I

153 28 5
                                    

Bel yang ditunggu tunggu akhirnya berbunyi semua murid SMA BAKTI PRAJA bergegas pulang. Teressa membereskan buku pelajarannya dan memasukkannya ke dalam tasnya, kemudian beranjak dari tempat duduknya dan pergi meninggalkan kelas.

Ia berjalan di koridor sekolah sendirian membuat suara sepatunya bergema diseluruh koridor. Semua orang sudah pulang sejak lima menit lalu. Ia berjalan di lapangan sambil melihat cowok-cowok yang tengah bermain bola basket.

Manik mata Teressa tak sengaja melihat seseorang, dengan cepat ia membuang muka karena untuk saat ini ia tidak mau bertemu dengannya terlebih dahulu tapi siapa sangka ada bola basket yang melayang ke arahnya.

BRUK

Teressa terjatuh akibat bola basket itu, entah siapa yang melemparnya ia tidak tahu. Teressa memegang kepalanya yang terasa pusing karena bola basket itu.

Seorang cowok berdiri di depannya dan mengulurkan tangannya kepada Teressa, ia mendongak melihat siapa orang itu. Teressa menatapnya tak suka karena orang yang berada di depannya adalah kakak kelas yang paling songong menurutnya.

"Makasih, gak usah" ucap Teressa menolak uluran tangannya.

Teressa mencoba berdiri tapi kepalanya teramat pusing, akhirnya ia pun terjatuh. Tapi itu tidak membuat Teressa putus asa, ia mencoba berdiri lagi dan ia pun hampir terjatuh kalau saja Prima tidak menopang tubuh Teressa dengan tangan kekarnya itu.

"Pala lo pusing banget ya?" tanya Prima.

"Menurut lo?" sinis Teressa. Apa-apaan dia, kenapa dia bertanya kalau sudah tau jawabannya.

"Gue minta maaf, gue anterin lo pulang" ucapnya lembut, entah angin apa yang sudah membuatnya berkata selembut itu. Lantas tanpa meminta ijin dari sang empu, Prima langsung menggendong tubuh Teressa ala bridal style.

"Turunin gue nggak!" teriak Teressa. Ia menatap sekeliling, dia malu karena masih ada anak-anak basket yang tengah menatap mereka berdua.

"Nggak" tolak Prima dengan mentah-mentah.

"Turunin gue!"

"Diem"

"Turunin gue!" rengek Teressa tapi tak digubris oleh Prima.

Sesampainya di tempat parkir, Prima mendudukkan Teressa di dalam mobil. Setelah itu dia berjalan mengitari mobil dan masuk ke dalam lalu melajukan mobilnya meninggalkan tempat parkir.

"Lo mau bawa gue kemana heh?!" tanya Teressa was-was karena ia takut kalau Prima membawanya dan menjualanya ke om-om atau bahkan akan mengajaknya ke suatu tempat yang jauh dan meninggalkannya.

"Pulang"

"Buat apa lo nganterin gue?"

"Tanggung jawab" jawaban yang sangat singkat padat dan jelas.

"Jadi lo yang ngelempar bola ke gue?"

"Nggak sengaja" tangan Teressa mengepal, ingin sekali dia memukul wajahnya itu tapi ia urungkan karena ia sadar kekuatannya tak sebanding dengan Prima.

🍁🍁🍁

Tak lama setelah terjadi keheningan diantara mereka, akhirnya mobil milik Prima berhenti di depan sebuah rumah yang besar. Tanpa ucapan terima kasih, Teressa langsung turun dari mobil dan berjalan masuk ke dalam rumah.

Teressa menatap bangunan megah yang orang-orang sebut dengan rumah, tapi itu tidak berlaku untuk Teressa. Bangunan yang ada di depannya seperti bangunan kosong yang ditinggal oleh sang pemilik, kosong. Sepi. Semuanya ada, apalagi Teressa tinggal bertiga bersama pembantu dan sopir.

TERESSA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang