08

72 10 1
                                    

"Ahh"

Meila menutup matanya ketika closet duduk tersebut licin dan dia terpeleset.

Awalnya dia berpikir tubuhnya akan ambruk ke lantai.

Tapi sekarang dia jatuh menimpa tubuh arkan. Yang lebih mengejutkannya lagi, sekarang bibirnya dan bibir cowok itu tengah bersentuhan. Mata keduanya membulat.

Meila menegang di tempat untuk beberapa saat. Dia masih mencerna apa yang terjadi.

Akhirnya dia tersadar dan segera menjauhkan bibirnya, berdiri dan berlari keluar toilet itu.

Arkan juga berdiri dan segera mengejar meila "woi tunggu"

Tapi meila tak juga berbalik dan terus berlari. Arkan berlari cepat dan mencekal tangan meila. Rautnya terlihat khawatir "lo kok lari sih!"

Meila menghadap arkan dengan mata yang sembab dan merah alias menangis.

Arkan kaget dan juga bingung "kenapa lo nangis?!"

"hiks hiks lo nggak punya otak apa! Ngambil ciuman gue sembarangan" meila sedikit berteriak.

"Kok jadi gue yang disalahin. Kan gue nolongin lo"

"Lah emang lo yang salah hiks" meila masih terus menangis.

Arkan menautkan alisnya "lo yang gak punya otak, jelas jelas lo yang nimbrung gue harusnya lo yang tanggung jawab" balas arkan tak mau kalah. Santai dan memperlihatkan tampangnya yang tidak berdosa.

"Itu first kiss gueeee hiks" emosi meila semakin menjadi jadi.

Arkan kaget. Tapi menyembunyikannya dengan ekspresi datar. "Emangnya kenapa? Harusnya lo seneng dicium sama orang se-famous dan seganteng gue"

Meila membulatkan matanya setelah mendengar penuturan cowok itu "gue gak sudi dicium sama lo, harusnya ini buat suami gue nanti"

Arkan terkekeh "ngode lo?"

"Hah?!"

Arkan tersenyum jahil "ngode minta gue jadi suami lo. Ini mengejutkan belum pernah gue lihat cewek lamar cowok"

"Dasar lucknut gue benci banget sama lo" setelah mengatakan itu meila berlari pergi dari situ.

"hahaha ngakak anjir" tawa arkan pecah.

...

Arkan kini tengah berada di apartemenya tepatnya di balkon.

Hahaha tuh cewek kayak merasa ternistahkan dengan bibir gue yang kissable ini.

Siapa sangka dia tengah tersenyum untuk cewek yang tadi diciumnya. Ralat yang menciumnya.

Dia terus membayangkan ekspresi kesal meila yang terlihat lucu. Baru pertama kali seorang gadis menyalahkannya ketika berciuman.

"Tadi nggak salah dia bilang itu firstkiss nya. Dia belum pernah ciuman?" arkan ragu kalau itu benar.

Dia terus membayangkan bibir mungil manis itu. Yang beberapa kali mengeluarkan kata kata pedas padanya.

Kayak ada manis manisnya gitu hehehe

"What the fuck! Lo gila apa mikirin cewek bodoh itu" arkan berkata pada dirinya sendiri.
Dia menampar pelan pipinya agar kembali ke alam sadarnya.

Nggak mungkin gue suka sama dia! Kalo sampe itu terjadi bisa turun imec gue depan revan bara. Jangan sampai itu terjadi! Arkan berusaha menjernihkan pikirannya.

Kring

Lamunannya buyar

Dia melihat nama penelpon dan ternyata itu adalah mama tirinya, Celia. Tapi dia tidak menjawabnya.

Hingga pada panggilan ke lima, barulah dengan terpaksa dijawab.

"Halo arkan"

"Hm halo ada apa?"

"Mama mohon kamu pulang besok. Besok ada teman bisnis papa yang datang bertamu. Papa sangat ingin kamu datang"

"Sudah berulang kali saya mengatakan tidak. Sekali tidak tetap tidak"

Tuut

Dia melempar ponselnya ke kasur. Pikirannya kembali tidak tenang.

Dia menghisap sebatang rokok. Bukan karena dia menyukai rokok alias pencandu. Jika dia sedang saat dalam pikiran kacau, dia memilih melampiaskannya dengan merokok.

Kring

"Bangsat" sepertinya ketenangan tidak akan pernah bisa berpihak padanya. Baru saja pikirannya tenang dan tidak lama pula kembali kacau.

"Anda tuli! Sekali tidak tetap tidak!" panggilan itu diputus dengan singkat.

Kring

Bangsat!

"Halo dasar cowok lucknut"

Hah?

Arkan seperti mengenal suara ini. Dia mengeceknya dan nomor itu tidak tersimpan di daftar kontaknya.

"LO GAK BISA NGOMONG HAH" teriak penelpon itu. Arkan menjauhkan dari telinganya.

"Meila?"

"Ya tuhan. Iya. Iya ini meila" geramnya kesal

"Lo kok bisa tau nomor gue? Lo nyuri kan"

"Ck Lucknut. Gila. Bego. Sembarangan nuduh, ini hpnya kiara! Jangan asal nuduh!"

"Kiara?"

"Kok jadi malah ngobrol sih? Gue gak sudi ngobrol sama lo"

"Terus apa? Kangen lo sama gue?" nadanya seperti meledek"

"Lucknut! gue cuma mau balikin dompet lo"

"Dompet?" arkan memeriksa saku celananya dan benar saja domoetnya tidak ada. Sekarang dia masih memakai celana seragam.

"Helo? Ada orang disana?"

"Lo nyuri. Balikin!"

"Gak tau terima kasih untung gue nemuin tadi. Turun cepetan"

"Idih cewek kok otaknya mesum banget"

"Maksud gue, buruan cepat ke parkiran gue udah nunggu kayak kepiting rebus!"

"Lo kok tau apa.."

"BURUAN!!!"

Tuut

Arkan mengambil sembarang kaos yang ada di lemari. Keadaannya sekarang shirtless.

Dia segera masuk ke lift dan menekan angka 1.

My Curse BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang