Langkah Awal

21 6 2
                                    


"Bu Bar, jus nutrisarinya satu" teriak Dadang. Saat ini, ia tengah duduk di bangku yang panjang sambil menunggu pesanannya.

"Bu Bar? Emangnya bu Sari kerja di bar apa?" Celetoh Feri.

"Soalnya gue seneng beli rotinya yang namanya 'barbaque'." Jawab Dadang spontan. Ia sedang menikmati bakso khas bu Sari yang no micin-micin.

Bu Sari bergegas mengantar pesanannya Dadang. Ia menuju ke meja yang ditempati Dadang sembari meletakkan pesanan.

"Ni nutrisarinya" ucap bu Sari dengan logat Jawa.

"Makasih bu Bar" Dadang mengambil nutrisarinya lalu bergegas meminumnya sebelum dingin.

Glukk... gluukk....glu-

"GDORRR..." Dila memukul meja yang ditempati Dadang. Dadang tetap meminum seakan tidak terjadi apa-apa. "Kok gak disembur sih? Kan biasanya difilm-film kalo dikagetin disembur minumannya" tanya Desi agak bingung.

Feri ikutan penasaran. ''Iya juga ya, lu pake ilmu apaan Dang? kok gak kaget?" Ia mengangkat alisnya bergantian.

Dadang memelototi irisnya Feri dan Dila bergantian, "mau tau atau mau tau bangeettt?!"

"Mau tau bangeet" ucap mereka berdua serempak.

"SETELAH IKLAN YANG SATU INI" Dadang meniru gaya artis saat akan mulai iklan.

"Yaaaahh... Penonton kecewa" seru Feri.

Dadang cengingisan sendiri. "Sori sori, gue ceritain deehh"

"Ilmu ini temen lama gue yang ngajarin!" jawab Dadang.

"Gimana caranya" Feri dan Desi semakin penasaran. Mereka berdua menyimak dengan penuh antusias dan semangat.

"Dulu pas masih SD, gue tiap main selalu dikagetin, duduk dikagetin, jalan dikagetin, sampe keluar kamar mandi juga dikagetin. Sekarang gue udah kebal dengan 'supertrap' ala temen gue itu." Dadang berlagak sombong sambil berpose tangannya memegang pinggang ala suparman.

"Sengsara amat hidup lu" sindir Feri.

"Bukan gue yang ngatur woii!" Dadang membela diri.

"Iya gue tau"

*

Bunyi bel tanda pulang akhirnya berbunyi. Dadang segera berdiri untuk pulang dengan Dila. Ia melangkah menuju kursi depan meja Dila. Ia meletakkan dagunya diatas meja sambil sesekali menatap Dila.

"La, hari ini gue gak bisa pulang bareng lo" ucap Dadang malas.

Dila agak terkejut, baru kali ini Dadang gak akan pulang dengannya. Padahal dari sejak ibunya menyuruh Dadang pulang barengan. Ia tidak pernah absen satu kalipun.

"Emangnya lo mau kemana? Kan rumah kita satu arah" tanya Dila curiga.

"Gue mau ke perpustakaan deket sini" jawab Dadang yang masih meletakkan dagunya diatas meja.

"Tumben mau ke perpus, gue ikut ya!?" Seru Dila. Ia penasaran mengapa Dadang ingin pergi ke perpustakaan.

"Ok dehhh... Ayo buruan kesana, mumpung lagi mendung" Dadang beranjak berdiri lalu mengambil tasnya yang sudah berada diatas mejanya.

Dila melihat Dadang yang sudah berada di pintu kelas. Ia bergegas merapikan bukunya yang masih berantakan dimejanya. "Belum selesai lagi PR barusan" gercaknya kesal. "Dang tungguin, gue belum selesai kerjain PR!!"

"Nantikan bisa di perpus"

"Iya"

Dila berlari mengejar Dadang yang sudah meninggalkan kelas. Disepanjang perjalanan Ia mengobrol dengan Dadang. Saking asyiknya, tidak terasa sudah berada didepan perpustakaan.

Mereka memasuki perpustakaan itu.  Terdapat banyak buku yang tersusun rapi. Buku-buku itu dibagi menjadi beberapa tempat sesuai kategorinya. Dadang berjalan ke tempat buku pelajaran. Ia mengambil beberapa buku kemudian duduk dikursi dekat jendela.

Dila diam mematung. Ia melihat Dadang yang sedang fokus membaca buku-buku tersebut. Ia tidak ingin mengganggunya.

Dila berjalan-jalan mengelilingi perpustakaan sambil sesekali berhenti untuk melihat-lihat isi buku yang iseng dipegangnya. "Kayaknya buku ini bagus" gumamnya sambil cengingisan sendiri. Ia kembali ketempat Dadang duduk sambil membawa sebuah buku.

"Lo baca apa sih Dang" tanya Dila. Ia melihat cover buku yang sedang dibaca Dadang. "Kumpulan rumus matematika" jawab Dadang. Ia masih fokus membaca buku yang dipegangnya itu.

Dila menepuk bahu kiri Dadang. "Hahaha, orang yang selalu dapet telur bebek disetiap ulangan matematika sekarang lagi berusaha?! Mungkin gue lagi mimpi kali ya?" Tawa Dila pecah. Ia tidak percaya kalau yang sedang ia lihat adalah kenyataan.

"Tolong jangan berisik, atau silahkan keluar!!" Salah satu penjaga perpustakaan yang mendengar kebisingan Dila menegurnya.

Tidak terasa mereka sudah tiga jam berada diperpustakaan. Mereka mengembalikan buku yang dipinjam kemudian pulang kerumah masing-masing.

Maaf lama UP, author lagi ujan akhir semester. Terimakasih atas perhatiannya

Dadang Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang