Affection

25 18 3
                                    

"Huhh. . . Huhh. . ." Aku terbangun dengan napas yang tersengal-sengal.

Vio yang masih terjaga pun panik melihatku. Ia mengambilkan air dan memberikannya padaku.

"Mimpi apa, kak?" Tanyanya padaku dengan khawatir.

"Gapapa, dek"

"Hmm," Jawabnya judes dan kembali mengalihkan fokus pada layar smartphone nya.

"Kalo udah gini pasti ngambek pasti, biarin ae dah tar juga baik sendiri," Batinku.

"Dek, sini deh," Ucapku pada Vio

"Hmm," Ia menjawab tanpa mengalihkan padangan pada layar hpnya.

"Kamu udah punya pacar ya?" Celetukku tanpa mem-filter ucapanku, tak terpikir efek samping dari perkataanku.

Vio yang terkejut hampir menjatuhkan hpnya dari pegangannya, "E-engga kok, kak" Jawabnya dengan gugup.

"Hayoloo udah gede ternyata adek kakak ya, kalah kakak ama adek sendiri, huhu" Godaku pada Vio sambil ber pura pura sedih.

"Siapa dek? Anak mana? Ganteng ga? Pinter ga? Baik ga? Orangnya gimana? Bawel? Cerewet? Possesive? Cemburuan?" Kulempar pertanyaan ku yang bertubi tubi pada Vio.

"Duh emang deh kakak ga berubah dari dulu, paling bawel, bisa ngeramal lagi. Btw, satu satu kek kak nanya nya" Omel Vio padaku.

"Iyaiya, siapa namanya?"

"Verell"

"OHHH VERELL YANG OSIS ITU KAN?" Tanya ku dengan antusias.

"Lah lah? Kok kakak tau?" Tanya Vio dengan bingung.

"Ya tau lah, apa coba yang ga kakak tau"

"Serius kakk, ish"

"Duh, kakak kan pernah jadi waketos, masa kakak ga kenal sih sama anggota osis yang lain" Jawab ku dengan malas.

"Oh iya juga ya, hehe" Ucap Vio dengan cengiran khasnya.

"Ohh iya, kapan kapan kenalin dong ke kakak" Tawar ku dengan antusias.

"Becanda mulu kakak mah" Jawab Vio dengan malu malu

"Ga dek, serius ini, bawa aja besok kesini habis kamu pulang sekolah" Ucapku dengan nada serius.

"Hahh?? Serius kak??" Tanya Vio tak percaya.

"Emang kakak keliatan becanda?"

"Engga, hehe"

"Yaudah tidur kamu sana, besok sekolah kan? Jangan chattan mulu ama pacar haha"

"Iya kak" Jawabnya dengan malu, aku melihat muka Vio sudah kemerahan.

"Ada ada aja anak zaman sekarang" Batinku, dan aku memilih untuk tidur.

***

Tidur ku terganggu karena aku merasa ada cahaya yang ingin  menerobos masuk ke dalam pupil mataku. Aku mencoba untuk membuka mata, dan saat aku telah berhasil membuka total mataku, aku melihat ada seseorang yang sedang membuka horden jendela di kamar ku. Mama? Pikirku, tapi bukan. Bentuk badannya yang besar dan rambutnya yang pendek tidak memberikan ciri ciri yang sama dengan mama.

Sosok itu menoleh ke arah ku dan tersenyum, aku tak tahu itu senyum apa, karna tidak terlihat jelas dimata ku. Apakah tidurmu nyenyak? Tanyanya padaku. Aku yang terkejut dengan cepat menggosok mataku dengan kedua tangan. Dan sosok itu hilang. Hilang ntah kemana.

One Thing Called DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang