18 || Inside The Melody

27 4 1
                                    


Yiruma - If I Could See You Again.

Jari kecil Eungi menari indah di atas tuts-tuts piano hitam itu, membuat gadis itu hanyut dalam irama yang dimainkannya. Eungi memejamkan matanya, menghayati setiap melodi yang keluar itu, seolah menyalurkan perasaan rindunya pada piano yang telah lama tidak ia sentuh. Jungwoo menyunggingkan senyumnya, ia sudah lama tak melihat Eungi bermain piano.

Namun, hal itu tak berlangsung lama. Permainan pianonya kacau. Eungi menekan tuts-tuts piano itu dengan kesal hingga menghasilkan bunyi yang nyaring.

"Aishh!!!" gerutu gadis itu, kesal.

Jungwoo bangkit dari kursinya, lalu menghampiri Eungi. Ia menggapai tangan Eungi dan memijat kecil jari-jari mungil Eungi, sontak membuat napas Eungi tercekat.

"Keram, ya?" tanya Jungwoo seraya fokus memijat kecil jari-jari Eungi.

Eungi mengangguk. Posisi Jungwoo yang sedekat ini mampu membuat jantungnya berdegup begitu kencang, hingga rasanya ingin turun ke lambung. Matanya tak lepas memperhatikan setiap inci wajah Jungwoo yang nyaris sempurna, apalagi ekpresi seriusnya saat ini benar-benar membuat Jungwoo terlihat begitu tampan bekali-kali lipat.

Dosa gak sih cinta sama pacar orang? gumam Eungi dalam hati.

"Emang sering terjadi, kok. Jadi, lo harus banyak latihan dan jangan terlalu maksain jari lo buat main piano kalo sakit," lanjut Jungwoo.

Alis Eungi bertautan, keningnya berkerut—mencoba berpikir keras. Eungi mencari memori-memori itu di dalam sana—memori yang terasa begitu nyata.

"Emang sering terjadi, kok. Jadi, lo harus banyak latihan dan jangan terlalu maksain jari lo buat main piano kalo sakit."

Bayangan itu datang lagi. Bukan bayangan, itu seperti sekelebat mimpi yang sering dialaminya. Eungi tidak dapat mengingat jelas wajah orang di dalam mimpinya itu, tetapi kata kata Jungwoo sama persis seperti yang ada di dalam mimpinya.

Ten dan Jungwoo.

Dua nama yang sedang berkelana di pikiran Eungi sekarang, tetapi panggilan Jungwoo menghancurkan semuanya.

"Gi, masih sakit, gak?"

Eungi mengerjap dan kembali fokus. "Eh—Masih, kak. Sakit......... banget." Eungi mempoutkan bibirnya.

Modus sekali-sekali boleh, lah. Hehe.

Jungwoo mengangguk, lalu memijat telapak tangan Eungi lagi dengan lebih lembut, Eungi tersenyum menahan debaran itu, hingga tanpa sengaja tatapan mereka bertemu. Jungwoo tersenyum manis. Namun, seperskian detik kemudian suara pintu yang terbuka menginterupsi mereka bedua, refleks membuat Jungwoo melepaskan genggamannya pada Eungi.

Senyum Eungi luntur, ia mengumpat kesal, dan mensumpah-serapahi laki-laki yang kini sedang berjalan ke arahnya itu.

Taeyong menatap Jungwoo dengan tatapan tajam nan membunuh. Enggan mencari masalah, Jungwoo mengedarkan pandangannya ke segala arah.

Taeyong beralih menatap Eungi, lalu menarik lengan gadis itu, sontak membuat gadis itu berdiri dan menghempaskan tangannya.

"TAEYONG, SAKIT!" ringis Eungi.

"Jari lo kenapa? Sakit? Keram? Gak usah main piano kalo gitu. Ayo pulang!" titahnya, lalu kembali menarik tangan itu.

"Sorry, sorry, kayaknya lo gak bisa deh asal narik tangan dia gitu aja. Dia masih ada kerjaan sama gue." Jungwoo menarik lengan Eungi yang satu lagi membuat Eungi menatap keduanya secara bergantian.

"Eh, lo liat sendiri, kan? Jarinya sakit dan lo masih mau ngajak dia latihan? Lo mau tanggung jawab kalo jari-jarinya patah!?" celetuk Taeyong membuat mata Eungi membulat, lebay banget nih anak, buset.

ANOTHER SIDE OF TAEYONG [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang