5. The Truth

1.1K 88 24
                                    

Langkah demi langkah diiringi degup jantung Sumire yang tidak teratur. Dia menelan ludah kasar,
benar hawa di sekitar Boruto suram. Dia takut. Keringat dingin mengucur di dahi Sumire. Suaranya
agak gemetar ketika bertanya pada Boruto. “Boruto, apa kau ada masalah?"

Sedetik senyap, Boruto mengeluarkan smartphonenya. Memperlihatkan sebuah gambar punggung
dua orang. “Apa maksudmu? Jadi, selama aku tidak ada di sampingmu, kau malah bersenang-senang dengan orang lain? Bukannya kau harus mencariku, membantuku menyelesaikan masalah? Kau di mana saat aku susah?” tanya Boruto begitu halus tapi menusuk.

Boruto mengacungkan lebih dekat smartphonenya. Sumire terkejut, itu foto dirinya dan Mitsuki, teman Boruto sendiri. Gambar ditangkap dari belakang. Sumire tidak sadar akan itu.

“Bukankah dia temanmu? Maka dari itu aku menanggapinya. Kupikir dia mendatangiku agar menceritakan seluruh masalahmu.” Sumire menunduk dalam. Dia tidak kenal sama sekali pada laki-laki tadi.

Boruto mendengus. “Dia memang temanku. Lalu aku harus percaya jika kalian tidak ada apa-apa karena dia temanku? Aku sudah paham caramu berbohong, Sumire. Aku tidak bodoh kali ini. Aku memang sedang agak kesal. Kau malah membuatku semakin kesal dengan foto ini.”

Sumire menggelengkan kepala dengan kuat. “Aku baru tahu dia tadi pagi. Tidak ada apapun. Kalau dia temanmu, dia temanku juga. Aku jujur, Boruto.”

Sumire menitikkan air matanya. Dia tidak mau hal buruk selanjutnya akan terjadi. Dia tidak ingin pikiran negatif yang selama ini melayang akan menjadi nyata. Dia tidak mampu membayangkan seluruhnya.

“Jadi, kau tidak mau mengaku. Baiklah, kita sampai di sini. Itu maumu kan?” Boruto berjalan menuju depan kelas.

“Aku jujur padamu. Seharusnya kau paham itu. Kau yang paling mengenalku dibanding yang lain.” Sumire menangis sesenggukan. Benar tebakannya, pasti Boruto memintanya usai.

Sumire tidak terima, dia tidak paham sebenarnya ada apa ini. Kenapa Boruto mendadak posesif. Mendadak pemarah. Setahunya, Boruto adalah sosok kedua setelah Namida yang mampu menghadapi sifatnya.

Kali ini, Boruto berubah, berbeda. Yang dilihatnya, bukanlah Boruto.

Boruto memegang layar LCD, meremas layar tersebut. Dia menunjukkan raut kesal dan kecewanya. “Sudah cukup. Sudahi sampai di sini.”

Boruto menarik bagian tali layar LCD, sehingga tertarik ke atas. Terlihatlah papan tulis yang dipenuhi gambar serta sebuah tulisan Happy Birthday for Sumire. Masuklah tiga sahabat Sumire. Namida, Sarada, dan Cho-Cho.

Mereka bertiga membawakan kue dan menyanyikan lagu Selamat Ulang Tahun. Mereka bertiga sumringah
layaknya manusia tanpa dosa.

Boruto memeluk Sumire yang menangis lebih keras. Menenangkannya. Membelai lembut kepala Boruto. “Aku sudah tidak tahan ingin tertawa mengerjaimu tadi. Maaf Sumire. Wajahmu tadi menggelitik sekali.”

Sumire memukul pelan punggung Boruto, tetap dalam pelukan. “Tidak lucu, kupikir kau benar-benar
pergi dariku.”

"Kalau aku pergi, kau pasti akan mengejar, kan?" Boruto mencubit pelan pipi Sumire.

Sumire menggeleng kuat. "Akan kukejar, lalu kuantar kau ke pinggir jurang, dan mendorongmu ke sana."

"Ternyata kekasihku sedikit psikopat."

“Hei, sudah sudah. Ini kuenya cemburu,” kata Namida sambil tertawa pelan. Sumire tidak terkejut kalau Namida ikut pada rencana itu. Namida terlihat sangat tenang saat menghadapi kegundahan Sumire. Ternyata, Namida ikut serta pula.

"Ini tidak lucu. Dasar kalian!"

 Dasar kalian!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 14, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[9] Maybe PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang