Sekolah Me-(nyebalkan/ngasikkan)*

62 6 5
                                    

"Tik tuk tik tuk", terdengar bunyi jarum panjang jam melompat-lompat dari satu angka ke angka yang lain menandakan waktu telah berlalu tidak dapat diulang kembali.

Sementara dibalik dinding tepat disebelah timur dari jam dinding tersebut terdapat kamar sederhana,
di dalamnya nampak seorang perempuan tegar nan teguh pendirian tentang nasib nya yang sendiri -bisa dibilang Jomblo Stronger- sedang mengerjakan PR Matematika yang ditugaskan dari Gurunya.

Menepis persoalan yang rumit, dia hanya membolak-balikkan kertas yang berteori tanpa ada perasaan sedikitpun.

"Ini bukanlah hal yang sulit, tapi entah kenapa setiap mau mengerjakan selalu terbesit angka-angka fanatik rumit" gumam nya di dalam hati seakan-akan tak ada jalan lain kecuali menyerah.

Ya,
Dia adalah seorang anak rumahan yang tidak mempunyai bakat tentang matematika, sains, ataupun keilmuan lainnya. Hanya saja dia paham apabila dijelaskan oleh Gurunya, selain daripada itu kemampuannya nol besar.
Tapi sekarang dia uring
-uringan setiap mengerjakan tugas dengan muka lelah ditonjolkannya.

Ketika itu ia memutuskan melangkah bergerak ke pulau kapuknya -tempat peristirahatan dunia yang empuk- untuk menenangkan pikiran dari kejenuhan angka yang hampir membuatnya stress karena tidak dapat menyelesaikan tugas Gurunya.

PAGIpun tiba,

Kesiangannya penuh derita, dengan kegelisahan memuncak karena ia teringat bahwa tugas belum selesai dan meledak ketika ia terlambat ke sekolah. Dengan pakaian compang-camping seperti pengemis yang kelaparan.

"Kir, kenapa kamu?", tanya seorang perempuan bernama anggun seperti wajahnya yang kalem adalah sahabat sekaligus teman sebangkunya di kelas.

"Oalah Gun, lagi banyak masalah nih!", jawab Kirana sambil meletakkan tas di bangkunya.

"Aku tau kok, Nih!", Anggun mengulurkan buku bersampul batik yang bertuliskan PR MATEMATIKA.

"Wewww, tumben perhatian. Biasanya dingin terus, kayanya ada apa-apa nih?
Oh iya, nanti dulu aku tanya-tanyanya, aku nyalin dulu ya", ia menulis di buku tugasnya sambil meragukan perhatian tulus sahabatnya.

Dari barisan belakang, seorang perempuan tercantik di kelasnya menghampiri Kirana dengan lambat berjalan seperti kura-kura yang sedang fashin show lalu mengambil buku dari tangan Kirana.

"Idiiihhh, nyontek lu Kir. Biasanya lu paling anti sama nyontek. Bahkan lu selalu berceramah pada kami tentang nyontek itu adalah perbuatan salah. Terus lu, ngajarin kami untuk terus konsisten nyontek gitu?", Tia mengingatkan kata-kata Kirana dulu pernah ia katakan 2 tahun yang lalu seperti ustadzah kondang.

"Terus aku harus gimana Tia?. Gimana Tia, gimana???", tanya Kirana sambil panik tak terarah.

"Yaelah, gitu aja lu tanya ke gua. Lu itu dah tau apa yang harus lu lakuin", Tia menyakinkan bahwa Kirana punya seribu satu cara akal bulus yang langsung spontan terpikir dari otak kecilnya.

Meski Kirana dan Tia hanyalah sebatas teman seKelas tapi Tia selalu mengingatkan pada Kirana akan hal kebaikan walau sebiji zarah.
Tapi di satu sisi, ia cemburu atau lebih parahnya posesif dengan keJombloan si Kirana. Tia memiliki tiga pacar yang ia anggap hanya sekilas perkenalan menuju pernikahan -katanya ta'aruf- , tapi dengan tiga laki-laki sekaligus apa tidak merepotkan?.
Padahal ia tidak suka di kekang dan bebas, tapi entah kenapa ia memiliki prinsip "Mencari Pasangan yang Sempurna".

-Oh ya gaes, sedikit pesan dari author gak ada pasangan itu yang sempurna. Pasangan kita akan saling melengkapi satu sama lain, memiliki kekurangan dan kelebihan tentunya. Ya kita ada baiknya, belajar hijrah memantaskan diri terlebih dahulu untuk mendapatkan yang lebih baik dari kita-

Pancaran CahayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang