Kashuu

895 54 15
                                    

[]Bertanggung-jawablah![]

|Kashuu Kiyomitsu x Reader|


|Link starto!|

Dia—Kashuu Kiyomitsu—lebih feminim ketimbang Lady di abad 90an. Kuku-kukunya nampak elok seumpama kepunyaan pesolek kaya-raya, dicat merah bergelimang kilaunya, ditaburi glitter, dipoles dan di gunting rapi-rapi; begitu kasual yang ia pamerkan.

Sehelai rambut Kashuu laksana benang pada selembar seprai mahal; bergradasi kecoklat-coklatan, selalu disisir kebelakang lalu dikuncir. Cantik. Aku menyukai gaya busana dan hair style Kashuu, sedikit lebih detail, yakni bagaimana ia merangkai helaian surainya supaya terlihat lebih segar.

Baju yang membungkusnya rapi berlipat-lipat, berlapis dua kantun halus tanpa bordiran yang muluk-muluk; simpel praktis, tapi demikian menawan.

Pupil Kashuu, semerah mawar. Disertai wajah terus-terang menyatakan tidak ingin diganggu, ia tampak kedongeng-dongengan. Tidak terlalu nyentrik, diuliki banyak ketidakistimewaan namun terasa sensasional.

Dalam perkiraanku, Kashuu, tipe gadis pemuda ini akan neko-neko dan mengerikan persepsi feminimnya. Harus inilah, itulah—asumsiku selalu tanpa takaran, tetapi demikian adanya. Laki-laki seperti Kashuu, punya selera glamor ketika pilih-pilih kekasih, beberapa sken menyokong hipotesisku, contohnya eksistensi dan perangai itu.

Aku, yang bernotabene anak pecicilan ini,  rasanya mustahil dilirik olehnya bahkan dalam kesalahan sistem apaph.. Dia nyaris sempurna, ya Tuhan! pujangga puisi cinta bakal tergila-gila secara spontan ketika aku dan bocah kurang ajar itu saling berpapas pandang, memperlihatkan raut gersang masing-masing layaknya menampilkan alibi. Walau sekilas, ia mengulum senyum, melengkungkan bibir manis kepadaku lantaran mata kami bertemu.

Sekejap, degup jantungku jadi abnormal.

"[Name], mau pulang sama-sama?" Tanya Kashuu, beringsut ke bangkuku disisi ambang jendela. Jadi, dia berniat berbincang-bincang, eh?

Ini buruk, memuakkan, kepalaku mau pecah. Ini tidak nyaman lantaran kembang-kempis di dadaku tidak bisa berhenti.

Haruskah kuusir dia?

Keadaan sangat kusut, debaran jantungku bersungut-sungut semakin gila!

"Maaf. Hari ini aku eskul Bahasa Inggris. Hontou ni gomenasai." Ini jelas telanjang membual. Aku agak tergagap, karena berdusta adalah hal yang sukar dilakukan. Ekspresiku pudar saat ia terlihat kecewa.

Aku bodoh. Ini pilihan bagus agar kami bisa saling kenal dan bicara banyak. Mengagumi Kashuu di jarak yang berbatas; itu lingkaran interaksiku, mesti dijaga, untuk suatu keselarasan yang kuupayakan tercapai. Aku ingin, berteman. Tidak lebih. Karena lebih pun, mustahil.

Kashuu tidak berkata apa-apa dan pergi tanpa basa-basi. Terlambat. Dia marah? Dia marah!

Kutundukan kepala, menyaksikan kepingan daripada pecahan-pecahan hatiku di lantai yang berserakan. Rasanya jelas menyesakkan dan menimbulkan kepalaku mau meledak memuntahkan lava mendidihnya. Tunggu sebentar, pakah aku, terlibat cinta? Sial! Aku tidak mau!

Berkat keidiotanku, sepulang bimbel matematika, aku jalan-jalan ke gimasium. Main basket, duduk memeluk betis, lalu bergunam-gunam dan memaki.

Hujan turun deras sekali, petir menggelontor di langit senja. Purna membasuh pedosfer, sangat mengerikan.

Murid-murid sudah pulang mengosongkan sekolah, karena langit berkata bencana bakal terjadi masif-masifan. Well, kutebak badainya akan terjadi lumayan lama. Lihat gupalan awan itu, mereka akan melumat bumi dan membombardir seragamku segera.

Dan liat,

Gedung olahraga benar-benar sepi. Cocok sebagai base camp bersemayam tiada arti, memikirkan tumpukan-tumpukan memori tanpa arti dan menumpahkan kenangan memuakkannya melalui tangis. Sudahlah. Ini dinamakan sore, sejurus lagi sudah malam. Aku akan pulang, menerobos badai.

Dan meringkuk di kasur.

Aku berjalan gontai ke rak sepatu, dan pergi ke altar di samping laboratorium komputer.

Kurasakan setan—hantu—mendekap pergelangan tanganku, memblokade anggota gerakku secara gerilya. Astaga! Manusia!

"[Name]." Suara lirihnya familiar. Telingaku jadi berdenging tidak karu-karuan, seiring ritme napasku yang pendek-pendek.

Aku tidak punya nyali untuk menoleh, mengidentifikasi siapa manusia kurang ajar yang menyelimutiku tangan dingin dan lembab ini. Dia dingin, menggigil, dan hampa.

"[Name]! Jangan campakkan aku!" oktafnya memerintah dengan lidah yang kelu.

"Kashuu? Kenapa kau kemari?" Tanyaku, sedikit kaku dan patah-patah pada bagian intonasi. "bajumu, dilumuri air. Tanganmu, basah kuyup."

Bahkan tanpa dilihat-lihat pun, Kashuu jelas terasa layaknya agar-agar yang menempel di punggungku—agar-agar yang diguyur seember air.

"Tanya dirimu sendiri, kemana kau pergi?" balas Kashuu skeptisisme. Dia sungguh-sungguh marah kepadaku. " Aku keluyuran di sekolah, mengais-ngais setiap kamar UKS hingga kelas, tapi kau ada tidak dimana pun. Kemana [Name] pergi?"

"Kashuu, dingin. Lepas, aku ikut kedinginan. Almamaterku bisa basah." ucapku dingin.

Aku tidak mau dia menjadi sedekat sekarang. Entah mengapa, tapi tidak. Sejujurnya aku tak ingin beranjak, aku memikirkannya melulu.

Pelukan Kashuu merenggang, dan lepas.

Ia merampok telapak tanganku, membalikkan, lalu mengompres punggung tanganku ke jidat Kashuu. Panas!

"Aku mondar-mandir, ketika hujan, ke rumah kaca, lapangan voli, dan kebun sekolah demi kau. Kau kemana, sih. Kau terlalu tidak berbakat untuk bohong. Eskul bahasa Inggris tidak diselenggarakan hari Selasa, tapi Senin." Kashuu mengerucutkan bibir. Astaga. Betapa rupawan ciptaan Tuhan ini. "sekarang, tanggung-jawab!"

"A-apa?!" Aku agak tersentak.

Aku? Tanggung-jawab? Untuk dasar apa?

"Aku demam. Sudah kubilang, tanggung-jawab, [Name]!" Kashuu seolah bersungut-sungut tidak terima. Dia semakin imut.

"B-aiklah. Bagaimana caraku bertanggung-jawab?" Jawabku, baik-baik.

"Nikahi aku." Respon Kashuu enteng. Ia mengambil langkah kecil, jarak kami dilenyapkan ketika kening kami bersentuhan. Panas sekali!

Kashuu demam hebat. Dia jujur. Tapi, jangan bercanda, Dude! Nikah? Ogah! Aku masih sedekade lebih sejumput tahun. Menjelang epilog dari masa-masa tidak manusiawi; fase remaja, kegoblokan level Xiantian lingkaran penuh.

"Bercanda." ia mengakses pundak ku secara cuma-cuma. Bersender disitu selama beberapa bulir sekon.

Sial. Jantungku mau lompat?!

"Jadilah pacarku, ya." Ia, Kashuu Kiyomitsu, berkata secara lancar jaya[]

______

|Touken| |Ranbu| |Oneshoot|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang