3

19 7 0
                                    

“Wih itu siapa Gen?” tanya salah satu pekerja sambil tersenyum jail, membuat barista itu yang bernama Genta hanya tersenyum simpul.

“Masa lalu, udah ah gua mau sholat dulu, mungkin gua balik abis isya’.” Setelah mengucapkan itu Genta buru-buru pergi karena iqomah di masjid sudah berkumandang memerintah umat muslim agar melupakan kegiatan duniawi dan mengingat Allah.

“Oh, mau ke camer nih?” goda pekerja yang sedang membuat adonan kue, namun hanya dibalas anggukan kemudian Genta mengajak Syaila segera sholat magrib. Mereka berdua berjalan dengan terburu-buru agar tidak ketinggalan sholat berjamaah.

Bersyukurlah mereka berdua tidak ketinggalan sholat berjamaah, ya meskipun menjadi makmum masbuk. Ketinggalan satu rokaat. Keduanya bertemu di parkiran masjid karena Genta selalu memarkir mobilnya di sini.

“Udah selesai?” tanya Genta sambil membuka pintu mobilnya.

“Udah,” balas singkat Syaila, dia bingung harus duduk di mana, kalau di belakang nanti disindir kalau di depan dia takut soalnya tidak begitu nyaman jika duduk di sebelah cowok.

“Duduk belakang aja gapapa,” ujar Genta dari dalam mobil, sepertinya tau apa yang dipikirkan oleh Syaila.

“Saya di depan saja,” putus Syaila setelah berdebat dengan dirinya sendiri, dia juga sungkan udah dikasih tumpangan malah duduk di belakang.

Setelah itu tak ada percakapan lagi setelah itu, hanya terdengar suara radio yang menyiarkan berita malam hari ini sedikit mendung dan berpotensi gerimis. Memang akhir-akhir ini cuaca tidak menentu padahal ini bulan April, biasanya kemarau.
Dunia mungkin sudah marah terhadap manusia karena tidak merawatnya dengan baik, bukannya dirawat malah dirusak. Sebagai bentuk kekecewaan dunia mengguyurkan hujan di bulan April yang seharusnya kemarau.

Setengah jam kemudian sudah sampai di depan rumah Syaila. Ada perasaan aneh yang membuat Syaila bingung, kenapa Barista ini tau rumahku?

“Mau mampir dulu?” tawar Syaila sambil keluar mobil, Genta di dalam mobil tersenyum sambil memasukkan sebuah benda ke dalam sakunya.

“Wah, mau banget. Sekalian-“ ucapan Genta terpotong karena teriakan seorang anak kecil yang keluar dari dalam rumah Syaila, di berlari ke arah Syaila dan memeluk kakinya.

“KAK ILAAA! AFA KANEN SAMA KAK ILA.” Kemudian Syaila menggendong anak kecil itu, kira-kira usianya tiga tahun.

“Loh Rafa kapan dateng? Kok gak bilang sama Kak Ila?”

“Kak Ila, itu cuami Kakak?” bisik Rafa sambil mendekatkan bibirnya ke telinga Syaila. Namun tetap saja suaranya terdengar oleh Genta, dia hanya tersenyum.

“Ih Rafa, itu temen Kakak, namanya Kak Genta.”

“Kak Denta danteng banet,” puji Rafa dengan aksen cadelnya yang tak bisa mengucapkan huruf G. Genta mencubit pipi gembul Rafa karena saking gemasnya.

“Rafa juga ganteng kok,” puji Genta membuat pipi Rafa memerah karena pujian Genta.





TBC
Hae Genta dan Syaila balik lagi🙃
Makasih yang udah baca💞

Senja di KaimanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang