Jika menghabiskan waktu bersamamu menjadi tujuan hidupku dimasa lalu. Maka izinkan aku menemanimu dimasa sekarang. -Aletta Thompson.
ווו×
Aletta yang baru saja tiba diambang pintu luar kamarnya, segera memutar knop pintu. Lampu kamarnya masih padam. Dengan samar, ia mendapati seorang pria dengan pulasnya tidur di atas king size bed miliknya. Merasa penasaran, Aletta pun mulai berjalan mendekat kearah pria tersebut.
"Loh, Abang!" Teriak Aletta terkejut mendapati Ken, Abangnya. Sedang tertidur pulas di atas tempat tidurnya.
"Perasaan sebelum pergi aku tadi udah kunci pintu, kok si Abang tahu-tahu udah tidur aja." Gumam Aletta pelan. Kemudian mengunci pintu dan berjalan mendekati nakas untuk meletakkan tasnya.
Malam itu Aletta pulang sekitar pukul 01.55. Karena sepulang dari gedung tua, ia dan Sean sengaja mampir ke club untuk sekedar menghibur diri mereka masing-masing. Club tersebut adalah milik Sean. Club yang sering Aletta datangi hampir setiap malam. Aletta pergi ke club, menghabiskan sebagian waktu malamnya untuk mendapat ketenangan saat menghisap vapor. Dan tentu saja, ia ingin menemui Sean.
Sepulang dari club, Sean mengantar Aletta menuju rumah Kanya, untuk mengambil mobil Aletta yang sempat ia titipkan di rumah Kanya. Tidak hanya sampai disitu. Sean bahkan mengantar Aletta sampai apartemen, ia menyetir mobil Aletta. Lalu bagaimana dengan motor Sean? Tentu saja Sean meminta bantuan temannya, untuk membawa motor sekaligus mengekori dirinya sampai apartemen. Dan setelah memastikan Aletta masuk ke dalam apartemen, Sean langsung bergegas pulang dengan dibonceng temannya.
Sudah menjadi kebiasaan Aletta pulang selarut ini. Dan sudah menjadi kewajiban juga bagi Sean, untuk menjaga dan memastikan Aletta aman ketika bersamanya. Apapun yang Aletta alami, apapun yang Aletta rasakan, maka Sean akan ikut merasakan apa yang Aletta rasakan.
Percaya atau tidak Sean adalah sosok malaikat, bagi Aletta. Sean lah yang selalu membangungkan jiwa rapuh Aletta. Sean juga selalu membantu Aletta, untuk bangkit dari segala keterpurukan yang menimpanya. Sean memiliki tempat tersendiri dihati Aletta. Sean yang selalu menomor duakan egonya, dari segala yang berhubungan dengan Aletta. Sean yang ikut terluka, ketika ada yang melukai Aletta. Sean yang selalu mengutamakan kebahagiaan Aletta, tanpa menuntut balas apa yang sudah ia berikan.
Aletta sangat bangga, sekaligus bersyukur. Setidaknya ia masih memiliki tujuan, untuk hidup lebih lama lagi. Aletta masih harus menemani Sean, entah seberapa lama sisa hidupnya. Yang pasti Aletta yakin, bahwa Sean masih membutuhkan dirinya, dan dirinya pun masih membutuhkan Sean.
Hubungan Aletta dengan Sean sudah berjalan kurang lebih 1 tahun. Jangan heran. Karena sebelum Aletta pergi dari rumah, dan lebih sering menghabiskan setiap malamnya bersama Sean di club. Aletta dan Sean sudah lebih dulu berpacaran.
***
"Kenapa tadi Abang gak telepon Al dulu sebelum kesini? Dan kenapa malah main nyelonong masuk ke kamar Al? Terus Abang kok bisa dapet kunci kamar Al, dari siapa?" Tanya Aletta beruntun ketika dengan sengaja Aletta membangunkan abangnya, dan berhasil.
"Coba kamu cek ponsel kamu. Berapa puluh kali Abang telepon, dan kamu gak jawab panggilan Abang sama sekali? Yaudah Abang minta kunci duplikat ke juru kunci apartemen ini. Dengan alasan kunci sebelumnya yang kamu bawa hilang, terus Abang masuk deh." Jawab Ken, yang sukses membuat Aletta melongo tak percaya. Aletta akui, Abangnya memang sangat pandai jika sedang memanipulasi keadaan.
Sesaat setelah itu Aletta baru ingat, bahwa ponselnya lowbat sejak ia dan Sean berada di club. Bahkan semalam ketika Aletta akan kerumah Kanya saja, ia meminjam ponsel Sean untuk menghubungi Kanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pathetic
Teen Fiction[PROSES REVISI - UPDATE 3X SEMINGGU] Masa remaja seharusnya menjadi masa terindah bagi kebanyakan orang. Dimana segala pengalaman, dan pencarian jati diri akan dimulai pada masa itu. Peran keluarga, terutama kedua orang tua pun tak luput dari pemben...