruto yang sok keren, tapi sebenarnya dia lucu. 

“Sudah, jangan menanti senja. Buang saja mimpi anehmu itu. Memangnya dari sini akan terlihat matahari tenggelam?” Boruto membuka payung yang sedari tadi menganggur. Dia menggandeng Sumire menembus hujan bersama, mereka bertiga, Boruto, Sumire, dan payung. 

Sumire mencubit pipi tirus Boruto, dengan dua garis halus di sana, sangat menggemaskan, Sumire tidak dapat beralih. “Aku hanya ingin melihat langitnya, bukan mataharinya. Dasar orang aneh.” Sumire mendengus kesal. Boruto menyebalkan baginya. Musuh dan sahabat terbaik. 

“Kau lebih aneh, apa motivasimu hingga mau berpacaran dengan orang aneh?” tanya Boruto berbelit-belit. Dia mengusap puncak kepala Sumire. Sumire kesayangannya, Sumire yang sudah cocok menjadi anak asuhnya karena tingkah manja tiada duanya. Yang tentunya hanya ditunjukkan pada Boruto. Pada situasi lain, Sumire bisa terlihat anggun, dan tenang.

Sumire mencibir dan melirik tajam Boruto. “Suka-suka Sumire, yang penting Sumire sayang. Terserah.” Dia memeletkan lidahnya. Mengejek Boruto yang sejak tadi sudah gemas akan tingkah Sumire.

Boruto dan Sumire bergandengan di tengah rintik gerimis. Saling melempar canda dan tersenyum bahagia. Usil satu sama lain, dan Boruto tidak akan berhenti sebelum Sumire hendak mengeluarkan air matanya.

Boruto merangkul Sumire. Sumire yang tingginya hanya sebatas dada Boruto, sangat malu karena terlihat kerdil. Bukan nampak seperti sang kekasih, melainkan sang adik manis. Sumire menggembungkan pipinya. Dia mendongak, menatap tajam Boruto.

"Apa kau mengejekku dengan acara merangkul ini? Tidak lucu." Sumire melirik dan mendecak pula.

Boruto terkekeh geli. Dia merayu kekasihnya yang mudah marah dan sensitif. "Bukan begitu, Sumire manja dengan tinggi yang rendah. Intinya kau tetap milikku."

"Apa hubungannya?" Sumire memasang raut bingung.

Mereka berhenti sejenak. Sumire mendongak kebingungan. Boruto memandang lurus jauh ke depan. Tiba-tiba, bibirnya sudah menubruk bibir Sumire. Memberikan ciuman lembut di bibir. Kemudian, mengakhiri dengan ciuman di pipi.

"Hei, dasar tidak sopan." Sumire mencubit lagi pinggang Boruto, berulang-ulang.

Boruto menggaruk kepala belakangnya. Dia meringis canggung. "Aku sedang ingin saja."

"Kau harus tahu tempat, Boruto." Wajah Sumire memerah sepenuhnya, dia menutupi sebagian wajahnya agar tak terlihat Boruto.

Boruto memandang jahil pada Sumire. "Kalau di apartemenku, tidak apa-apa bukan?"

"Kau ini bicara apa? Dasar, aku marah hari ini." Sumire sedikit membentak Boruto. Lelucon ini sangat memalukan baginya. 

Boruto merangkul, membelai puncak kepala Sumire. "Tidak apa kau marah, besok kau masih mempunyai waktu untuk menyayangiku."

"Boruto, kalimatmu tidak ada sangkut pautnya. Aku sebal."

Mereka mengiringi perjalanan dengan canda tawa, dan rayuan Boruto yang ala kadarnya. Boruto memang tak mampu membuat suasana menjadi romantis. Namun, dia mampu untuk membuat Sumire tidak merasakan kesedihan. Boruto janji pada dirinya sendiri.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[9] Maybe PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang