1 Kok Kesel Ya?

107 15 28
                                    

ROSALIN

RUMAH besar yang dihiasi banyak bunga cempaka dan ada patung yang bertuliskan Mbah Ganteng Sejagat. Tidak lupa papan reklame besar yang terpampang jelas di depan pagar rumahnya, bertuliskan DUKUNNYA BUKAN BAPAKMU JADI BAYAR YA... GAK GERATISAN INI LOH.

"Ada perlu apa kalian datang siang-siang begini ke kediaman yang berharga dan menemui saya yang tertampan ini? Anak muda?" Dukun yang mengenakan baju kaus oblong biasa bertanya sembari makan rambutan.

"Begini Mbah. Teman saya ini jomlo akut dan sering di-bully-" Belum selesai Rudi menjelaskan sudah dipotong oleh dukun tersebut.

"Ha ha ha... Tenang anak muda Saya ada solusinya. Mau paket hemat, paket standar atau paket orang kaya, semua ada di sini."

Rudi dan Ogi saling pandang lalu menerima katalog yang diberikan oleh dukun itu.

"Wah! Ada yang cakepan nih Gi," Rudi menunjukkan gambar pada Ogi.

"Itu Kuntilanak semua." Mbah dukun mengingatkan sembari mengunyah rambutan.

"Ku-kunti Mbah?!" Ogi tergagap.

"Wah! Hebat gak usah manusia bro, kunti pun jadi, sikat aja." Rudi antusias.

"Kalau mau tinggal pilih," Mbah masih asik memakan rambutan. Rudi mencomot satu tapi dipelototi oleh mbah.

"Hehe...." Rudi salah tingkah.

"Yang paket ini agak mahal Mbah. Apa tidak ada discoun pelajar untuk kami?" Ogi bernegosiasi.

Mbah memandang mereka dari atas hingga ke bawah. "Pelajar apanya? Yang kayak kalian udah lima anaknya di kampung." Mbah memamerkan lima jarinya.

"Demi kemanusiaan Mbah." Rudi memelas.

"Tuh. Lihat di depan sana. Sudah jelaskan tulisannya bayar." Mbah mengomel panjang pendek. Pria setengah baya dan berkumis hanya separuh itu komat-kamit tidak jelas.

Ogi saling senggol dengan Rudi.
"Dikit aja Mbah masa gak bisa?" Rudi mengedipkan matanya.

"Jijik saya melihat kamu ngedip mata gitu, cacingan apa naksir saya? Sorry masih butuh belaian perempuan." Mbah berlagak sombong.

Rudi dan Ogi saling pandang, "Kok kesel ya?" Rudi mengutarakan isi hatinya.

"Tahu nih, berasa pengen nabok, sudah menghina gak punya perasaan lagi." Ogi berbisik.

"Oy! Saya dengar loh. Kalian ngomongin saya." Mbah menyinggung.

"Hebat! Ternyata selain cuma bisa ngomel, Mbah juga bisa tahu yang kami bicarakan." Rudi memuji.

"Makanya bisik-bisik jangan nyaring. Saya dengar tahu!" Mbah mengomel seraya memuncratkan ludahnya. Mbah memandangi mereka berdua.

Si Rudi lumayan dengan kulit putih bersih namun kurus. Ogi juga lumayan kalau dilihat dengan segi mata kaki. Kulit agak gelap, berjerawat rambut ikal alias kucai. Memiliki mata sedikit sipit. "Hem...." Mbah mangut-mangut sembari memakan rambutan.

"Rambutannya enak ya? Beli di mana?" Mbah bertanya pada mereka berdua.

"Beli di pinggir jalan Mbah." Ogi sedikit berkeringat, Sebenarnya rambutan itu di ambil dari kebun Pak Hakim. Rambutan hasil mencuri dari sana. Lumayan katanya oleh-oleh buat mbah dukun.(Jangan ditiru kelakuan mereka ya, dosa).

"Begini Mbah, paket hemat ada yang lebih bagus lagi enggak? Yang ini kurang sreg."

"Tampang begitu. Gak punya duit pula, minta yang cakepan. Capek deh!" Mbah mengeluh sembari menempelkan punggung telapak tangannya ke dahi.

ROMANCE GAK JELAS(TELAH TERBIT)dapat Dibeli Versi Cetaknya Di Guepedia.com Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang