05- Tangan Kosong

20 5 0
                                    

Panasnya terik matahari mulai terasa kala jarum jam menunjukkan pukul dua belas tepat, menyengat apa saja yang berada di atas bumi. Tak peduli dengan nasib kulit para petani yang semakin hari semakin hitam, demi mengarungi bahtera kehidupannya. Tak peduli dengan nasib para pedagang jalanan yang tak pernah absen menjajakan dagangannya. Tak peduli dengan nasib para sopir angkut yang selalu siaga mengantar siapa saja yang hendak pergi.

Dengan semangatnya, Neyza berjalan menyusuri jalanan beraspal yang cukup menyengat untuk hari minggu ini. Langkah kakinya tampak sangat antusias. Wajah cantiknya yang terlihat ceria, turut menyapa beberapa orang yang ia temui di sepanjang jalan. Sekali dua kali ia menggulum senyum untuk orang-orang, juga untuk sesuatu yang sedang ia pikirkan saat ini.

"Mau kemana, Ney?" tanya Mang Sapri.

"Biasa. Mau beli stroberi, Mang," jawab Neyza sembari tersenyum.

"Oh, nanti bagi-bagi ya," pintanya.

"Iya, tapi bagi-baginya nanti kalau aku beli stroberi segudang," guaru Neyza.

"Kapan emang?"

"Kapan-kapan," jawabnya ngawur.

Mang Sapri hanya terkekeh melihat kelakuan Neyza yang sedari dulu memang suka bercanda, dan sulit untuk diajak serius.

~*~

Setelah berjalan cukup jauh dari rumahnya, akhirnya ia sampai di tempat dimana ia biasa membeli beberapa bungkus buah stroberi yang dijual oleh Mang Jaja.

Hidungnya menghirup udara daerah pegunungan itu dalam-dalam, lalu dihembuskannya secara perlahan. Kini dirinya merasa lega, karena sebentar lagi ia akan segera mendapatkan si merah cerah yang mungil, buah favoritnya sejak kecil.

Namun, seketika ia merasa heran kala dirinya melihat buah stroberi yang dijajakan Mang Jaja hanya tinggal tiga bungkus saja. Sesegera mungkin ia menghampiri meja dagang milik Mang Jaja, yang biasa digunakan untuk memajang puluhan bungkus buah stroberi tersebut.

"Eh, neng Neyza. Tumben baru dateng?" sapa Mang Jaja keheranan.

"Iya, Mang. Agak siangan dikit. Untung juga stroberinya masih ada," jawab Neyza.

"Yah, stroberinya udah gak ada, Neng," balasnya.

"Gak ada gimana, Mang? Orang itu masih ada kok, tinggal tiga bungkus. Iya, kan?"

"Ini mah udah dipesen, Neng. Punya orang ini mah," jelasnya.

"Tiga-tiganya udah di pesen?"

"Iya, Neng," tegasnya.

"Yah, Mamang mah ih. Emang siapa sih yang mesen?" tanya Neyza sebal.

"Itu, Neng, orangnya yang mesen," jawab Mang Jaja sembari menunjuk orang yang dimaksudnya.

Seorang pria muda berkacamata turun dari mobil sedang yang ditumpanginya. Dandanannya rapi dengan kemeja abu-abh, dan celana jeans yang dikenakannya. Langkahnya pelan namun pasti, mengarah ke tempat Neyza dan Mang Jaja berada.

"Mang, buah stroberi pesenan saya mana?" tagihnya kepada Mang Jaja.

"Oh, iya ini. Tiga bungkus kan, Den?"

"Iya, Mang," jawabnya.

"Eh, tunggu-tunggu. Lo kan cowo yang pernah gue paksa buat ngaca gara-gara muka lo banyak bekas coretan spidol itu, kan?" tanya Neyza mengintrogasi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 23, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

STRAWBERRY [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang