Syair terbangun dengan badan yang pegal karena posisi tidurnya yang kurang nyaman. Ia melirik jam yang tergantung didinding ruang tamu. Jam menunjukkan angka setengah 4 pagi.
Syair bangkit dan berjalan naik. Ia mencoba membuka pintu kamar Oka. Tapi pintu kamar itu terkunci yang menandakan Oka sudah pulang.
Dalam hati, Syair bersyukur karena Oka tidak lupa untuk pulang. Ia pun berjalan ke kamarnya untuk membersihkan diri.
Setelah membersihkan diri, ia menuju dapur untuk membuat sarapan. Para maid yang sedang menyiapkan bahan memberikan salam kepada Syair.
Setelah selesai memasak, Syair mengambil ranjang makan yang ada didapur. Kali ini, ia berniat membawakan Oka bekal untuk sarapan mengingat Oka tidak pernah mau sarapan dirumah karena ada dirinya.
Setelah selesai, Syair naik lagi untuk membangunkan Oka. Ia mengetuk pintu itu pelan-pelan karena takut membuat Oka kaget. Namun setelah sekian lama mengetuk pintu, tidak ada jawaban apapun dari dalam.
Syair yakin Oka memang sengaja mendiamkannya. Ia memilih untuk turun dan sarapan karena ia belum makan dari tadi malam, sehingga perutnya kini terasa lapar.
Selesai makan, Syair mendengar langkah kaki dari arah tangga. Disana ada Oka yang sudah siap dengan jas kerjanya. Dengan cepat Syair meraih minum lalu mengambil ranjang makan dan berlari ke arah Oka.
"Aku membuatkan bekal untuk sarapanmu" Syair berhenti setelah sampai di samping Oka.
"Tidak perlu" jawab Oka sangat datar.
Sebenarnya Oka merasa lapar dan ia akui masakan Syair sangat enak. Namun egonya lebih besar dan mengajak ia untuk menyakiti Syair lebih dalam lagi.
"Kamu bisa memakannya dikantor. Sarapan itu penting untuk kesehatan. Bawalah"
Syair meraih tangan Oka dan meletakkan bekalnya ditangan kiri Oka, namun Oka menepis tangan dan ranjang itu hingga bekal yang dibuat Syair tumpah berserakan dilantai.
Syair yang terkejut hanya diam dan memandang makanan yang sudah berserakan itu. Ia tidak menyangka Oka sekasar ini.
Melihat keterkejutan Syair membuat Oka tersenyum tipis. Ini belum seberapa dari rencananya. Mulai sekarang, ia akan berubah menjadi iblis untuk istrinya itu. Ralat, istri diatas kertas.
Oka berjalan meninggalkan Syair yang sudah berjongkok mengambil ranjang makanan dan berniat membersihkan lantai yang kotor itu.
Tanpa mereka berdua sadari, para maid melihat mereka dari belakang tangga. Mereka memandang Syair penuh rasa kasihan.
Setelah kepergian Oka, para maid mendatangi Syair yang sedang membereskan makanan yang berserakan.
"Biarkan kami yang membersihkannya, Nyonya" kata salah satu maid yang sudah berjongkok didepan Syair.
"Tidak perlu, kerjakanlah tugas kalian yang lain. Aku bisa membersihkannya sendiri" jawab Syair tersenyum kepada maid tersebut.
"Tidak apa-apa Nyonya. Nyonya juga akan pergi bekerja bukan?" jawab maid lain.
"Baiklah, terimakasih"
Syair berjalan keatas untuk mengambil tas. Ia berniat ke restorannya pagi ini. Sebelum keluar, ia merapikan dirinya didepan cermin.
Syair menatap wajahnya yang ada dicermin. Ia melihat wajahnya yang sedikit lebih kurus setelah menikah. Padahal ia juga sudah makan tepat waktu. Mungkin karena pikiran tentang rumah tangganya itu yang menyebabkan ia terlihat lebih kurus.
Ia keluar kamar menuju garasi mobilnya. Ia memang tidak pernah menyuruh sopir untuk mengantarnya kemana-mana seperti Oka.
Syair mengendarai mobil dengan kecepatan sedang sambil mendengarkan musik. Setelah sampai, ia turun dan langsung masuk ke restorannya.
Para karyawan yang ada disana menunduk sebagai tanda hormat kepada Syair. Ia langsung memasuki ruang kerjanya. Ia duduk dan langsung mengecek restorannya. Baik restorannya yang di Jogja maupun yang lainnya.
Setelah lama berkutat dengan laptop dihadapannya, Syair merasa sedikit lelah. Akhirnya ia berdiri dan membuat kopi yang sudah tersedia diruangannya.
Ia memilih duduk disofa untuk meminum kopi. Sejenak, ia merasa ragu. Apa ia harus mengirim makan siang untuk Oka siang ini atau tidak.
Akhirnya ia berdiri, ia memutuskan untuk membuat makanan Oka sendiri. Ia keluar dari ruangan menuju dapur yang ada di restorannya.
Disana, para karyawan menyapa Syair. Ia pun langsung membuat makanan dengan cepat. Setelah selesai, ia mengemasi makanan itu dengan rapi.
Syair keluar menuju ruang kerjanya untuk mengambil tas. Setelahnya, ia langsung keluar restoran menuju kantor Oka. Ia mengendarai mobil dengan pelan sambil mendengarkan musik.
Setelah sampai, ia turun dan langsung memasuki kantor Oka. Disana banyak karyawan yang memberi hormat kepadanya. Selain karyawan, banyak artis dan model perempuan yang berlalu lalang disana. Maklum saja, Oka adalah pemilik stasiun televisi.
Setelah sampai di depan ruangan Oka, sekretaris Oka memberi hormat kepada Syair. Syair pun masuk ke ruangan Oka setelah mendapat izin memasuki ruangannya.
Syair melihat Oka yang sempat melirik ke arahnya saat ia masuk tadi. Namun Oka kembali fokus pada kertas-kertas yang ada diruangannya.
"Ehem, aku hanya ingin menyiapkan makan siangmu. Kau terlalu sibuk bekerja hingga mungkin selalu lupa makan siang" kata Syair yang masih berdiri didekat pintu.
Tidak ada jawaban dari Oka. Syairpun berjalan ke arah sofa. Ia menata makanan diatas meja beserta minum untuk Oka. Setelah rapi ia berdiri dan berjalan ke arah Oka.
"Apa kamu masih sibuk? Makanlah dulu baru selesaikan kerjaanmu. Jangan sampai telat makan" Syair berkata dengan lembut didekat Oka.
Namun masih tetap tidak ada jawaban dari Oka. Saat Syair ingin lebih mendekati Oka, tiba-tiba langkahnya dihentikan dengan hentakan dari suara tajam Oka.
"Jangan mendekatiku, sialan. Sudah kubilang jangan ikut campur urusan pribadiku. Apa kau lupa? Kita hanya menikah diatas kertas. Keluar dari ruanganku!"
Syair yang mendapat kata-kata seperti itu hanya terdiam dengan tatapan kosongnya. Kata-kata Oka begitu menusuk hatinya. Namun ia berusaha untuk menahan diri supaya tetap kuat diihadapan Oka.
Syair pun tersenyum begitu lembut kepada Oka yang membuat Oka semakin geram karena Syair masih saja bisa tersenyum meski Oka sudah mengeluarkan kata-kata pedasnya.
"Maafkan aku, meski kamu menganggap pernikahan ini hanya diatas kertas, tapi itu tidak berarti bagiku Oka. Kamu tetaplah suamiku dan aku mempunyai hak untuk mengatur suamiku, menghormati, menghargai, dan mencintai."
Syair berkata dengan menahan sesak didadanya. Ia mengatakan itu, namun kenyataannya ia ragu, apa ia sanggup terus melewati ini.
" Ku bilang keluar dari ruanganku, sialan!" Teriak Oka sambil berdiri dan menunjuk pintu keluar.
Syair yang merasa sedikit takut pun menuruti kemauan Oka. Ia berjalan ke arah pintu keluar. Saat hendak membuka pintu, ia berhenti dan mengatakan sesuatu kepada Oka.
" Jangan melupakan makan siangmu" kata Syair sambil tersenyum pada pintu.
Syair pun berjalan keluar. Ia berusaha menahan kesedihannya dan memperlihatkan wajah bahagianya pada seluruh karyawan Oka yang selalu menyapanya.
Syair baru tau, hal tersulit yang ada didunia ini adalah berpura-pura bahagia disaat hati merasakan kesedihan yang mendalam.
Disisi lain, Oka berjalan ke arah sofa. Ia menyentuh makanan yang sudah dibuat Syair. Entah kenapa mengingat wajah Syair membuat emosinya meluap.
Iapun melempar makanan itu ke lantai. Makanan yang dibuat Syair semua ia jauhkan ke lantai.
"Sialll. Kenapa ia masih bisa tersenyum. Aku harus lebih keras lagi kepadanya"
Oka menendang meja yang ada dihadapannya. Lalu ia menjatuhkan badannya ke sofa. Ia memilih menenangkan pikirannya.
Karena Oka juga merasa lelah hari ini, ia pun tertidur disofa dengan perut yang keroncongan karena merasa lapar. Dalam tidurnya, ia sedikit menyesal telah membuang makanan yang dibuat oleh wanita sialannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Devil Husband
RandomAku akan tetap mencintaimu, tidak peduli engkau menyakiti seberapa banyak. Aku akan berjuang mempertahankan pernikahan dan cintaku. Bertahan sampai titik dimana aku akan lelah dan menyerah. ~Syair Melodi~ Asal kau tau, aku menikahimu bukan karena...