02- Hari Penuh Kejutan

34 12 2
                                    

Prruuuttt...

Semburan air secara perlahan mengguyur badan mobil hitam andalannya. Kini, mobil hitam kesayangannya tersebut sudah tampak lebih kinclong dari sebelum tersentuh oleh sabun yang mengeluarkan busa, juga sebelum tersiram oleh air selang yang kini berada dalam genggamannya.

Sembari bersiul-siul, ia menikmati aktifitas setiap selasa pagi tersebut. Aktifitas yang mengganti jam kuliah yang selalu kosong di hari itu sesuai dengan jadwal kuliahnya.

Di tengah kesibukannya mencuci mobil, tampak seorang pria berkacamata sedang sibuk memakai kaus kaki putih di teras rumah yang cukup megah itu. Sepertinya ia hendak berangkat sekolah di pagi yang cerah ini.

"Jam berapa baru berangkat sekolah?" tanya pemuda yang masih asik dengan kegiatan mencuci mobilnya tersebut.

"Jam sembilan." jawab pria berseragam putih abu-abu yang sedang sibuk memakai sepatu talinya.

"Eh, udah terlambat lo!" pekiknya.

"Biarin! Udah gue berangkat dulu." balasnya sembari pamit.

"Lo mau bolos, ya?" tanyanya curiga.

"Jangan asal tuduh dong, Bang!"

"Lo mau sekolah atau apa sih!?" tanya pemuda berkaus putih tersebut penasaran.

"Sekolah lah." jawabnya sembari membenarkan kacamatanya.

"Kok gak bawa tas?"

"Biasa, hari selasa." jawab pria berseragam seolah memberi kode.

"Oh, gue tau gue tau. Gue baru inget kalo ini hari selasa."

"Nah, Abang udah inget, kan? Ya udah gue berangkat dulu." pamitnya lagi.

Dengan segera ia mencium tangan basah Abangnya yang masih sibuk dengan mobil kesayangannya.

"Assalamu'alaikum. Duluan, Bang!"

"Wa'alaikumussalam. Iya, hati-hati lo, jangan sampe gagal rencananya!" jawabnya sembari berpesan.

"Beres, Bang!"

Pria berseragam putih abu-abu itu pun bergegas untuk meninggalkan sang Abang, kemudian menyebrang jalan demi menanti minibus yang akan membawanya ke tempat dimana ia menuntut ilmu.

~*~

Gerbang sekolah berwarna putih itu sudah tertutup rapat-rapat. Dafa mengamati keadaan sekitarnya sembari mendekatkan langkahnya menuju gerbang sekolah yang tinggi tersebut. Tampak seorang pria paruhbaya berseragam seperti satpam, dan benar dia adalah satpam di SMA Vanila tersebut.

"Pak, permisi! Bukain gerbang dong, Pak." pinta Dafa yang sudah berdiri tepat di depan gerbang.

"Kamu habis dari mana? Bukannya kamu terlambat, ya?" tanyanya curiga.

"Enggak kok, Pak."

"Terus, buktinya apa kalau kamu nda terlambat?" tanyanya lagi dengan logat jawanya yang khas.

"Nih, Pak. Saya itu tadi habis balik ke rumah buat ngambil buku yang ketinggalan. Buktinya saya gak bawa tas, Pak. Tas saya masih ada di kelas," jelas Dafa panjang lebar.

"Yang bener kamu?" tanyanya lagi sambil mengerutkan keningnya.

"Beneran, Pak. Masa saya bohong sih, Pak?" tegas Dafa berbohong.

"Ya udah, cepet masuk. Lain kali jangan ketinggalan lagi bukunya."

Pak satpam pun membuka gerbang tersebut, mempersilahkan Dafa untuk masuk ke dalam area sekolah. Dafa tersenyum dengan penuh kegembiraan, merasa lega karena dirinya sudah berada di zona aman dengan kata lain Pak satpam sudah berhenti untuk mencurigainya lagi.

STRAWBERRY [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang