[4]

98 14 8
                                    

"orang yang tegar bukan berarti dia yang tidak pernah menangis,tapi orang yang tetap menjalani hidupnya dengan segala ujian yang ditakdirkan padanya"

Yosi Anandira

"maafin gue Yos " ucap Nara lirih seperti orang yang tengah menahan tangis

Yosi mendengar perkataan Nara sejenak ia menghentikan langkahnya, dilihatnya Nara yang sedang menunduk dan menutup wajahnya dengan kedua tanganya, Yosi hanya menghembuskan nafas gusar, ia jengah dengan sifat Nara, yang selalu memendam apapun masalah sendiri

Dia berjalan mendekati Nara dan kembali duduk disamping Nara

"maaf..." kembali Nara ucapkan kembali tapi sekarang dengan isak tangis yang telah membanjiri pipinya

Yosi iba melihatnya tapi ia tak tahu apa yang ada dipikiran Nara

"maaf, gue gak bisa menghargain perjuangan lo sama teman teman Yos, gue gak kuat pas ngelihat kalian semua tadi, itu benar benar ngingetin gue Yos" seru Nara lagi dan masih berusaha menahan air mata agar tak jatuh lagi

"kenapa" Akhirnya yosi berbicara

"Aku kangen mama, saat kalian semua merayakan ulang tahunku, saat kalian memberikan kejutan untukku,itu benar mirip seperti kejadian mama dulu memberikan kejutan istimewa dihari ulang tahun.
Aku ingin kembali seperti itu,ada seorang tulus yang benar benar memberikan kasih sayang itu dihari spesialku, aku rindu hal itu darinya, tapi sekarang aku tak bisa mengulang itu kembali,jika tuhan memberikan  satu permintaan untukku, aku akan minta dia datang dihari ini, dihari spesialku dengan membawa senyum hangat dan kasih sayang nya yang tulus.Aku hanya ingin itu, aku benar benar rindu hal itu"
Akhirnya Nara telah menyuarakan semua keluhan hatinya, sedikit lega walaupun tidak akan membuat hatinya benar benar pulih seutuhnya

Yosi tertegun mendengar ucapan Nara, ada perasaan yang menohok hatinya, ia menyesal tadi telah berkata keras kepada Nara tanpa tahu apa yang sebenarnya yang dialaminya

Nara masih berusaha sangat keras  agar tidak menangis

Yosi langsung menarik nara dan memeluknya
"gue yang minta maaf Ra, gue yang menghakimi dulu tanpa harus tahu masalah sebenarnya maafin gue"

Nara hanya membalas dengan menggagukkan kepalanya saja dan tersenyum sangat tipis

"nangis aja Ra kalo mau nangis, orang yang tegar bukan berarti dia yang tidak pernah menangis, tapi orang yang tetap menjalani hidupnya dengan segala ujian yang ditakdirkan padanya"ucap Yosi meyakinkan Nara

Akhirnya Nara pun menangis sejadi jadinya dipelukan Yosi dan menumpahkan seluruh masalahnya disini.Yosi pun tak tega melihat Nara dan tak terasa sekitika saja air mata turun membasahi pipinya.

Mungkin ini sahabat yang benar benar tulus keberadaanya

"udah belum nangisnya? "
Tanya Yosi setelah lebih dari 15 menit Nara menagis sesegukan di bahunya

"eh..lama ya Yos, sorry ya tapi makasih banget setidaknya gue lebih lega"

"udalah aih, kayak sama siapa aja , mau kekelas gak nih? Atau mau bolos aja kita udah ninggalin pelajaran hampir satu jam nih?"

"enggak ah masak bolos, yaudah masuk yuk, eh tapi ini pelajaran apa lagi? Kita pakek alasan apa buat masuk, gue gak mau dihukum Yos, capek barusan nangis" tanya Nara

"tuh auk, makanya siapa suruh nangis"

"lah kan tadi Yosi yang nyuruh  Nara buat nangis sepuas puasnya" seru
Nara cemberut

"auk ah lupa, yaudah yuk masuk, ini jam pak Didin, aman dah ntar gue pakek alasan leijen buat diizinin masuk kelas"jawab Yosi dan langsung menarik tangan Nara dan mereka lansung bergegas lari

                            ***
Dikelas pak Didin tengah menerangkan pelajaran dipapan tulis yang entah apa yang dijelaskannya, hanya anak anak yang mempunyai IQ diatas rata rata seperti Albert Einstein yang dapat memahami apa yang dijelaskan olehnya

"cukup sampai disini dulu bapak menerangkan, bapak yakin kalian sudah paham karena bapak menjelaskan dengan jelas bin detail bin terpirinci binti akurat. Selanjutnya silahkan kalian catat" setelah menyelesaikan ucapanya pak Didin langsung duduk kembali dimeja guru

"ngerti apaan cobak, orang tuh bapak cuman nulis gak jelas terus kumur kumur didepan"keluh Gino

"Hus basing aja mulutmu, ntar kalo pak Didin dengar abis tuh muka buriq loh diterkam" timpal Aryo

"Hello,buriq,affa affan cogan yang gantengnya segalaksi bima sakti ini dibilang buriq. Gue harus anter loh kerumah sakit nih kayaknya Yo"cerocos Gino

"Ngapain lo bawak gue kerumah sakit segala,gue masih waras geblek gak geser kayak lo" jawab Aryo

" oon lo. buat periksa matalah, keknya lo minusnya udah parah banget,masak orang ganteng nya masyaallah begini loh bilang buriq"

Pletakk..
Aryo langsung mendaratkan dengan mulus sebuah jitakan hangat yang siap menimpuk Gino.Gino hanya meringis kesakitan

Tok..tok..
"Assalamualaikum, selamat pagi pak Didin"

"waalaikumsalam, kenapa kamu baru masuk? Telat? "

Yosi langsung masuk kekelas dengan santai dan diikuti oleh Nara yang mengekor dibelakangnya sambil ketakutan

"eh kamu yang dibelakang gak usah ngumpet ngumpet, saya lagi gak ngajak kamu main petak umpet ya"
Peringat pak Didin

"eh iya pak. Maaf"

"Galak amat sih pak, gak usah galak galak ngapa pak. Ntar cepet tua terus dicerai sama istri bapak talak 3 malah pak, emang bapak mau" cerocos Yosi

"kamu ini ngomong jangan sembarangan yah. Kenapa kamu telat masuk kelas? "tanya pak Didin to the point

"maaf pak lama, tadi saya abis ganti pembalut jadi lama maaf ya pak" jawab Yosi sambil cengegesan

"ya sudah kalian boeleh duduk dibangku kalian" ucap Pak Didik mempersilahkan mereka berdua

Tett.. Tett
"baiklah anak anak pelajaran bapak cukupkan sampai disini,kita lanjut dihari lainya, Assalamualaikum" Setelah menyelesaikan ucapannya Pak Didin langsung keluar dari kelas

Terlihat semua murid murid dikelas itu merasa lega dan bisa bernafas dengan bebas kembali

"Eh lo cabe"
Gino datang dan lansung menggebrak meja Yosi

"Apaan sih lo, mau gue hajar"
Seru Yosi

"enggak gue heran aja sama lo, buset dah masak lo pms tiap minggu sih, perasaan lo tiap bolos sama pak Didin pake alasan tuh muluh"

"Enak aja mulut lo, gue normal ya, mana ada orang pms tiap minggu, lo kayak gak tau pak Didin aja  pelupanya gimana, besok gue bolos lagi masuk kelas pake alasan itu lagi dia juga bakal percaya" seru Yosi

"Iya juga. Tuh bapak pelupanya nauzubillah dah"

"tu loh tau"

"Eh kalian sembarangan aja ngomongin orang tua, gak inget kalian? "
Peringat Aryo yang sedari tadi hanya menjadi penyimak mereka dan langsung memberikan kode kepada Nara

"inget apa"tanya Yosi dan Gino kompak

"Ingat ada azab! "
Ucap Aryo dan Nara juga kompak

"Dasar korban sinetron"
Seru gino dan lansung menggeplak kepala Aryo

                             ***

Thank buat yang udah baca, jangan lupa tinggalin jejak praaksara kalian disini guys

Happy Reading

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 14, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Her lonesomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang