6

14 5 0
                                    

“Ekhem!” suara Syaila membuat keduanya sontak meletakkan ponselnya ke dalam tas dan langsung berjalan menuju parkiran, karena Mama Genta sudah menyiapkan mobil untuk mereka bertiga agar tidak naik taksi karena mahal sekali.

Nuha dan Syaila menyeret kopernya dengan malas, sedangkan Genta berjalan dengan gagah di depan mereka berdua yang menekuk wajahnya. melihat hal itu membuat Genta hanya menghela napas pelan, dirinya berpikir mungkin mereka berdua sedang mau dapet. Biasanya kan gitu, cewek kalo mau dapet moodnya itu suka berubah-ubah.

“Hey! Kalian berdua! Seneng napa, jangan ditekuk gitu dong mukanya.”

“DIAM.” Genta hanya diam dan kembali meneruskan jalannya menuju mobil yang parkir tak jauh dari tempatnya berdiri saat ini.

Sesampai di depan mobil Genta mengambil kuncinya dari dalam saku celana dan membuka kunci pintu mobil. Kedua gadis itupun langsung masuk ke dalam mobil dan meninggalkan kopernya di luar, melihat hal itu Genta hanya menghemenghela napas pelan dan mengambil dua koper memasukkannya ke dalam bagasi mobil.
Jarak tempuh dari bandara ke hotel yaitu 3.36 KM, sangat jauh sekali memang. Genta memilih hotel itu karena hotelnya berhadapan langsung dengan pantai Karimata yang terkenal akan keindahan senja-nya.  Selama perjalanan menuju hotel kedua wanita di belakang sudah melanglang buana di alam mimpi yang indah, sedangkan Genta harus fokus menyetir sambil mendengarkan lagu di ponselnya.

Semua lagu rata-rata lagu yang di playlist-nya adalah lagu indie, Fourtwnty, Banda Neira, Payung Teduh, dll. Entah kenapa Genta sangat suka karya mereka itu. Genta berpendapat jika lagu mereka itu ada satu pesan ang bisa diambil, dan juga untuk lagu galau tidak membuat pendengarnya bertambah galau, namun bertambah santai dan menikmati setiap alunan musik.

Syaila terbangun saat mobil terhenti di sebuah minimarket, dia terbangun namun Genta sudah tidak ada di tempat. Dia sudah keluar untuk membeli camilan. Syaila merenggangkan badannya yang pegal karena tidur posisi duduk, di sebelahnya Nuha sedang tertidur nikmat.

Syaila melihat Genta keluar ari minimarket sambil menenteng dua kresek camilan dan minuman. Saat Genta masuk ke dalam mobil dia tekejut melihat Syaila terbangun, kemudian Genta memberikan satu kresek kepada Syaila, dengan senang hati Syaila menerima karena dirinya sudah teramat lapar. Terakhir makan tadi di pesawat itupun  tak mengenyangkan perut. Hanya mengganjal kekosongan perut saja.

“Makan aja gausah sungkan,” celetuk Genta sambil meminum kopi, Syaila menerima kresek itu dengan perasaan sungkan.

“Aku beli aja ya? Ini buat Nuha aja?”

“Udah itu makan aja, Nuha ga suka nyemil gituan dia sukanya makanan berat.” Tanpa merasakan sebuah perhatian kecil dari Genta, Syaila dengan tersenyum memakan camilan yang ada di dalam kresek itu.

“Beneran? Terimakasih Genta.” Genta hanya menganggukan kepala sambil mengulum senyum.

Syaila sibuk makan sambil bermain ponsel, sedangkan Genta kembali melanjutkan menyetirnya agar sampai tepat waktu. Genta memang sudah paham jalanan di Papua karena dulu dia sering traveling kesini, dan juga temen kuliah beberapa dari Papua.

Seperti menjadi agenda bulanan jika pergi ke Papua, itu dulu sebelum dirinya di suruh mengurus cafe oleh sang Mama.

“Syai,” panggil Genta sambil sedikit menoleh ke belakang, Syaila yang sedang sibuk makan langsung menelan makanannya dengan paksa dan minum karena makanannya nyangkut ditenggorokan.

“Apa?

“Kamu udah punya pasangan?”

“Udah,” balas Syaila dengan santai tanpa melihat ekspresi Genta yang mendadak berubah menjadi datar.

“Tapi dia masih konser di Thailand, hahahahahaha,” lanjut Syaila membuat Genta hanya menggeleng-gelengkan kepala sambil tersenyum penuh arti.

“Kapan pulang?” goda Genta sambil tertawa lepas karena imajinasi Syaila yang terlalu tinggi.

“Mungkin kalo uangnya sudah banyak. Aku sebagai istrinya hanya bisa menunggu, wkwkwk,” balas Syaila sambil tersipu dan pipinya memerah, Genta kembali tertawa terpingkal-pingkal.

Setelah itu terjadi sebuah percakapan yang topiknya sangat khayal tapi itu membuat Syaila senang karena ada orang yang mau mendengarkan imajinasinya dan Genta menimpali sambil tertawa terkikik geli. Mereka berdua tertawa bersama sampai membuat Syaila lupa jika dia tidak terbiasa berinteraksi seperti ini kepada lawan jenisnya.

Di sebelah Syaila ada seorang gadis cantik yang memakai cadar masih melanglang buana ke alam mimpinya yang sangat indah tak peduli sekitarnya yang sangat berisik hanya karena hal yang sederhana namun itu membuat keduanya bahagia.

Tak lama kemudian mereka berdua sudah sampai di hotel yang terletak di pinggin pantai yang sangat indah. Sesampai di basement Syaila membangunkan Nuha yang kebo sekali, karena dari bandara sampai hotel tidak bangun meskipun sedikit terjadi keributan antara Genta dan Syaila karena hal kecil.

“Nuha bangun udah sampai di hotel,” ucap lembut Syaila sambil menggoyangkan tubuh Nuha pelan, Nuha hanya menggeliat kemudian melanjutkan tidurnya.

“Kamu kalo bangunin bilang aja, Nuha jodohmu dateng, pasti bangun,” saran Genta sambil tersenyum, kemudian dia keluar membuka bagasi untuk mengambil koper milik adinya dan Syaila.

TBC...

Senja di KaimanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang