Yamanbagiri

421 44 9
                                    

[]Hide and seek[]

|Yamanbagiri Kunihiro x Reader|


|Link starto!|

Dinding-dinding kokoh menembok akses kabur perempuan ini, si gadis bersurai hitam bermanik pekat.

Main petak umpet tidak selalu menyenangkan.

Di beberapa kasus justru mengerikan.

Banyak yang beranggapan, terutama di Selandia baru pedalaman, bahwa petak umpet adalah pembawa sial.

Terbalik jika kita sebutkan daerah-daerah barat, termasuk Amerika. Perkemahan musim panas di California senang sekali bermain petak umpet untuk sederet kegiatan yang mereka lakukan sebelum acara api unggun.

[Name] sendiri tidak mau bermain.

Tapi ia terjebak di permainan terkutuk ini bersama-sama makhluk yang bermain sebagai pencari. Ia lelah bersembunyi.

Kenangan silam mencekik leher [Name], menggodok nyali [Name] hingga mendidih, dan nyaris melesak.

Ia ingin bebas. Tidak, [Name] ingin hidup. Ia bermain di permainan sepuluh orang tanpa pasangan. Namun peserta tiba-tiba bertambah satu orang. Satu orang ini mendadak muncul, dan ikut memyibak tirai neraka yang ia buat.

Kesembilan temanmu, sudah ditemukan Yamanbagiri. Mereka yang kalah, berteriak nyaring, diiringi suara cipratan darah yang ditorehkan di bebatuan bangunan tua bekas rumah sakit ini.

Entahlah siapa dia. Tapi ia memperkenalkan diri sebagai Yamanbagiri si vampir. Mereka, teman-temanmu termasuk kamu, berhipotesis bahwa anak lelaki ini bergurau dan telanjang membual.

Yamanbagiri seperti lelaki kesepian yang gila! Tanpa sadar salah seorang temanmu merekrut Yamanbagiri di permainan petak umpet di komunitas kepramukaan ini. Dan berakhirlah di akhir tidak bahagia, dimana kamu adalah yang berhasil hidup setelah diayunkan mata kapak yang cukup runcing untuk menebas sebatang pohon cedar dewasa di satu lesatan.

Segala pemikiranmu berhenti ketika derak langkah kaki bergema di anak tangga.

Kamu memblokir mulutmu sendiri, kalau-kalau teriakan sukses lolos tanpa di kehendaki.

Bersembunyi di almari, di pintu terakhir kamar rumah sakit jiwa ini adalah hal paling masuk akal ketimbang melompat di balkon dan mati berdarah di teras pintu masuk selatan.

“[Name]. Kutahu kamu di sekitarku. Aku semakin dekat dan dekat.” Suara ini,

Milik Yamanbagiri.

Tunggu.

Kau bahkan tidak mengintroduksi dirimu. Lalu bagaimana ia kenal namamu, bahkan tahu persis dimana semua orang bersembunyi? Padahal mereka dilatih. Kepramukaan diajarkan strategi. Mereka tidak sebegitu bodoh hingga bisa ditemukan secepat orang Jepang mentransliterasikan aksara kanji ke Katakana.

Keringat bercucuran di pelipismu,

Jantungmu berdebar-debar lebih cepat dan lebih cepat seiiring detak anak tangga berhenti, digantikan oleh tekanan lantai kayu. Berarti Yamanbagiri sudah naik ke lantaimu, dan bertapak di lorong.

Ini kematian.

“Apa yang dia inginkan.” Desismu, seraya berupaya menghentikan tangisan ini jauh-jauh.

“Aku mau,” Yamanbagiri sesantai air.

Ucapanku kedengaran?!

Tapi suara semut pun, seolah bisa terdengar di gedung sesepi ini. “teman.”

Teman?

Apa yang ia peroleh?

Dia sudah menyakiti temanmu. Dan hingga kapanpun, kamu tak bisa menyantumkan maaf sekalipun dia memohon dan bersujud-sujud.

“Keluar dan jadilah temanku. Aku berjanji takkan menyakitimu.” Peringat Yamanbagiri. Dia gila. Terlampau dan kelewat gila. Dia bukan manusia normal, atau mungkin, benar-benar bukan spesies manusia. Dia gila, yang mesti ditempatkan di rumahnya sakit jiwa.

Ini rumah sakit jiwa, bukan?

Ah, tidak. Tim perkemahan salah pilih tempat.

Tangismu semakin tidak bisa dibendung.

“Akan kukuburkan teman-temanmu secara layak. Itupun jika kamu mau keluar.” Ia melanjutkan. “katakan sesuatu. Kamu tak bisa bersembunyi, dan menerbenamkan wajah di almari pakaian seumur hayat.”

Kamu sudah ketahuan. Dan tak punya apapun untuk bekal bertahan hidup. Sebatas tekad, dan kemauan takkan cukup.

Tanganmu gemetaran hebat. Gigimu bergemeletuk.

“Jangan terlalu lama. Lagipula kau sungguh pintar. Selain jago bersembunyi, kamu cukup menyenangkan. Ini kamarku.” Engsel pintu berderit sekali. Dia sudah berdiri di kamar yang sama!

Jantungmu sudah di ambang batas untuk memompa lebih keras.

Tapi kamu pintar. Kamu bahkan bertahan di rank 1 di setiap semester. Kamu tidak pernah gegabah dan selalu tidur sendiri, menghimpun keberanian untuk mempersiapkan kehidupan kelak. Semua di tanganmu, kamu berdiri dan keluar!

Yamanbagiri menoleh tanpa ekspresi. Dia duduk di kasur, seraya melipat kedua tangan di dada.

“Anak pintar.” Ia berkata sesuai karakter, dingin dan hemat kata-kata.

“Duduk.” Titah sang manusia-yang-semu-di-mata-[Name]. “dipangkuanku.”

Entah motivasi dan nyali darimana, kamu benar-benar berani untuk berbelok di persimpangan. Rencana awal adalah melesat ke Yamanbagiri seraya mengacungkan pisau khusus perlengkapan perkemahan di sabukmu.

Kamu duduk di paha Yamanbagiri. Kamu dipeluk oleh si pirang bertudung.

“Aku senang. Sekarang, kamu temanku. Aku akan menyayangimu lebih dari apapun.”

Inilah kekalahanmu di petak umpet kala liburan sekolah. Entahlah, mungkin [Name] menang. Tapi di lain sisi, kalah telak pula.[]

|Touken| |Ranbu| |Oneshoot|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang