3. Sabar"Tolong jaga sikap, jangan terlalu perhatian. Karna kalo udah jatuh cinta, itu ribet."
***
Sabar adalah kunci kesuksesan, begitu kata ibu Mentari. Makanya saat ini, ehm. Selama dua jam yang lalu Mentari tetap sabar menanti kedatangan Mesta, yang katanya sedang dalam perjalanan menjemputnya. Duduk di sebuah bangku halte sendirian membuat Membuat Mentari sedikit risih sebenarnya, tapi mau bagaimana lagi. Dia tidak ingin menunggu di gerbang sekolah, yang nantinya hanya akan membuatnya malu. Karna banyak siswa lelaki yang sering nongkrong untuk bisa menggoda para siswa yang lewat!
Apalagi Mentari, ok. Dia tidak ke geeran untuk mengatakan dia populer yah, tapi Mentari juga termasuk dalam gadis incaran di sekolahnya, setidaknya. Di kelas mereka. Mentari juga cukup cantik! Emhh, itu kata ibu dan Mesta yah. Ahh, juga kata Tante vega ibu dari Mesta.
Jadi Mentari tidak berbohong untuk mengatakan dirinya cukup cantik!
Ting
Mentari mengambil ponselnya.
Semesta Adrian
Lo masih di halte?
Ta
Cantik
Gue dijalan nih, lo masih disitu kan?
Jangan kemana-mana yah! Gue da deket soale. Ok!Mentari menghela nafas kesal, dia. Mematikan Hp nya, biar saja Mesta uring-uringan karna pesan nya tidak terbalas. Habisnya, Mentari sangat kesal dengan Mesta.
Beberapa menit kemudian, Mesta dengan motor matic nya yang berwarna pink berhenti didepan Mentari, gadis itu mengernyit. Melihat Mesta dengan badan tinggi kurus itu, menaiki motor matic, sama sekali tidak pernah terbayangkan sebelumnya oleh Mentari, kaki tinggi itu tertekuk sangat terlihat tidak nyaman, karna motornya memang terlihat sudah di modifikasi khusus untuk perempuan.
Mentari tersenyum lebar sambil menunjuk-nunjuk helm yang dipakai Mesta.
"Kenapa?"Mesta membuka helm nya, rambutnya yang sudah sedikit panjang itu berantakan, sehingga membuat sedikit tampan, oh tidak. Mesta sangat tampan!
"Motor siapa? Trus helm kamu?"Mentari bertanya, laki laki itu meringis. dia mengambil tangan Mentari, mengecup dan mengelus tangan Mentari dengan lembut.
Mentari yang memang biasa diperlakukan seperti ini oleh Mesta, tampak tersipu malu. Padahal Mesta biasa melakukannya.
Baperin teruss anak orang mas
"Apaan sih kamu."
"Maafin gue yah, gue udah dari tadi sebenarnya. Tapi dijalan mobilnya mogok. Trus gue nelpon Bima. Untung dia dirumah, jadi tadi gue minta tolong minjem mobil. Tapi yang ada cuma motor adeknya."Mesta menjelaskan dengan panjang lebar, tanpa ada sedikit kata yang terlewat.
"Jadi kak Bima anter motor ini ke kamu! Kamu nih yah, kenapa gak kabarin aku sih. Kan jadinya gak nyusahin orang. Aku juga gak harus nungguin kamu selama dua jam."
Mentari mengerucutkan bibirnya, Mesta dengan gemas mencubit bibir Mentari.
"Mesta sakitt."Mesta tertawa kemudian mengacak rambut Mentari.
"Cerewet."
Mentari melototkan matanya. "Kamu nyebelin."
Mesta memberikan helmnya pada mentari. "Gue gak bawa helm lebih, jadi lo pake ini aja."
"Kamu aja, kan kamu yang bawa."
"Pake Ta."
"Gak ah, kamu yang harus pake."
"Mentari."
"Iya-iya."
"Nyebelin!!"Mentari berteriak di sebelah kuping Mesta, membuat Mesta tersenyum.
Sebelum berangkat, Mesta memegang tangan Mentari. Meletakan di perutnya!
"Siap."
"Ok"
Bibir semesta terangkat, terlihat menyenangkan dan sangat tampan. Dan motor matic pink itu melaju dengan kecepat sedang, membelah kepadatan jalan kota.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta & Mentari
Ficção Adolescente"Tapi gue janji sama lo, punya pacar atau enggak. Perlakuan gue ke elo gak akan berubah!!" Semesta Adrian