4

10 5 1
                                    

“Eh, ada tamu ayo masuk dulu,” celetuk wanita paruh baya yang memakai gamis putih dan kerudung panjang berwarna coklat susu. Dengan sopan Genta menempelkan kedua telapak tangannya sambil tersenyum, sebagai tanda hormatnya kepada orang tua.

Assalamu’alaikum, Bu.” Wanita paruh baya itu juga menempelkan kedua telapak tangannya sambil menjawab salam Genta dan menyuruh masuk.

Selama setengah jam Genta dan kedua orang tua Syaila berbincang, Syaila di kamar karena harus menidurkan Rafa. Kebiasaan kakaknya kalau ke sini menyerahkan semua kewajibannya sebagai ibu kepada Syaila, dengan alasan biar gak kaget kalau udah punya bayi sendiri. Alasan klasik. Syaila tau kakaknya pasti pingin berduaan dengan suaminya, tapi Syaila juga senang dititipi Rafa.

“Syaila, temen kamu mau pulang nih,” teriak Mama dari ruang tamu membuat Syaila segera meletakkan tubuh Rafa di atas kasurnya dan berjalan ke ruang tamu.

“Syai aku pulang ya,” pamit Genta sambil tersenyum ke arah Syaila.

“Iya, hati-hati ya,” balas Syaila dan mengantarkan Genta menuju pintu gerbang. Kebiasaan di keluargaku yaitu mengantar tamu sampai masuk ke dalam kendaraannya.

“Jangan lupa besok aku jemput pagi ya, tiketnya udah aku pesenin dan aku ambil yang pagi,” jelas Genta, bahkan Syaila lupa jika akan pergi ke Papua bersama Genta.

“Euum, tapi aku takut kalau cuma berdua,” jujur Syaila, Genta sudah mengira jika Syaila akan mengatakan hal itu.

“Tenang aja, aku bawa adik perempuan. Dia udah SMA jadi ada teman ngobrolnya nanti.” Syaila menghela napas lega karena dirinya tidak akan pergi berdua.

“Yasudah, aku pulang ya, assalamualaikum,” pamit Genta kemudian melajukan mobilnya dari depan rumah Syaila.

Segera mungkin Syaila menutup pintu gerbang dan segera meminta ijin kepada orang tuanya untuk pergi ke Papua bersama Genta dan adik perempuannya. Sesampai di ruang tamu terlihat kedua orang tuanya sedang duduk sambil menonton televisi, perlahan Syaila duduk di sebelah Uminya. Dengan pelan Syaila meminta ijin kepada Uminya terlebih dahulu, sedangkan Abinya hanya mendengarkan ucapan Syaila sambil tersenyum, entah apa arti dari senyuman Abi.

Syaila menjelaskan jika dirinya akan pergi bersama Genta dan adik perempuannya, biasanya Umi tidak pernah mengijinkan Syaila pergi jika bersama seorang lelaki.

Tapi kali ini Syaila diijinkan karena mereka tidak berdua saja, dengan perasaan bahagia Syaila tersenyum dan memeluk Uminya.

“Nak, jaga amanat Abi,  jaga diri baik-baik.” Syaila sontak memeluk kedua orang tuanya dengan perasaan bahagia. Syaila segera menyiapkan barang yang akan dibawa besok, Uminya pun ikut menyiapkan baju yang akan dibawa Syaila.

“Nak pakailah gamis yang Umi belikan kemarin.”

“Kenapa Mi?”

TBC...

Senja di KaimanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang