Part 7

13 1 1
                                    

"Satu harapanku, yaitu agar waktu berhenti kala ini."
Play : Anugerah terindah yang pernah ku miliki -Sheila on7

"Ntar habis pulang sekolah gue ke rumah lo, Kil." Ucap Ragan.

"Lah mau ngapain?" tanya Kilfa.

"Emang kalo mau ke rumah lo itu harus ada apa-apa dulu ya?" Jawab Ragan.

"Iya dong, kalau gak penting gak boleh mampir." Ucap Kilfa.

"Hm gitu ya?" Ucap Ragan yang terlihat bersikap seolah berfikir. "Yaudah, alasan gue ke rumah lo itu karena gue mau ngapelin pacar." Lanjut Ragan. Kilfa pun terkekeh. "Maaf, penghuni rumah itu jomblo semua. Jadi anda pacarnya siapa ya?"

Ragan pun mendengus kesal. "Gue pacarnya bi Ijah!" Ucap Ragan dan berlalu meninggalkan Kilfa yang tertawa seraya menggeleng - gelengkan kepalanya melihat tingkah Ragan.

-,-

"Gan, habis pulang sekolah kamu bisa gak anterin aku ke toko buku?" Ajak Brifa selaku sahabat Ragan.

"Maaf Brif, aku gak bisa soalnya udah ada janji." Tolak Ragan.

"Janji? Sama siapa?" tanya Brifa.

"Kilfa, maaf ya." Jawab Ragan.

Brifa pun mengangguk kemudian mencoba tersenyum ke arah Ragan.

-,-

Kini Ragan dan Kilfa sedang berada di ruang tamunya Kilfa.

"Bentar ya, gue ganti baju dulu." Ucap Kilfa.

"Iya." Ucap Ragan.

Tak lama kemudian, Kilfa turun dengan membawa seekor kucing dalam gendongannya.

Ragan menatap Kilfa gemas.

"Ini kucing yang waktu itu kan?" tanya Ragan.

"Iya." Ucap Kilfa yang tersenyum ke arah kucing dan menyisir bulu - bulu indahnya.

"Mau tau gak nama nya siapa?" tanya Kilfa

"Siapa emang namanya?" tanya Ragan balik.

"Airin. Bagus kan?" Jawab Kilfa, Ragan pun tertawa.

"Lah kok ketawa sih?" tanya Kilfa yang melihat Ragan tertawa.

"Serius namanya Airin?" Ucap Ragan yang dijawab anggukan oleh Kilfa.

"Kucing kok di kasih nama kayak manusia sih?" Ragan terkekeh.

"Ih! Jadi tuh gue kan pengen punya keluarga yang namanya Airin soalnya bagus gitu. Tapi, mama sama papa cuma punya anak gue sama Bang Gerald. Jadi gue pengen namain anak gue Airin cuma kan kelamaan makanya gue namain kucing ini aja." Jelas Kilfa.

Ragan pun tertawa kemudian berkata. "Mau cepet? Ayo ke KUA terus kita bikin baby yang namanya Airin." Kemudian tertawa.

"Ih! Ragan omes!" Marah Kilfa dan menampol kepala Ragan.

"Aduh Kil, sakit." Ucap Ragan.

"Makanya gak usah omes jadi orang." Ketus Kilfa.

"Kil, gue pengen deh waktu berhenti sekarang. Karena gue gak tau kita kedepannya gimana kan. Gue gak pengen jauh dari lo." Ucap Ragan

"Berapa?" Ucap Kilfa, Ragan mengernyitkan dahinya.

"Kok berapa? Berapa apanya?" tanya Ragan.

"Berapa orang yang udah lo gombalin?" Ucap Kilfa.

"Dih. Gue gak gombal tau." Dengus Ragan yang kesal karena Kilfa merusak suasana.

"Ga ding canda. Gitu doang marah kayak cewek aja lu." Kilfa pun terkekeh.

"Mau dong jadi Airin." Ucap Ragan.

"Lah kok mau jadi kucing sih? Aneh lo." Ucap Kilfa.

"Airin enak. Suka lo peluk, lo juga sayang sama dia. Gue kan pengen." Ucap Ragan dan tersenyum ke arah Kilfa. Kilfa pun memalingkan wajahnya.

"Gak usah gombal mulu deh, dasar kerdus lo." Ucap Kilfa.

"Gak gombal. Gue seriusan. Makanya peluk gue juga dong supaya gue gak iri sama Airin." Ucap Ragan dan memegang wajah Kilfa.

Hening seketika.

"Kil, masih lama gak hati lo terbuka buat gue?" tanya Ragan yang menatap wajah Kilfa.

"Ih Ragan apaan sih." Ucap Kilfa yang menunduk.

"Kil, gue gak tahan ah. Kalau gue khilaf gimana? Salah lo pokoknya." Ucap Ragan, Kilfa pun mendongakkan wajahnya.

"Kok salah gue sih?" tanya Kilfa.

"Ya emang salah lo. Siapa suruh gemesin banget. Gue kan jadi takut khilaf. Mana disini kita berdua doang." Jawab Ragan.

"Ih emang dasarnya itu lo yang omes. Emangnya yang undang lo kesini siapa sih. Kan gak ada." Gerutu Kilfa.

"Dih bodo, yang penting mah salah lo." Sewot Ragan.

"Dih kok lo sewot banget sih." Sinis Kilfa yang membuat Ragan pun terkekeh. Kilfa pun memandangnya aneh.

"Gue pengen kita berantem karena hal kayak gini bukan karena kesalahan kita tapi, karena bentuk kedekatan kita." Ucap Ragan.

"Yaudah gue pulang dulu ya? Soalnya takut khilaf kalau lama - lama disini. Kalau kelamaan ntar ortu gue sama ortu lo kecepetan dapat cucu nya malah gue yang di cincang sama om Dani." Sambungnya yang kemudian ngacir keluar dari rumah Kilfa sambil tertawa.

"Dasar Ragan omes!" Teriak Kilfa.

Mereka pun tersenyum dan menyadari bahwa hati mereka mulai terpaut satu sama lain. Mereka juga menyadari bahwa kebahagiaan ini begitu terasa nyata di benak masing - masing.

FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang