Ulangan Dadakan

87 19 17
                                    

Suara detikkan jarum jam terasa lebih keras pagi ini. Sebenarnya bukan karena jarum itu memakai alat pengeras suara atau apa, tapi karena suasana kelas saat ini sedang begitu hening. Bukan tanpa sebab, ini karena guru yang sebentar lagi masuk adalah guru jelmaan Mak Lampir yang sangat galak.

Ditambah lagi, guru itu mengajar matematika, semakin membuat para siswa merasa sedang menghadapi malaikat pencabut nyawa. Tegang bukan main.

Tak lama kemudian, guru itu memasuki kelas yang hening sehening kuburan. Ia seorang wanita yang cantik.Karena kecantikan inilah, ia jadi lebih waspada terhadap siswanya. Seringkali para siswa SMA Mentari maupun SMA lain melakukan tindakan yang tidak senonoh terhadap gurunya.

"Selamat pagi anak-anak." Ucap bu Serli.

"Anak-anak, sekarang kalian ulangan harian dadakan" seru bu Serli. Ia membagikan soalan isian tanpa ada satupun terdapat pilihan ganda. "Jangan nyontek, jawab semampunya"

Semua siswa gugup tak terkecuali
Feri yang sudah pasti tidak bisa menjawabnya.

"Dang, kalo gue gak bisa jawab, kasih contekan ke gue ya?" tanya Feri sambil memohon pada Dadang.

Dadang menatap Feri malas, lalu ia memalingkan wajahnya. "Nilai gue kan selalu merah, kenapa lo minta bantuan ke gue?" balas Dadang.

"Oiyaa yaa"

"mampus gue, kok gue punya temen bego?!" batin Feri.

***

Sudah satu jam berlalu, ulangan berlangsung tanpa hambatan. Banyak siswa yang sudah menyelesaikan seluruh soal.

Entah mereka jawab dengan benar ataupun asal-asalan. Yang ia yakini, jika soal itu dijawab,tetap akan ada nilainya.

"Anak-anak, waktu sudah habis. Silahkan kumpulkan kedepan" ucap bu Serli.

Seluruh siswa mengumpulkan lembar jawabannya kedepan, kemudian memberikannya ke guru.

Bu Serli langsung mengoreksi dan memberi nilai setiap lembar jawaban itu.

Hanya berselang 10 menit, bu Serli sudah mengoreksi semua lembar jawaban tadi. Ia menyusun semuanya menjadi satu, yang paling atas adalah lembar jawaban siswa yang mendapat nilai merah.

Bu Serli memanggil nama beberapa siswa, "Feri, Desi, dan Dadang, nanti sepulang sekolah kalian remidi di kantor.

Ia membagikan hasil ulangan ke seluruh siswanya lalu bergegas keluar dari kelas.

"Kok semua jawaban lu salah sih Dang?" Feri melihat nilai Dadang enol telur bebek.

"Kan dia All Red, selalu dapet nilai merah disetiap ulangan" Adli ikutan menjawab.

***

Setiap istirahat, tempat yang paling banyak diserbu adalah kantin. Bagi para siswa yang kelaparan, mereka menuju kantin secepat Flash.

Baru beberapa detik setelah bel dibunyikan, kantin sekolah yang tadinya sepi bak kuburan kini ramai bagai mall baru buka.

"Dang, kantinnya udah rame tu, males aku ngantri lama" ucap Feri.

"Iya, aku juga males ngantri. Balik kekelas ajadeh" Dadang kembali menuju kelas.

"Buruan Fer" seru Dadang.

"Iya Dang"

Dadang dan Feri kembali kekelas dengan perut kosong. Sekembalinya dikelas, mereka melihat beberapa orang berkumpul lalu mereka berjalan kearah itu.

"Ngapain ni, kayaknya seru" tanya Dadang dengan ekspresi sok imut.

"Amit-amit mukelu Dang" Ardi mengalihkan pembicaraan.

"Iyani, katanya ada anak pindahan yang bakal masuk kekelas kita" jawab Adli.

"Siapa yaa??, mudahan cewek yang cantik" kata Ardi.

"Palingan kalo dipindahnya kekelas kita ya orang bermasalah" Dadang menghela nafasnya.

"Iya juga ya" mereka ikutan menghela nafasnya.

"Gue mau kekantin dulu" Dadang beralih pergi.

"Ya"

Hampir lupa dengan sahabatnya. Dadang berbalik ketempat tadi, tapi tidak melihat Feri berada disana.Ia bergegas pergi mencari Feri.

Bruukkk....

Dadang terjatuh, ada orang yang sengaja menjulurkan kakinya saat ia berlari. Tak lain dan tak bukan ialah Feri.

Dadang seketika bangun dari jatuhnya dan langsung memakai jurus andalannya, "jitakan superr". Seketika itu Feri langsung meringis kesakitan.

"Aaarrgh, sakit tauu!!" Feri mengelus kepalanya sambil menahan sakit dari jitakan super milik Dadang.

"Sapa suruh jahilin gue" Dadang melipat tangannya.

"Yaudah, sori"

"Kekantin yuk, laper ni"

"Ok"

Dadang Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang