Beginning

29 19 3
                                    

TENG TENGG!!

Bel pulang sekolah yang sudah ditunggu tunggu oleh setiap murid di SMA Pelita Bangsa akhirnya berbunyi.

Aku tersadar dari lamunanku karena suara bel yang lumayan nyaring, tubuhku yang sudah loyo daritadi langsung bersemangat setelah menyadari bahwa itu adalah bel tanda pulang sekolah. Dengan cepat ku bereskan semua barang barangku yang ada di meja dan memasukkannya ke tas, melihat kelakuanku yang seperti itu Zeta hanya bisa menggelengkan kepalanya.

Aku dengan cepat beranjak dari kursi ku untuk keluar dari kelas, karena terlalu bersemangat sampai sampai kaki ku tersandung meja dan aku jatuh. Lagi. Kedua kalinya untuk hari ini, setelah kejadian tadi pagi.

"AWW!!" Aku meringis kesakitan.

Zeta yang menyadari bahwa aku terjatuh dengan cepat menghampiriku dengan wajahnya yang sudah sangat panik, "Araa, kamu ngapain coba sampe bisa kesandung gini?"

"Cuma kesandung meja ae kok, karna terlalu semangat pengen balik, bosen parah," Jawabku "Lagian pasti cuma lecet do. . ." Lanjutku sambil menaikkan rokku untuk mengecek luka di lututku.

"EEHH BUSET ARAA INI SAMPE BERDARAH GITUUU --- Eh tenang Zet tenang," Panik Zeta karena melihat lututku berdarah, namun sedetik kemudian langsung berubah tenang "Emang separah apa sih kamu jatoh ampe bisa berdarah gini? Biasa mah paling merah ae, paling parah udah lecet." Omel Zeta padaku.

"Kamu mirip deh Zet kaya mamaku dirumah, ngomel mulu," Ucapku untuk menghentikan omelannya "Lagian ini gapapa kok, mungkin gegara jatoh tadi pagi yang belum sembuh total."

"KAMU JATUH TADI PAGI DAN MASIH BISA SETENANG ITU? Seakan tak ada yang terja--" Zeta mulai mengomel lagi, namun omelannya terhenti karena tiba tiba Alen dan Mega masuk ke kelasnya.

"SIAPA YANG JATUH SIAPAA??!!" Alen masuk ke kelasku sambil berteriak dengan suaranya yang cempreng dan menggelegar di satu ruangan.

"Udah woi udah budeg gua." Kesal ku sesaat sesudah Alen berhenti mengomel.

"Jadi, siapa yang jatuh? Lu yang jatuh, Ra?" Tanya Mega padaku dengan nada suara yang tenang.

"Iya hehe, kok lu tau?" Tanyaku padanya dan hanya dibalas dengan lirikannya pada lututku.

"Yaudah nunggu apalagi, kuy balik, lutut Ara juga harus diobatin," Ajak Zeta pada kami.

"Bisa jalan, Ra?" Tanya Alen dengan khawatir padaku.

"Bisa dong gua pan strong women," Jawabku sambil nyegir.

Kami pun berjalan keluar dari kelas menuju ke parkiran. Aku melihat bahwa aku sudah dijemput oleh supirku dan akupun pamit kepada teman temanku. Setelah pamit, dengan segera aku masuk ke dalam mobil.

"Kak, kemana sih lama amat," Tanya adikku Vio padaku.

"Ga, kakak gamau kemana mana, maunya stay di hati Taehyung aja," Candaku.

"Yang waras mah ngalah aja ya, kak." Ia diam dan memfokuskan pandangannya pada smartphone nya.

Karena aku bosan, aku pun membuka lagu Beautiful - Crush di mobil. Aku memalingkan pandanganku ke luar kaca mobil untuk melihat kendaraan yang berlalu lalang.

Lagu Beautiful - Crush mengalun indah di telingaku.

It’s a beautiful life
Beautiful day
Neoui gieogeseo naega saltende
Beautiful life
Beautiful day
Nae gyeoteseo meomulleojwo

Beautiful my love
Beautiful your heart
It’s a beautiful life
It’s a beautiful life

Saat aku sedang sibuk bersenandung mengikuti irama lagu, tiba tiba sesuatu yang dari dulu tak ku inginkan terjadi, terjadi sekarang. Karena aku yang terlalu shock membuat wajah ku menjadi pucat pasi.

Vio yang menyadari perubahan pada sikap ku langsung bertanya padaku, aku menoleh dan hanya menggeleng lemah sambil tersenyum tipis.

"Kak, are u ok?" Tanya Vio yang mulai panik dengan keadaan ku.

Baru saja aku ingin membuka mulutku untuk mengucapkan sesuatu, tiba tiba kepalaku terasa berat dan pandaganku berubah menjadi hitam semua, kepalaku pusing. Bruk. Aku pingsan.

***

Aku baru kembali ke masa sadar ku dan merasa kepalaku sangat pusing saat mencoba untuk membuka mata ku. Aku mencium bau obat obatan dan saat mataku berhasil terbuka total, aku menyadari bahwa aku terbangun di dalam ruangan yang serba berwarna putih. Rumah sakit. Pikirku.

Di sebrang sana aku melihat bang Eden sedang tertidur di sofa, mungkin kelelahan, pikirku. Aku tidak melihat orang lain selain abang di kamar ku.

Karena merasa haus, aku mencoba untuk duduk agar bisa mengambil gelas air di atas nakas. Namun, aku tidak dapat bangun karna badanku terasa lemas sekali. Aku tidak memiliki tenaga untuk bangun, bahkan menggerakkan tanganku saja susah sekali rasanya.

Aku hanya bisa pasrah dan memikirkan hal hal random atau melamun mungkin? Tiba tiba aku teringat kejadian sebelum aku pingsan. Dan itu membuat kepalaku nyeri.

Beberapa detik kemudian aku merasa ada yang membuka pintu kamar ku dan ternyata itu adalah Mama dan Vio. Mereka panik karna melihatku kesakitan, Vio pergi memanggil dokter sedangkan mama menemaniku di kamar.

Dokter masuk dan mengecek keadaan ku, "Anaknya tidak apa apa, tidak ada masalah yang serius, ini disebabkan karna stress, sebaiknya dijaga untuk tidak memikirkan hal hal yang berat." Jelas dokter itu setelah memeriksaku dan pergi meninggalkan ruangan.

"Kamu mikirin apa nak ampe sakit gini? Masih muda lho sudah banyak pikiran," Tanya mama dengan khawatir.

"Gapapa kok ma, Ara gapapa, cuma kebanyakan mikirin sekolah aja ma," Jawabku sambil menunjukkan cengiran ku.

"Maaf ma, Ara bohong sama mama, Ara gamau buat mama banyak pikiran dan berujung sakit kayak Ara, cukup Ara aja ya, ma. Mama sudah berjuang selama ini. You're the strongest woman I've ever seen. Love u mama" Batinku.

"Tuhh kan melamun lagi, kak" Ucap adikku yang berhasil membuyarkan lamunanku.

Aku hanya membalasnya dengan cengiran khas ku.

"Yaudah sini makan dulu Ra, terus minum obat." Mama menyuapi ku makan makanan yang diberi oleh rumah sakit.

"Ish apasih kok gada rasanya ma, tawar gitu" Oceh ku karna makanan yang ku makan tidak memiliki rasa sama sekali di lidahku alias tawar.

"Hush, masih mending kamu bisa makan, udah bersyukur aja. Inget, masih banyak orang di luaran sana yang banting tulang hanya untuk mendapat sesuap nasi, tidak semua orang memiliku hidup seberuntung dirimu, nak," Ucap mama sambil tersenyum manis. "Yaudah nih minum obatnya, lalu tidur ya."

"Iya ma," Aku meminum obat dan setelah itu memutuskan untuk tidur.

"Good night sweet heart, have a sweet dream, baby." Ucap mama sambil mengecup kening ku dengan penuh kasih.

***

Aku terlelap dalam tidurku, dan aku masuk ke dalam mimpiku. Alam bawah sadar ku.

"Huhh. . . Huhh. . . Ma-uh apaha k-au ke-kembalih ke si-nih??!!!" Ucapku sambil ngos ngos an karena lelah berlari menghindari makhluk ini.

"TAK CUKUP KAH KAU MELIHAT MAMA MENDERITA SELAMA INI??!!" Bentakku padanya, "Mau apa kau kembali ke sini? Tak ada yang mengharapkan kehadiranmu disini, pergilah!" Ucap ku dengan suara lirih, dan air mata yang mengalir indahnya dari pelupuk mataku tanpa izin.

One Thing Called DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang