Part 6

15 2 2
                                    

"Ketika aku mengerjakan seribu soal matematika dan beribu soal fisika mengapa itu terlihat lebih mudah di bandingkan aku melihat satu persoalan cinta"

Bugh.

Satu tonjokan tepat ke arah Darrel.

"Lo apain Kilfa hah?!" Ucap Ragan.

Ya, orang yang menonjok Darrel tadi adalah Ragan.

"Gan, stop gan!" Teriak Kilfa seraya meneteskan air matanya.

"Udah gan! Kasian Darrel." Ucap Kilfa menghalangi tonjokan yang akan di layang kan Ragan.

"Lo diapain sama dia Kil? Bilang ke gue. Biar nih orang tau kalau lo itu cuma milik gue." Ucap Ragan.

"Gan, lo apa-apaan sih. Ini bukan salah Darrel. Lo gak tau apa-apa tentang gue. Jadi stop bersikap seakan-akan lo tahu semua tentang gue." Ucap Kilfa.

"Kil, gue emang gak tau apa-apa tentang lo. Yang gue tahu cuma kalau gue cinta sama lo dan lo cuma milik gue yang harus gue jaga." Ucap Ragan dan meninggalkan Kilfa dan Darrel.

"Gan bukan gitu maksud gue." Teriak Kilfa namun Ragan sudah berjalan menjauh dengan wajah datar.

"Kil?" Ucap Darrel.

"Lo gak papa Rel? Maafin gue ya karena gue lo jadi kayak gini." Ucap Kilfa merasa bersalah.

"Gak papa kok kil, awh!" Ucap Darrel kemudian mengaduh sakit saat Kilfa menyentuh sudut bibirnya yang berdarah.

"Gak papa gimana? Gue pegang gitu doang kesakitan. Yaudah ayo, gue anter lo ke UKS." Ucap Kilfa dan Darrel pun hanya tersenyum. Kilfa membawa Darrel ke UKS.

"Duduk disini dulu bentar gue ambil kotak P3K nya." Ucap Kilfa dan Darrel pun mengangguk.

"Maaf ya Rel, gue gak tau kalau Ragan bisa kayak gini." Ucap Kilfa.

"Iya Kil santai aja, ehh tapi gue mau kok kayak gini terus asalkan yang obatin cewek cantik kayak lo." Canda Darrel.

"Lo apaan sih." Ucap Kilfa dan kemudian menekan lebih keras luka Darrel.

"Awh! Pelan-pelan dong Kil." Ringis Darrel kesakitan dan Kilfa pun hanya terkekeh.

"Kilfa! Lo gak papa?" Tanya Adrilla yang tiba-tiba masuk ke UKS.

"Eh Dril? Gak papa kok." Ucap Kilfa dan membereskan kotak P3K.

"Itu gue liat tadi si Ragan mukanya serem Kil, emang lo sama dia kenapa sih?" Ucap Adrilla.

"Oh iya! Ya ampun Rel, maaf ya. Gue duluan Rel, cepat sembuh. Yuk, Drill." Ucap Kilfa kemudian menarik Adrilla keluar dari UKS.

Darrel hanya memandang mereka.

"Apa emang udah gak ada tempat gue di hati lo, Kil?" Gumamnya pelan.

-,-

"Lo kenapa sih Kil sama Ragan?" Tanya Adrilla.

"Nah iya, tadi gue liat mukanya tambah dingin gitu, Kil." Ucap Giska dan mengalir lah cerita dari mulut Kilfa.

"Jadi gitu Dril, Gis. Gue gak tau lagi dah harus gimana." Ucap Kilfa

"Gue ngerjain banyak soal matematika, beribu soal fisika tuh lebih gampang daripada ngerjain persoalan cinta Dril, Gis." Sambung Kilfa.

"Haha yaudah lo sih, yaudah sabar aja. Noh Bu Cabe masuk." Ucap Adrilla.

Info nih, jadi Bu Cabe itu nama nya Cabei yang di baca Kabei tapi, Bani bilang yang gampang disebut aja cabe dan jadilah panggilannya Ibu Cabe wkwk.

Pelajaran pun berlangsung tetapi, Kilfa masih terbang dengan fikirannya.

Bel pulang sekolah berbunyi, murid-murid berhamburan keluar.

Ragan masih setia menunggu Kilfa.

"Gan? Maaf." Lirih Kilfa.

"Naik." Ucap Ragan dan Kilfa pun langsung naik karena takut Ragan marah.

Di perjalanan pun sepasang sejoli itu tidak ada yang berbicara, mereka sibuk dengan fikiran masing-masing.

Saat sampai, Kilfa langsung turun dari motornya Ragan.

"Maaf, buat soal tadi. Gue kebawa emosi gan, gue... gue... nggak maksud buat bilang kayak gitu ke lo. Gue cuma gak suka sama cowok yang kasar gan." Lirih Kilfa serta menundukkan kepalanya tak berani menatap Ragan.

Ragan menangkup kedua pipi Kilfa dan Kilfa pun mendongakkan kepalanya.

"Kalau bicara itu lihat orangnya." Ucap Ragan.

"Maaf karena gue gak bisa ngontrol emosi gue, Kil. Gue cuma gak mau milik gue sama orang lain. Gue cuma ingin jaga lo Kil, tapi saat denger lo ngucapin kayak gitu rasanya nyesek banget. Gue gak pernah sebaperan ini sama orang lain. Lo juga gak perlu minta maaf karena sekecewa apapun gue sama lo gue tetep gak akan bisa marah ke lo, Kil." Lanjutnya.

"Maafin gue, Gan." Ucap Kilfa menundukkan kepalanya lagi.

"Lo gak boleh nunduk, mahkota lo terlalu berharga untuk jatuh." Ucap Ragan dan Kilfa pun mengangkat kepalanya menatap Ragan.

"Yaudah, lo masuk sana. Gue pulang dulu." Ucap Ragan.

"Iya, hati-hati." Ucap Kilfa dan melambaikan tangannya ke Ragan.

Ragan pun meninggalkan pekarangan rumah Kilfa.

Seseorang melihat mereka dari jauh dan tersenyum kecut.

"Lo bahagia banget, Kil." Ucap orang itu dan pergi dari tempat persembunyiannya.

FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang