"hahaha, jar aku jadian lho sama claraa"
"haaa? Kok bisa has? Gini ya yang namanya teman. JANCOOK HAS HAS."
"LHA KAMU SENANG JAR SAMA CLARA? TAPI SAYANG DIA SEKARANG SUDAH JADI MILIKKU HAHAHAHAHA" bajunya ku tarik. Ku dorong dia sampai jatuh tersungkur ke lantai.
"MAKSUDMU APA JANCOK?"
Aku emosi sekali, apa yang dia katakan begitu tidak mengenakan hati. Siapa juga orang yang gak marah ketika tanya baik baik tapi jawabannya begitu. Apalagi dia temanku yang selama ini bersikap baik dan bisa mengatur emosinya. Kali ini aku lepas kendali tidak seperti biasanya. Entah setan mana yang merasukiku hingga berbuat begitu. Aku sebenarnya takut karena dia lebih jago berantem. Dia saat kecil pernah belajar bela diri. Gerakan gerakannya sudah terlatih apalagi tubuhnya keras dan bertenaga. Saat smp pun sering berkelahi. Kadang dia melakukan perkelahian yang tidak seimbang tapi masih bisa menang.
Tanpa basa basi ku tindihin tubuhnya saat tersungkur. Karena badan dia lebih kecil dariku jadi aku lebih diuntungkan saat mendihin dia. Langsung ku pegang salah satu kerah bajunya dengan tangan kananku. Tangan kiriku yang sering ku asah dengan samsak pohon pisang di belakang rumah. Ku lesatkan tinjuku ke wajahnya yang putih itu. Tapi dia masih bisa bertahan dan dia gantian mendorongku. Memang hebat temanku ini kalau soal bertahan walau tubuhnya kecil. Dia langsung bangun sambil memegang pipinya.
"anjing jar." Bibirnya berdarah dan dia nampak kesakitan karena pukulanku.
Dia melangsungkan tendangannya yang super sakti. Aku tau gaya bertarung dia. Dia jago sekali menggunakan kakinya yang kecil tapi bisa menjangkau ke arah yang tak terduka. Karena cukup memahami tendangannya aku bisa menangkis kaki kirinya dengan tangan kanan. Dia mengincar kepala, tepatnya di leher. Untung saja bisa aku tangkis. Jika tidaka, bisa kalah seketika aku. Tangan kiriku yang sedari tadi mengepal siap untuk membalasnya. Dia bisa dengan mudah menangkisnya karena sudah paham dengan gerakan tangan kiriku ini. Sebenarnya kami sudah saling memahami akan gerakan gerakan masing masing.
Jadi teringat waktu SMA dulu. Sekolah kami diserang oleh SMA swasta yang terdiri dari gabungan sekolah sekolah swasta lainnya. Sekolah sekolah itu cukup terkenal di kawasan kota daerahku tinggal. Karena tiap 2 tahun sekali mereka selalu gagal menyerang sekolahku. Tahun ini mereka mencoba lagi usahanya. SMAku termasuk dalam 5 sekolah berprestasi dalam provinsiku jadi sulit untuk dikalahkan. Prestasi tawuran tentunya kalau dalam bidang akademik ya begitulah. Hampir usaha menyerang mereka dipatahkan dengan combo kami berdua. Ya cuman yang cemen cemen saja yang kita hadapi. Kami memang bukan yang terkuat tapi bisa dibilang lumayan kuat. Dia menyerang menggunakan kakinya yang gesit, dan aku menangkis dan mengcounter dengan tangan kiriku.
Aku menangkis terus menerus menunggu celah saat dia lengah. Staminaku tidak bisa bertahan lebih lama lagi. Soal stamina aku menang lemah karena mengidap penyakit asma ringan. Paling bisa bertahan lamanya sekitar 3 menit.
Saat dia memulai lewat tendangan lagi dari kaki kanannya. Saat itu juga aku menemukan sedikit cela. Tanpa basa basi ku counter dia dengan tangan kiriku.
"cuman segini ya" katanya yang tidak merasakan sakit seperti pukulan pertamaku. Tapi bibirnya berdarah sedikit.
tangan ku yang sudah biru biru karena di pukul bertubi tubi tadi. Staminaku yang sudah terkuras habis. Aku makin merasakan putus asa. Tidak mungkin menang dari temanku ini. Tapi dia yang sedari tadi melancarkan serangan juga kehabisan tenaga yang cukup membuatnya lelah.
"anjing!!!" kataku buat menyemangati diriku sendiri. Tapi malah dia tersulut lagi adrenalinnya.
"apa kamu bilang, bangsat juga ya kamu. Aku manusia tauu."

KAMU SEDANG MEMBACA
Menyukaimu Dalam Diam
Acakandai aku punya kekuatan untuk menyatakan perasaanku kepadanya. pasti semua itu tidak akan terjadi. aku menyesal memendam rasa ini. rasa yang lebih dalam dari perasaan nyaman. mulai dari bercanda saling hina hingga ahkirnya merasakan sesuatu hal. se...