#22

5.2K 180 15
                                    

Pagi ini Syair bangun pukul setengah lima. Ia membersihkan dirinya selama satu jam. Setelah itu ia turun ke dapur.

Di dapur sudah banyak maid yang membantu Syair menyiapkan bahan-bahan untuk memasak. Mereka memberi hormat kepada Syair.

"Nyonya, kenapa anda kesini? Bukankah seharusnya beristirahat?"
Tanya salah satu maid dengan wajah yang terlihat khawatir.

"Tidak apa apa. Aku sudah cukup baik untuk beraktivitas seperti biasa" jawab Syair sambil tersenyum.

"Bagaimana jika tuan marah, Nyonya?"

"Tidak. Jika marah pun ia akan marah kepadaku. Bukan kalian" Jawab Syair sambil tertawa.

Maid tersebut memandang Syair dengan diam.

"Nyonya, sesungguhnya tuan itu juga memperhatikan anda" kata maid tersebut.

Syair menoleh kearahnya sambil menaikkan sebelah alisnya tanda meminta penjelasan kepada maid tersebut.

"Ya, tuan meminta kami untuk melarang anda melakukan aktivitas berat kecuali memasak. Tuan juga berkata bahwa masakan Nyonya itu lebih enak daripada masakan kami, makannya Tuan membiarkan Nyonya memasak. Terkadang jika Tuan sudah dikantor, Tuan menelepon kami dan menanyakan apa Nyonya sudah sarapan. Jika belum, Tuan terdengar sedikit menggeram marah. Bahkan saat Nyonya sakit kemarin Tuan terlihat sangat khawatir."

Entah kenapa hati Syair menghangat mendengar apa yang dikatakan maid itu.

Ia pun tersenyum dan memulai memasak dengan wajah yang terlihat begitu senang.

Para maid disana pun ikut tersenyum melihat Syair. Dalam hati mereka, mereka menginginkan kebahagiaan datang untuk Syair. Mereka pun membantu Syair menyiapkan piring dan menata meja makan.

Setelah selesai, Syair meletakkan semuda masakan dimeja makan dibantu dengan para maid. Ia juga meletakkan sebagian masakannya dikotak untuk cadangan jika Oka tidak mau sarapan dirumah.

Setelah selesai menyiapkan semuanya. Ia duduk diruang keluarga untuk menunggu Oka turun.

Beberapa menit kemudian, Syair mendengar suara pintu terbuka. Ia melihat ke atas dan melihat Oka sedang berjalan. Mata merekapun tak sengaja bertatapan.

Syair langsung berdiri dan tersenyum melihat Oka yang sedang berjalan turun. Oka terlihat gagah dengan jas hitamnya. Penampilannya sangat rapi. Bahkan wajahnya terlihat sangat tampan.

Syair berjalan mendekat saat Oka hendak sampai ke bawah.

"Selamat pagi Oka."

"Ya." jawab Oka singkat.

Namun, hal itu juga membuat Syair sedikit terkejut. Oka menjawab sapaannya.

"Aku sudah menyiapkan sarapan untukmu" kata Syair masih dengan senyuman dibibirnya.

" Kau memasak?" Tanya Oka sambil menatap Syair dengan tajam. Rahangnya mengeras. Dan itu membuat Syair sedikit takut.

"Iy.. Iy"

"Bukankah kau sakit? Apa kau ingin sakit lagi? Kau ingin diperhatikan? Tidak sadarkah jika kau sangat merepotkan" kata Oka

"Tapi aku sudah membaik."

Oka memandang wajah Syair masih dengan tatapannya yang tajam.

Bagaimana bisa ia berkata bahwa dirinya sudah membaik sedangkan wajahnya saja sangat pucat. Apa dia bercanda. Batin Oka

"Sudahlah, terserah kau saja" jawab Oka sambil berlalu.

Syair sangat kaget melihat Oka berjalan ke ruang makan. Ia melihat Oka duduk dan mulai mengambil makanan yang ada disana

"Kenapa kau duduk disana?" tanya Oka tanpa melihat Syair.

"Bukankah kamu mau makan?" tanya Syair bingung.

"Apa kau tak ada niat sedikitpun untuk sarapan? Kau sungguh ingin sakit lagi dan membuatku repot? Cepat makan"

"Baik"

Syair berjalan ke meja makan. Ia duduk didepan Oka. Ia mengambil makanan itu dengan sangat hati-hati.

Entah kenapa ia takut membuat kesalahan yang mungkin akan membuat Oka tidak mau sarapan dirumah lagi.

Syair makan dengan menunduk karena malu merasa diperhatikan oleh Oka.

Mereka makan tanpa suara sampai selesai. Setelah selesai, Oka berdiri sambil membawa tas yang tadi ia letakkan dikursi sebelahnya. Ia berjalan tanpa mengucapkan sepatah katapun pada Syair.

Syair yang melihat hal itu langsung mengambil air minum dan meminumnya dengan cepat. Lalu ia berlari menghmpiri Oka yang sudah membuka pintu depan

"Oka, tunggu sebentar " kata Syair.

Oka yang mendengar dan tau bahwa Syair ada didekatnya pun berhenti tanpa menoleh pada Syair. Namun Syair tidak memperhatikan hal itu. Ia langsung memegang tangan kanan Oka dan menempelkan didahinya.

"Hati-hati" kata Syair sambil tersenyum menghadap Oka,

Oka yang melihat hal itu merasakan jantungnya berdetak sangat kencang, entah karena diperlakukan seperti itu dengan Syair, atau karena senyuman Syair yang terlihat sangat manis.
Entahlah, mungkin juga karena dua hal tersebut.

Oka yang tak mau memperlihatkan dirinya yang canggung pun langsung pergi meninggalkan Syair. Dia berfikir entah kenapa pagi ini terlihat senang meskipun sangat pucat. Ia juga tahu bahwa Syair pasti masih merasa tidak enak badan dan tetap melayani Oka.

Oka pun tak habis fikir kenapa tadi ia mau sarapan dan duduk bersama Syair dimeja makan. Mungkin ia merasa sedikit kasihan melihat wajh Syair yang pucat dan tetap memaksakan diri.

Ia mengingat wajah Syair yang menunduk saat makan. Ia tahu Syair pasti malu merasa diperhatikan, namun ia juga tahu bahwa Syair berusaha sangat berhati-hati saat sarapan tadi. Entah kenapa wajah Syair saat seperti  itu terlihat lucu menurutnya. Tanpa sadar Oka tersenyum mengingatnya,

"Tidak buruk"

"Apanya Tuan?" tanya supir pribadi Oka

"Jalanan hari ini. Terlihat lebih sepi dari biasanya" jawab Oka

"Tapi ini lebih macet daripada biasanya Tuan "

Oka yang mendengar itu langsung menatap tajam supirnya melalui spion di depan.

"Ahh, iya , ini terlihat lebih mending dari biasanya ya Tuan. Pagi ini juga sangat cerah, hahaha " jawab supir itu yang terliht bodoh dimata Oka. 

Setelah sampai dikantor Oka memulai pekerjaannya. Sedangkan Syair dirumah kembali ke kamar setelah kepergian Oka. Ia beristirahat sejenak karena merasakan pening dikepalanya. Ia tidak mau terlihat sakit dihadapan Oka saat pulang nanti.

Setelah beristirahat dan minum obat, ia beranjak untuk pergi ke restorannya. Ia pergi dengan pakaian casualnya dan tas kecil. Saat ia keluar dan turun ada salah satu maid menghampirinya.

"Selamat pagi Nyonya"

"Ya, selamat pagi" jawab Syair

"Apa Nyonya akan pergi?" tanya maid tersebut

" Ya , aku akan ke restoku mengecek pekerjaan disana"

"Maaf Nyonya, tapi Tuan melarang anda pergi karena habis sakit. Tuan menyuruh kami memastikan agar Nyonya beristirhat saja dirumah." kata maid tersebut dengan menunduk merasa tidak enak karena melarang Syair.

" Aku sudah sembuh. Tenang saja, tubuhku ini kuat. Aku tidak akan sakit lagi karena pergi bekerja" Jawab Syair sambil nyengir

"Nyonya, saya mohon. Tetaplah dirumah supaya Tuan tidak marah dengan kami karena tidak bisa menjaga Nyonya dengan baik"

"Aku yang akan berbicara dengan Oka nanti. Tidak usah khawatir, aku tidak akan membiarkan Oka memarahi kalian"

" Baiklah Nyonya. Maafkan saya telah menghalangi Nyonya" jawab maid itu dengan menunduk.

" Tidak apa-apa, kamu melaksanakan tugasmu dengan baik. Oka tidak salah memilih kalian. Aku pergi dulu ya" jawab Syair pada maid tersebut sambil menepuk bahunya supaya maid itu tidak begitu takut pada Syair

" Baik Nyonya. Hati-hati dijalan Nyonya"

"Ya."





My Devil HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang