New School, New Friends

37 30 4
                                    

Aku berjalan melewati lorong dan sampai di depan kelas yang bertuliskan X MIPA 2. Aku masuk dan melihat keadaan kelas yang belum terlalu ramai, aku memutuskan untuk duduk di bangku kedua dari depan dan barisan ke 3 dari pintu di kelas ku memiliki 4 barisan bangku.

Aku duduk dan meletakkan tasku di kursi ku. Saat aku baru saja ingin berdiri dan menyapa teman teman sekelasku, ada yang berdiri di samping kursi semejaku yang kosong.

Ia bertanya dengan gugup, ”H-hai, apakah saya boleh duduk di kursi ini?”

Aku menatapnya, dan ia berkata dengan takut, “A-ah maaf jika kamu tidak ingin duduk denganku, aku akan mencari bangku yang lain.”

Dengan cepat aku membalas, “Ehh engga, gapapa kok, sini duduk sama aku aja.” Ucapku sambil menampilkan senyum manisku.

“Terima kasih,” Ucapnya “Perkenalkan nama ku Revellyn Zaneta, bisa dipanggil Zeta.” Kemudian Zeta mengulurkan tangannya berniat untuk bersalaman.

Dengan cepat aku menerima uluran tangannya dan memperkenalkan diriku, “Nama ku Zenaya Raneska, panggil aja Ara,” Ucapku dengan tersenyum manis yang dapat melelehkan hati para kaum adam jika melihatnya “Oh iya, santai aja ya sama aku jangan terlalu kaku dan formal.”

“Oke.” Jawabnya sambil mengacungkan jempolnya.

“Lucu,” Batinku “Keknya asik deh nih anak tapi pemalu.” Pikirku.

“Zet, kenalan kuy ama anak sekelas?” Tanyaku pada Zeta, lebih tepatnya mengajak.

Zeta tampak berpikir sebentar dan akhirnya ia menyetujui ajakanku.

“Eh, tapi gimana ya kenalannya?” Ucapku sambil berpikir.

Zeta hanya geleng geleng melihatku, “Kan kamu yang ngide buat kenalan sama anak anak kelas, kok jadi kamu yang nanya gimana kenalannya, kan seharusnya aku, ada ada aja kamu.” Ucap Zeta sambil tertawa kecil.
“EHH COPOT COPOT!!” Teriakku dengan sedikit keras dan anak anak kelas langsung menatap ke arah ku.

“Napa lo?” Tanya salah satu murid di kelas.

“Kamu kenapa, Ra?” Zeta ikut bertanya.

“Eh buset malu nih gua,” Batinku

“Gapapa kok gapapa, btw nama gua Zenaya Raneska panggil ae Ara, dan yang di samping gua  Revellyn Zaneta bisa dipanggil Zeta, salam kenal ye, btw sorry soal yang tadi, ga sengaja kok gua.” Ucapku meminta maaf dengan tulus sambil memperkenalkan diriku dan Zeta pada anak anak sekelas.

“Sans, Gua Ricky, salken ya.”

“Gapapa kok, gua Lena, salken juga ya.”

“Isoke, gua Reno, salken.”

“Cih, pada sok baik semua, lu juga orang ga jelas pembuat onar padahal baru sehari sekolah juga, sok minta maaf lagi, ga banget.” Nyinyir seorang siswi pada Ara, dan setelah puas mengata ngatai Ara ia dan satu teman perempuannya pergi meninggalkan kelas.

“Lah apasih ga jelas padahal masalah kecil juga, kesel deh, huh!!” Omelku tak henti hentinya pada Zeta.

“Udah Ra gapapa gapapa, orang sirik aja kali gapapa gapapa,” Ucap Zeta yang mencoba untuk menenangkanku “Emangnya tadi kamu tadi kenapa kok kaget gitu?”

“Eh-eh anu, abis kamu senyum lucu sih jadi gemes gitu,” Jawabku dengan jujur.

“Astaga ada ada aja temenku yang satu ini, udah gapapa jangan dendam, tar juga cape sendiri kalo ga di jabanin,” Ia memberiku nasehat.

“Emang kamu tu dewasa banget ya beda sama aku yang masih kekanak kanakan,” Ucapku penuh kagum.

“Biasa aja kok,” Jawabnya.

TENG TENGG!!

Author POV
Bel masuk sudah berbunyi dan seluruh murid SMA Pelita Bangsa masuk ke kelasnya masing masing. Guru guru mulai masuk ke kelas yang akan diajarinya tak terkecuali guru yang akan mengajar di kelas Ara.

“Selamat pagi anak anak,” Guru yang sedang berdiri di depan kelas memberi salam pada anak anak.

“Pagi buu. . .” Jawab anak anak kelas X MIPA 2.

“Perkenalkan nama Ibu Anata, panggil saja Ibu Nata, Ibu yang akan menjadi wali kelas kalian selama 2 semester kedepan,” Jelas Bu Nata “Apakah ada pertanyaan?” Sambungnya.

“Tidak bu,” Jawab anak anak kelas X MIPA 2.

“Baiklah anak anak, karena kita belum memiliki buku untuk memulai belajar, kita akan menentukan pengurus kelas dulu, siapa yang ingin mencalonkan diri?” Tanya Bu Nata.

“Saya Bu,” Jawab salah satu murid yang diketahui bernama Ricky tadi.

“Saya,” Siswi bernama Lena juga mencalonkan diri.

“Saya Bu,” 2 siswi yang bernama Ara dan Zeta berbicara dengan serempak.

Beberapa murid lain juga ikut mencalonkan diri.

SKIP.

Setelah beberapa lama berunding, telah ditentukan bahwa ketua kelasnya adalah Ricky, wakil ketua kelas Lena, Sekretaris Ara, bendahara Zeta, dan seksi seksi lainnya.

TENG TENGG!!

Ara POV
Bel istirahat berbunyi, aku dengan cepat merapikan buku buku ku dan menarik Zeta ke kelas sebelah, kelas X MIPA 1. Yap, kelas Alen. Aku berencana untuk memperkenalkan Zeta dan Alen.

Saat kami sampai, Alen ternyata sedang berjalan keluar kelas dengan satu siswi. Mereka berbincang bincang sambil sesekali tertawa.

“Hey,” Sapaku pada siswi di samping Alen sambil tersenyum.

“Halo, temennya Alen ya? Salken ya gua Megan Flavia temen sebangku Alen, panggil ae Mega.” Ia mengulurkan tangannya berniat untuk bersalaman denganku.

"Eh buset kok ni anak bedua kek rada mirip gitu ya," Pikir Alen di dalam hati.

Aku menerima uluran tangannya dan kami pun bersalaman, “Kenalin gua Zenaya Raneska, panggil aja Ara, dan yang di samping gua ini Revelly Zanetta panggil ae Zeta, temen sebangku gua.”

Mega dan Zeta bersalaman “Semoga kita bisa akur dan sahabatan ya,” Akhirnya Alen mulai berbicara setelah dari tadi hanya diam dan aku  membalasnya dengan anggukan.

Setelah selesai acara perkenalan, kami pun berjalan pergi ke kantin, “Mau beli apa? Biar gua yg pesanin” Ucap Mega.

“Gua bakso sama es teh aja,” Jawab Zeta.

“Samain aja semua ya?” Tanyaku meminta persetujuan.

“Ok, jadi bakso ama es teh 4 ya” Setelah berkata seperti itu Mega pergi membeli pesanan kami tadi.

Sunyi, canggung, pengap.
Itulah yang ada dipikiran gua saat ini.
Seakan dapat membaca pikiranku, Alen membuka pembicaraan, “Yo, Zet salken ya, lu dari SMP mana?”

Dan berlanjutlah perbincangan itu hingga Mega datang dan memberikan pesanan kami. Kami main sambil berbincang yang sesekali menghadirkan gelak tawa di antara kami.

TENG TENGG!!

“Eh udah bel nih, balik kuy?” Ajakku dan hanya dibalas oleh anggukkan oleh mereka.

Kami pun kembali ke kelas masing masing. Kami melanjutkan pelajaran dengan serius.

One Thing Called DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang