2. Jangan baper

34 2 0
                                    

2. Jangan baper

***

Hari ini Mesta sedang berada di rumah mentari, kedua sahabat itu sedang duduk di ruang tamu. Semesta yang tampak bosan hanya menatap Mentari yang asik membaca Novel nya.

"Jelek."

"Pesek."

"Ta."

Mesta mendengus setelah tak dapat respon dari Mentari.

"Eta, gendut, bulet, bantet!"

"Aduhhh!!"Mesta meringis memegang kening nya, yang baru saja terkena lemparan novel Mentari.

"Jahat banget sih!!"

"Kamu tuh, punya mulut jahat banget."

"Yah, gue cuman ngomong fakta kok."

"Ohh jadi faktanya, aku gendut. Iya?"

Semesta menggelengkan kepalanya.

"Gak gendut berisi aja. Dikit!"Semesta mengedipkan matanya.

"MESTAA"Mentari berteriak kesal, sementara Mesta tertawa terbahak-bahak.

Mesta memperbaiki posisi duduk nya, kemudian menarik Mentari untuk lebih dekat ke arahnya. Mentari hanya. Mendengus  walau terlihat sedikit kesal. Mentari tetap meletakan kepalanya di bahu Mesta.

"Ta, ntar malem gue gak bisa nemenin lo deh."

"Kenapa?"

Mesta menggaruk telinganya"gue janjian sama karla."

"Ok"

Mesta mengernyit. "Kok lo gak tahan gue?"

Mentari meninju pelan dada Mesta.

"Buat apa?" Karna Mentari tau, apa yang akan dilakukan Mesta. Dia tidak berhak untuk melarang.

Mesta tersenyum aneh.

"Kok loh baek banget sih? Punya siapa siii?."Mentari menepis tangan Mesta yang menjawil dagunya. Sambil melototkan mata nya.

"Punya Manurios."Mesta tergelak sambil memeluk erat Mentari.

"Si Manu, tukang kebon nya Mami. Iya?"

"Mesta ihh,, ngeselin."Mesta tersenyum.

"Ya gak lah, lo kan punya gue!! Nih dijidatloh, udah gue tandain. PUNYA SEMESTA ADRIAN."

Pipi Mentari memerah dengan segenap kekuatan Menjambak rambut Mesta.

"SEMESTA,, JANGAN BIKIN BAPER ANAK TANTEE. NANTI KAMU GAK TANGGUNG JAWAB LAGI."sebuah teriakan menggelegar datang dari arah dapur. Membuat Mentari berhenti menjambak rambut Mesta. pipinya memerah malu mendengar teriakan ibunya dari dapur.

Mesta terkekeh sambil memperbaiki rambutnya yang berantakan. Lalu balas berteriak.

"Aku tanggung jawab kok, TAPI LANGSUNG AKU NIKAHIN YAH."

"SEMESTAA."Mesta berlari keluar dari rumah Mentari, setelah mengecup pipi Mentari.

Memang kurang ajar si Mesta. Bercandaan nya itu memang selalu berhasil membuat Mentari naik darah. Karna terus-terusan membuatnya merasa bahwa Mesta menyukainya, bukan sebagai sahabat tapi sebagai seorang wanita. Mentari menarik nafas kesal, menghentakan kakinya lalu masuk kekamarnya.

Karina-ibu Mentari, menggelengkan kepalanya saat melihat tingkah putrinya.

"Loh Mesta mana?"

"Udah pulang Ma."

Karina mengangguk lalu kembali ke dapur, untuk memasak.

***

Mesta menghembuskan asap rokok, kakinya bertumpu pada meja, Beny salah satu sahabat Mesta menatap tingkah Aneh Mesta yang tidak seperti biasanya.

"Tumben lo, kesini?"

"Gak dikasih jatah tuh, sama princess."

"Alhamdulillah, akhirnya di tinggalin juga lo sama Princess."

"Udah sadar dia ye, kalo lo tu brengsek."

"Berisik."Beny, Galih dan Juna tertawa.

Mesta mendengus, lalu membuang rokok nya.

Juna mengernyit, lalu mengambil tempat duduk disebelah Mesta. Tidak biasanya Mesta terlihat Uring-uringan seperti ini, dan itu hanya ada satu alasan Mentari.

Tapi Mesta yah Mesta, tidak akan menceritakan masalahnya pada orang lain.

"Gue bingung deh sama Mentari, Tahan banget sama orang brengsek macem lo. Makan hati tiap hari tuh!"

Mesta mengangkat alisnya, kemudian melipat tangannya didada.

"Kalo gue Mentari, udah gue tinggalin deh sahabat macem lo nih. Udah gak peka, possesif lagi."Galih bergidik.

Mesta tersenyum miring, dia mengambil asbak di meja, melempar pada Galih.

"Sayangnya lo bukan, Mentari!"

"Psiko lo, njing"

Mesta memutar Bola mata malas.

"Gini nih, kalo friendzone. Sok-sok an lo! Nanti ni yah, Mentari ninggalin lo beneran. Baru rasa lo."Beny tertawa terbahak-bahak karna perkataan Galih.

Mesta hanya melirik sinis, dia berdiri. Menepuk kemeja nya dan mengendus-ngendus. Dia membuka kemejanya saat mendapati bahwa kemeja nya berbau rokok. Menyisakan singlet putih yang membungkus badan kurus tapi berotot milik nya. Mesta mengambil jaket yang terletak di sofa.

"Gue balik."

"Sana, lo. Suh suh!! Jagain tu Mentari, banyak nyamuk nempel tu. Nanti ditinggal-"Mesta melempar sebungkus rokok pada Galih, yang dengan tepat mengenai bibirnya.

"Bangsat lo, psiko!!"Beny hanya tertawa melihat Mesta dengan santainya keluar. Sedangkan juna hanya menggeleng kan kepalanya!

.

.

.

.

Semesta & MentariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang